Alkisah di atas sebuah bukit ada dua pondok pesantren, sebut saja pondok 1 & pondok 2. Yang membedakan antara pondok 1 dan pondok 2 adalah suasana di pondok 2 terlihat lebih dinamis dan lebih antusias bila dilihat secara kasat mata.Hal ini berbeda dengan suasana di pondok 1 yang tidak jarang ada sedikit keributan di dalamnya.
Karena kejadian ini cukup sering terjadi, Pak Kyai pondok 1 segera berinisiatif untukmelakukan investigasi.
Suatu hari, Pak Kyai mengirim salah seorang santrinya ke pondok 2 untuk mencari tahu apa penyebab keharmonisannya.Singkat cerita, santri pondok 1 segera mendatangi temannya yang merupakansantri pondok 2
"Mengapa di tempatmu kelihatannya suasananya lebih adem Kang?"
Diluar dugaan, temannya yang santri dipondok 2 menjawab:
“Kami sangat bahagia karena kami sering berebut kesalahan.”
Mendengar jawaban tersebut, santri pondok l yang diutus makin bingung dan melaporkannya ke Kyai.Karena masih bingung, akhirnya Pak Kyai lalu mengirimkan santri lainnya untuk mencari tahu apa yang sebetulnya terjadi. Singkat cerita, berangkatlah juga santri pondok 1 itu ke pondok 2
Pada saat si santri pondok 1 sedang memasuki aula utama pondok ll, kebetulan ada seorang santri yang sedang mengepel lantai dan seorang santri lagi begitu masuk dari pintu langsung tergelincir, si santri yg sedang mengepel lantai langsung berkata:
“Maafkan saya, semua ini salah saya, karena saya mengepel lantai dengan air yg terlalubanyak.”
Sebaliknya si santri yang tergelincir juga meminta maaf:
“Maaf, ini karena saya kurang berhati-hati dan tidak melihat kalau anda sedang mengepel lantai.”
Santri pondok 1 yang melihat kejadian ini segera menemukan jawaban dari kejadian tadi,
"oo,ini rahasia kedamaian dalam pondok 2 ini " demikian gumam santri pondok 1.
Ternyata dengan cara setiap orang mengakui bahwa dirinya yang salah dan saling menyampaikan penyesalan, tentu saja mereka itu bisa hidup bersama dengan harmonis tanpa perselisihan dan permusuhan, menjalani hari mereka di pondok dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan sehingga tampak antusias dan dinamis.
Singkat cerita utusan santri pondok 1 segera lapor hasil pengamatannya ke Pak Kyai.
Akhirnya Pak Kyai berpesan pada para santrinya untuk selalu berebut salah, bukan berebut benar, apalagi merasa paling benar sendiri. Sejak saat itu kedua pondok diatas bukit tersebut terkenal dengan suasana damainya,sedamai suasana bukit itu.
-------------------------------------------------------------------------------------
Pembaca sekalian,
Kisah ini menarik dan mungkin baru kita dengar kisah yang seperti ini. Selama ini dalam kehidupan kita, sering kita melihat berapa banyak dalam suatu interaksi baik di rumah, di masyarakat, di tempat kerja , di sekolah orang lebih banyak saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan rapat yang katanya brainstorming / menggali ide apapun isi ide itu, juga tidak jarang berjalan menjadi blamestorming / badai saling menyalahkan satu sama lain.Bagaimana hal ini bisa terjadi? begini ceritanya
Bila berebut benar sendiri, maka antar sesama akan sering bertengkar karena merasa benar dan hanya melihat kesalahan orang lain, tapi tidak bisa melihat kesalahan diri sendiri.Semuanya hal melihat sesuatu dari kerangka berfikirnya masing-masing, apalagi kalau yang dibahas sudah mengarah ke arah siapa yang benar siapa yang salah . Dalam kondisi demikian biasanya masing-masing menyalahkan pihak lain demi menutupi kesalahan sendiri, sehingga pertengkaranpun makin sengit.
Tetapi sebaliknya bila berebut salah, maka kita akan mudah instropeksi diri, melihat kesalahan sendiri, berdamai dengan diri sendiri, sehingga mudah mema'afkan orang lain. Semua akar membentuk kerangka berfikir bahwa masalah itu adalah masalahbersama dan semuanya akan mengerahkan pikiran untuk mencari jawaban atas masalahnya ini. Dengan demikian masalahnya bisa segera ketemu akarnya dan solusi lebih cepat ditemukan .Akibatnya kehidupan semakin produktif dan bahagia.
Demikianlah,berlomba-lomba merasa salah merupakan tips untuk hidup produktif.Namun apakah setiap hal bisa diterapkan prinsip ini ? menurut saya tips ini membutuhkan syarat juga, jadi tidak semuanya bisa menerapkan prinsip ini. Syaratnya adalah yang dipermasalahkan adalah bukan hal yang prinsip, semisal keyakinan yang pokok.Kalau yang dibahas soal keyakinan yang pokok, maka mempertahankan pendapat tetap harus dilakukan. Dalam kisah tadi keyakinan pokoknya sudah sama, jadi keributan yang sifatnya tidak se serius seperti keyakinan pokok , bisa diatasi dengan cara berlomba-lomba merasa salah ini.
Demikian tulisan singkat hari ini semoga ada yang bisa diambil walaupun mungkin cuma sedikit.