Mohon tunggu...
Gil Mintano
Gil Mintano Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

TikTok: Tempat Baru bagi Revolusi Feminisme

14 September 2024   20:51 Diperbarui: 14 September 2024   21:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di dunia digital saat ini, TikTok telah menjadi lebih dari sekadar aplikasi hiburan. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif di seluruh dunia, TikTok tidak hanya mengubah cara kita mengonsumsi media, namun juga menjadi platform baru bagi berbagai gerakan sosial, termasuk gerakan perempuan. Melalui video pendek, challenge viral, dan tagar, TikTok telah membuka cara baru bagi perempuan untuk menjangkau khalayak yang lebih masif.

Adapun aksi feminisme dalam penggunaan Tiktok

1. Video pendek untuk menyebarkan pesan feminisme

TikTok dikenal dengan video pendek yang membatasi durasi video hingga 60 detik. Durasi ini mendorong kreativitas dan keterampilan komunikasi yang efektif, memungkinkan pengguna menyampaikan pesan-pesan feminis dengan cepat dan efektif. Para feminis menggunakan format ini untuk membuat video informatif dan inspiratif tentang topik-topik seperti hak reproduksi, kesetaraan, dan kekerasan yang dibingkai dalam produk yang menarik.

Video ini sering kali menggunakan cerita sederhana dan visual yang kuat untuk menarik perhatian netizen. Misalnya, video yang menjelaskan konsep "citra" dan "patriarki" sering kali menggunakan metafora yang mudah dipahami untuk membantu penonton memahami permasalahan yang kompleks. Karena ini, TikTok telah mengubah cara cerita perempuan disebarluaskan dan diakses.

2. Hashtag sebagai alat aktivisme

Hashtag di TikTok telah menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan feminisme. Tagar seperti #feminisme, #pemberdayaan perempuan, dan #BodyPositivity memungkinkan pengguna mengklasifikasikan topik terkait dan memfasilitasi diskusi publik mengenai isu gender. Hashtag ini sering digunakan untuk menghubungkan video yang berkaitan dengan topik tertentu, sehingga memudahkan pengguna menemukan konten yang relevan dan memperkuat pesan-pesan feminis.

Misalnya, tagar #MeToo, yang populer di Twitter, kini mendapat kehidupan baru di TikTok. Banyak pengguna menggunakan hashtag untuk berbagi cerita tentang pengalaman kekerasan seksual mereka dan mendiskusikan cara untuk mendukung korban dan mencegah kekerasan di masa depan. Tagar ini membantu menciptakan persatuan di antara pengguna dan menciptakan komunitas yang mendukung.

3. Menantang stereotip gender dan mendorong inklusi

 TikTok menawarkan program khusus untuk menantang stereotip gender dan mendorong inklusi. Kaum feminis menggunakan TikTok untuk mengekspresikan stereotip gender dan mengkritik peran gender. Konten yang menyoroti berbagai aspek identitas gender, seperti non-biner atau transgender, dapat membantu mengedukasi penonton dan meningkatkan kesadaran gender.

Video yang mencerminkan pengalaman dan perspektif kelompok marginal sering mendapat perhatian di TikTok. Hal ini mencakup konten yang membahas isu-isu seperti upah berdasarkan gender, diskriminasi di tempat kerja, dan pengucilan sosial. Dengan cara ini, TikTok membantu mendobrak batasan tradisional dan memperluas pesan kesetaraan.

4. Membangun komunitas dan persatuan

Salah satu kekuatan terbesar TikTok adalah kemampuannya menciptakan komunitas dan persatuan di antara pengguna. Melalui fitur-fitur seperti tweet, reaksi dan komentar, pengguna dapat berinteraksi langsung dengan konten yang mereka tonton dan terlibat dalam percakapan yang lebih intens. Hal ini memungkinkan perempuan membangun jaringan dukungan dan motivasi di luar lapangan.

Misalnya, banyak video di TikTok yang menginspirasi kampanye penggalangan dana dan aktivitas sosial yang mendukung perempuan dan kelompok marginal. Kaum perempuan menggunakan platform ini untuk menyelenggarakan acara, mengumpulkan dana untuk organisasi, dan mempromosikan inisiatif  yang mendukung kesetaraan gender.  

5. Tantangan dan Kontroversi

Meskipun TikTok memiliki banyak peluang bagi karya perempuan, ada juga banyak tantangan dan kontroversi seputar platform ini. Algoritme TikTok, yang menentukan visibilitas konten, memengaruhi penyampaian pesan-pesan perempuan secara umum. Dalam beberapa kasus, video yang membahas masalah sensitif dapat diblokir atau dihapus, sehingga menghambat upaya penyebaran informasi serius.

Masa Depan Perempuan di TikTok

TikTok tampaknya memiliki kekuatan besar dalam gerakan feminis. Dengan terus berkreasi dan mencari cara baru untuk menyampaikan konten-kontennya, perempuan di TikTok dapat terus memperluas jangkauannya dan menginspirasi karya nyata. Platform ini terus memainkan peran penting dalam perjuangan kesetaraan dan memberikan suara kepada masyarakat yang mungkin tidak selalu didengar di media khususnya media tradisional.

Dengan kemampuannya memadukan hiburan dedukasi, TikTok akan terus menjadi alat yang efektif dalam memperjuangkan kesetaraan. Dengan kreativitas dan tekad, gerakan feminis di TikTok akan terus berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.

TikTok telah muncul sebagai platform baru bagi revolusi feminis, menawarkan cara kreatif untuk menyebarkan pesan kesetaraan melalui video pendek, tagar, dan komunitas online. 

Terlepas dari tantangan yang ada, kemampuan media dalam membangun persatuan, meminimalisir stereotip, dan menginspirasi tindakan nyata menjadikannya alat yang penting dalam perjuangan perempuan. Dengan memanfaatkan potensi penuh TikTok, perempuan dapat berkembang dan menjangkau khalayak yang lebih luas di dunia digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun