Jurnalisme memiliki sepuluh prinsip dasar yang perlu dijunjung tinggi, atau bisa disebut sebagai idealisme jurnalisme. Sepuluh prinsip dasar jurnalisme ini merupakan pendoman profesi jurnalis sehingga mereka tetap objektif dalam membuat liputan berita. Tanpa idealisme jurnalisme, para wartawan akan mudah terjebak dalam pragmatisme, sehingga mereka hanya menjadi alat bagi para elite politik atau pebisnis. Prinsip-prinsip jurnalisme dijelaskan oleh dua jurnalis asal Amerika Serikat, yaitu Kovach dan Tom Rosenstiel. Untuk mengemukakan idealisme jurnalisme ini, mereka melakukan wawancara terhadap ribuan jurnalis dan menyimpulkan bahwa idependensi, akurasi, dan kepentingan publik yang harus diprioritaskan.
Salah satu media yang selalu memprioritaskan prinsip-prinsip ini adalah Tempo. Tempo tetap menjaga konsistensi meliput berita secara objektif dan akurat walaupun mendapatkan tekanan dari para elite politik. Di era digital ini, terdapat banyak sekali penyesatan berita yang dilakukan oleh banyak media, namun Tempo tetap konsisten memprioritaskan prinsip-prinsip jurnalisme. Meskipun tantangan jurnalisme menjadi semakin kompleks, Tempo tetap konsisten memegang teguh idealisme jurnalisme.
Tempo memiliki sejarah mengenai komitmen yang tidak akan terlupakan. Tempo pertama kali terbit pada tahun 1971, dikenal sebagai media yang tidak takut tekanan pemerintah Orde Baru. Pada tahun 1982, Tempo dicekal oleh pemerintah karena terlalu berani mengkritisi pemerintah Orde Baru setelah mengeluarkan artikel mengenai kecurangan pemilu pada saat itu. Tempo kembali terbit pada tahun 1982 setelah melakukan permintaan maaf, namun kembali dicekal pada tahun 1994 setelah membuat berita mengenai pembelian kapal perang bekas oleh BJ Habibie. Tempo akhirnya bisa bersuara secara bebas ketika Soeharto lengser pada tahun 1998. Tempo kembali menerbitkan berita setelah empat tahun tidak muncul. Pencekalan ini membuktikan bahwa ketidaksukaan rezim Orde Baru terhadap Tempo tidak membuat Tempo mengabaikan idealisme jurnalisme.
Di dunia Jurnalisme, terdapat sepuluh prinsip yang harus dijunjung tinggi oleh wartawan untuk mempertahankan integritas. Prinsip pertama adalah "Tugas utama jurnalisme adalah pemberitaan kebenaran". Kebenaran merupakan prioritas dalam pembuatan berita. Kebenaran yang dimaksud bukan hanya mengenai akurasi, namun kebenaran yang dimaksud adalah berita dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga mereka menjadi lebih teredukasi. Kebenaran dalam jurnalisme secara singkat adalah proses untuk memfilter berita dari berbagai macam sumber. Masyarakat perlu tahu kebenaran dari sebuah berita, mengingat media di zaman sekarang seringkali berafiliasi dengan kepentingan elite politik. Wartawan seharusnya tidak hanya fokus mendapatkan berita, namun juga harus mengemas berita sehingga benar-benar objektif dan mengedukasi.
Prinsip kedua adalah "Loyalitas utama wartawan adalah pada masyarakat. Artinya, jurnalis harus bertanggungjawab untuk menyampaikan berita benar-benar memberikan edukasi kepada masyarakat dan melayani kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok elite politik tertentu. Ini yang dimaksud dengan independensi jurnalistik, sehingga jurnalis bebas dari kepentingan pihak manapun. Di era ini walaupun media seringkali berafiliasi dengan kelompok tertentu, wartawan tetap harus membuat berita secara objektif.
Prinsip ketiga adalah "Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Artinya, jurnalis harus melakukan evaluasi dengan cara mengecek kebenaran berita yang hendak disebarkan. Prinsip ini sangat penting di era ini, mengingat berita hoaks semakin sulit terbendung.
Prinsip keempat adalah "Wartawan harus independen". Artinya, wartawan tidak boleh terpengaruh oleh pihak manapun. Di era digital, ini menjadi tantangan bagi para wartawan. Wartawan boleh menjadi bagian dari kelompok manapun, namun ketika bekerja tetap harus independen dan tidak terpengaruh dari kelompok manapun bahkan kelompok yang melekat sebagai identitas.
Prinsip kelima adalah "Jurnalisme har5us memantau kekuasaan". Artinya, jurnalis tidak boleh takut terhadap penguasa. Para wartawan harus berani memberikan kritik dan saran kepada pemerintah untuk memperkaya wawasan masyarakat. Ini sudah dicontohkan oleh majalah Tempo di era Orde Baru.
Prinsip keenam adalah "Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik. Artinya, jurnalis harus menyampaikan keluh kesah masyarakat di media. Sebagai contoh, saat ini pemerintah tengah membangun ibukota baru di Kalimantan Timur. Yang diberitakan oleh jurnalis seharusnya bukan hanya mengenai anggaran, penyelesaian, dan kebijakan saja, namun juga harus memaparkan bagaimana pendapat masyarakat sekitar mengenai proyek ini.Â
Prinsip ketujuh adalah "Jurnalisme harus berupaya membuat hal-hal penting itu menarik dan relevan bagi audiens". Artinya, jurnalis harus menyediakan berita secara objektif, namun tetap tidak membosankan sehingga pesan-pesan yang disampaikan tidak terkaburkan oleh pembawaan berita yang membosankan.
Prinsip kedelapan adalah "Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional". Artinya, jurnalis tidak boleh berat sebelah dalam membuat berita. Sebagai contoh, berita mengenai visi dan misi para calon presiden harus diberitakan secara objektif, Â tanpa menonjolkan atau mengecilkan salah satu kandidat.