Mohon tunggu...
Gilig Pradhana
Gilig Pradhana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

adalah aktivis Muhammadiyah yang mengidamkan pendidikan yang revolusioner. Dulunya pernah menjadi Kepala SMK di Jember, kini mengikuti pelatihan guru di Hyogo University of Teacher's Education, Jepang. Punya rumah di www.gilig.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pacaran Itu Menjijikkan

12 Oktober 2014   03:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:25 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1) Perlu Saling Mengenal

Seorang pemuda masuk ke sebuah toko dan mengambil sebungkus coklat, lalu ia buka bungkusnya. Kemudian ia kembalikan lagi ke rak toko.

"Lho, nggak jadi beli mas?"

"Nggak pak, nggak cocok."

... Mikir?

Sebagai pemilik toko, tentu wajar kalau dia menahan sang pemuda dan menuntutnya untuk membayar coklatnya. Namun meskipun dibayar, sikap kurang ajar pemuda itu tetap tidak akan terlupakan sehingga seandainya dia kembali ke toko, dapat dimaklumi kalau pemilik tokonya melarang dia masuk.

(2)

Seorang pemuda masuk ke sebuah toko dan mengambil sebungkus coklat, lalu ia bawa coklat itu keluar, berjalan-jalan, memamerkan coklatnya ke teman-temannya, "ini lho coklat kesayanganku." lalu kembali lagi ke toko dan mengembalikan coklatnya ke tempat semula.

Kecuali pemilik tokonya mudah dibodohi, maka ia akan menyuruh satpamnya mengejar pemuda itu dan menyeretnya ke kantor polisi karena mencuri, meski ketika diinterogasi pemuda mengaku berniat akan mengembalikan coklatnya dalam keadaan utuh. Pemuda itu menyebut pencuriannya dengan "pencurian yang sehat" karena ia tidak membuka bungkusnya, tidak mematah-matahkan coklatnya, dan lagi ia akan mengembalikannya. Ia cuma ingin memamerkan kepada teman-temannya! Apakah itu kejahatan?

... Mikir?

HIKMAH

Sebenarnya anda tidak saya harapkan untuk membaca hingga ke bagian ini karena pastinya sudah dapat menangkap maksud perumpamaannya, namun baiklah kalau masih perlu saya jelaskan bagaimana analogi ini menjelaskan pacaran sebagai sebuah kemaksiatan.

Pacaran kerap menggunakan alasan sebagai sarana untuk saling mengenal, namun aktivitas yang ada di dalamnya hampir selalu adalah berdua-duaan, berpegangan tangan, saling merayu dan bertutur kata mesra yang mana semua itu dilarang dalam agama Islam, yang mengajarkan kepada manusia cara memuliakan wanita. Karena dilarang, maka melanggarnya ibarat membuka bungkus, yang wajar kita temui membuka bungkus coklat itu hanya berhak dilakukan oleh orang yang sudah membayar harganya.

Kemudian, pacaran juga ditutup-tutupi dengan alasan tidak berbuat yang aneh-aneh, yang tentu saja jika dibandingkan dengan standar Barat. Pacaran cuma untuk menunjukkan status bahwa keduanya sedang menjajagi satu-sama lain. Sementara semua orang tahu, bahwa status itu hanya ada dua: belum menikah atau sudah menikah. Sebagaimana di toko pun status itu: Belum membeli coklat atau sudah membeli coklat. Bukankah cukup aneh kalau ada orang yang belum membeli coklatnya namun berani membawanya keluar toko? Sama anehnya bila ada pemuda yang melum menikahi putri anda namun berani membawanya keluar jalan-jalan?

Bila telah kehilangan rasa aneh kepada kemaksiatan yang dilakukan terang-terangan, generasi kita telah dihinggapi budaya yang menjijikkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun