Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Orang-orang Proyek (Ngeracun)

20 Agustus 2019   23:08 Diperbarui: 25 September 2020   10:07 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabul mulai mempertanyakan semua hal yang terjadi di depannya, perlakuan terhadap buruh, bobroknya birokrasi, permainan licik swasta dan pemerintah, budaya korup, dan konflik yang harus dihadapi Basar sebagai Kades yang merupakan teman Kabul sesama aktivis kampus.

"Suatu saat di akhirat, penghuni neraka dan penghuni surga ingin saling kunjung. Maka penghuni kedua tempat itu sepakat membuat jembatan yang akan menghubungkan wilayah neraka dan wilayah surga. Bagian wilayah neraka akan dibangun oleh orang neraka dan sebaliknya. Ternyata penghuni neraka lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya daripada para penghuni surga. Dan ketika dicari sebabnya, ditemukan kenyataan diantara para penghuni neraka banyak mantan orang proyek." 

Kabul dan Basar mengalami peperangan batin hebat, antara ingin tetap makan atau memberikan usaha terbaiknya kepada masyarakat. Jadi konflik disini diuraikan lewat sang idealis yang harus berhadapan dengan realita yang penuh intrik dan kejam.

Ahmad Tohari membawa novel halaman tipis ini dengan kaya makna dan alur, beberapanya ada cerita manis kehidupan di lingkungan proyek, kepercayaan masyarakat terhadap mitos, nasihat dan keluhan kehidupan yang dibawa Pak Tarya, dan tentu saja kisah cintanya dengan Wati. Paling tidak disini diperlihatkan kekurangan Kabul yang enggak terlalu mahir dalam urusan cinta, sampai-sampai harus Wati duluan yang mendekati Kabul.

Penggambarannya lumayan lugas dan gampang dicerna tentang apa yang terjadi masa lalu. Langsung mengingatkan aku terhadap keresahan batin terkait feodalisme versi baru tersebut yang nyatanya masih tumbuh subur hingga sekarang. 

Kemudian plot yang dihadirkan terasa padat karena biasanya novel-novel lain seringkali terasa terulur di awal cerita menuju konflik yang bisa membuat aku gampang bosan. Mungkin itulah yang menyebabkan novel ini memiliki halaman tipis karena langsung to the point maksud dan plotnya.

"...Kata sang penganggit, hati-hatilah, jangan sampai kita terlena. Dan jangan sampai kita punya kesenangan terhadap pernik keindahan dunia. Siang-malam kita harus ingat, hidup akan berakhir di ujung maut."

Novel ini mampu membuat aku penasaran setengah mati, para idealis ini cuma punya dua pilihan, tetap berada di jalan yang benar atau menyerah untuk berkompromi dengan sistem yang ada. Dan hasil akhirnya cukup memuaskan pembaca, yang satu harus berkompromi satunya lagi tetap mempertahankan idealismenya. 

Jadi tetap membawakan sebuah ending yang enggak utopis mengingat peristiwa ini disetting tahun 90an dimana rezim penguasa masih sangat kuat dan terstruktur. Kemudian aku jadi terbawa suasana hati, ketika Kabul mulai membahas tentang kejujuran yang menjadi hal yang istimewa di masa 90an dan tentu saja di masa sekarang.

Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa... si jujur adalah orang yang menentang arus dan konyol. Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa.

Aku mesti bilang novel ini komplit dalam segala teknis dan pemaknaannya, enggak ada yang tertinggal. Yang pasti pelajaran yang dapat kita ambil adalah kejujuran itu harusnya jadi nilai dalam hidup kita, betapapun berat, tapi senantiasa melegakan hati.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.8.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun