Seiring dengan perubahan terus-menerus dalam lingkungan keuangan global, pasar saham Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya pada bulan Maret 2024. Keputusan tingkat suku bunga dari Federal Reserve Amerika (The Fed), perilaku investasi selama bulan puasa Ramadan, serta aktivitas modal asing di pasar saham Indonesia, secara bersama-sama membentuk lingkungan investasi yang kompleks dan berubah-ubah.Â
Sebagai pendiri Akademi Keuangan Bintang, Estiawan Nasution melakukan analisis mendalam terhadap dampak faktor-faktor ini terhadap pasar saham Indonesia, dan menyajikan wawasan dan strategi investasi yang unik. Sementara itu, fluktuasi harga emas juga memberikan wawasan penting bagi investor tentang manajemen risiko dan alokasi aset.
Estiawan Nasution: Pengaruh Tren Ekonomi Global terhadap Pasar Saham Indonesia
Estiawan Nasution berpendapat bahwa pada bulan Maret 2024, pasar saham Indonesia akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan suku bunga dari Federal Reserve Amerika (The Fed) dan perilaku investasi selama bulan puasa Ramadan. Berdasarkan kinerja pasar baru-baru ini, IHSG menunjukkan volatilitas di tengah tekanan keluarnya modal asing dan investor melakukan pengambilan keuntungan ganda.
Dalam latar belakang ini, Estiawan Nasution menyatakan bahwa meskipun IHSG menghadapi tekanan penurunan, namun masih terdapat peluang pertumbuhan. Analis pasar memperkirakan level dukungan IHSG berada di 7.254 poin, sementara level resistensi berada di 7.403 poin.Â
Hal ini berarti, meskipun pasar mungkin mengalami penyesuaian jangka pendek, namun secara keseluruhan masih ada ruang untuk pertumbuhan. Selain itu, tindakan pengambilan keuntungan oleh investor juga memberikan kesempatan bagi investor lain untuk masuk ke pasar, terutama ketika harga saham tertentu mengalami penyesuaian sebagai akibat dari tindakan tersebut.
Estiawan Nasution menyebutkan bahwa minat asing terhadap pasar saham Indonesia masih kuat, terutama terhadap saham-saham perusahaan besar tertentu. Data menunjukkan bahwa dalam dua bulan perdagangan pertama tahun 2024, saham-saham dari beberapa perusahaan besar Indonesia menjadi pilihan utama bagi investor asing, termasuk Bank Central Asia (BBCA) dari grup Djarum yang dikendalikan oleh keluarga Hartono dan Adaro Energy (ADRO) yang terkait dengan Garibaldi Thohir.Â
Menurut data Bursa Efek Indonesia, hingga 29 Februari 2024, investor asing telah melakukan pembelian bersih senilai 18,43 triliun rupiah. Di antara itu, BBCA menempati posisi teratas dengan pembelian bersih sebesar 4,9 triliun rupiah, yang mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 5,05%.
Estiawan Nasution: Dampak Perubahan Lingkungan Keuangan Global terhadap Pasar Saham Indonesia
Estiawan Nasution membahas secara mendalam perubahan lingkungan keuangan global mempengaruhi pasar saham Indonesia, terutama fluktuasi harga emas dan penyesuaian kebijakan Federal Reserve Amerika (The Fed). Estiawan Nasution menyebutkan bahwa pada tanggal 29 Februari, harga emas mencapai puncak bulanan sebesar $2,046.29 per ons, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian ekonomi.Â
Sementara itu, keputusan suku bunga dari The Fed juga berdampak secara tidak langsung pada pasar saham Indonesia. Saat ini, pasar memperkirakan ada kemungkinan 62% The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Juni, perubahan ini berpengaruh terhadap sentimen investasi global dan arus dana.
Estiawan Nasution menyatakan bahwa kenaikan harga emas tidak hanya mencerminkan transaksi pandangan pasar global terhadap prospek ekonomi, tetapi juga memengaruhi strategi investasi di pasar saham Indonesia. Kenaikan harga emas yang tinggi dapat menyebabkan investor untuk mengevaluasi kembali investasi mereka dalam pasar saham dan aset risiko lainnya, yang pada gilirannya mempengaruhi aliran dana dan kinerja pasar saham.Â