Dalam era digital, berbagai bidang kehidupan manusia dihadapkan kepada kemajuan pesat akibat modernisasi yang bersifat paradoks. Hal ini dikarenakan disamping kebermanfaatan yang ditawarkan, modernisasi era digital juga membawa dampak negatif. Hal ini berlaku dalam semua bidang yang didigitalisasi termasuk literasi. Digitalisasi literasi akan memberikan opsi sumber yang lebih banyak untuk memperoleh wawasan. Namun, arus informasi yang semakin tidak dapat dibatasi juga akan menimbulkan celah bagi beredarnya informasi yang tidak sesuai dengan realita ataupun menyesatkan pembacanya baik itu secara tidak sengaja ataupun karena kesengajaan karena kepentingan tertentu baik untuk ekonomi, politik,dsb. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan literasi digital yang baik agar kita dapat memilah informasi yang benar dan mana informasi yang salah/palsu. Mengutip pendapat dari Suherdi et al (2021, h. 2 - 3), literasi digital sendiri adalah sebuah kecakapan untuk mampu menggunakan media digital atau alat komunikasi untuk mengelola dan memanfaatkan informasi secara tepat.
Studi Kasus: Bagaimana Tingkat Kemampuan Literasi Digital Mempengaruhi Resistansi Terhadap Hoaks di Finlandia
      Penulis akan mengambil studi kasus tentang bagaimana kemampuan tingkat kemampuan literasi digital mempengaruhi resistansi terhadap hoaks di negara dengan literasi terbaik di dunia yakni Finlandia dalam World's Most Literated Nations Ranked. Di Finlandia, pelajaran tentang literasi digital telah diajarkan sedari tingkat pendidikan sekolah dasar yang dikemas melalui berbagai aktivitas sehingga meningkatkan pola pikir kritis para siswanya. Dalam lingkup masyarakat luas, pemerintah Finlandia bahkan menggandeng berbagai perusahaan media serta organisasi non- pemerintahan untuk menghindari dan menanggulangi hoaks. Contohnya adalah Lembaga Faktabaari yaitu sebuah lembaga non  -  profit yang berfungsi untuk menanggulangi berita-berita palsu. Dengan adanya pemahaman literasi digital yang baik serta langkah konkrit penanggulanngan berita hoaks, maka masyarakat Finlandia menjadi lebih kritis dan terhindarkan dari perpecahan akibat paparan berita hoaks. Hal ini dibuktikan melalui hasil riset yang dilakukan oleh Open Society Institute: Sofia yang meletakkan Finlandia sebagai negara peringkat nomor satu dalam resistansi terhadap berita palsu.
Peran Filsafat Ilmu Meningkatkan Literasi Digital: Urgensinya Menjelang Pemilu 2024
      Urgensi peningkatan literasi digital kian meningkat terutama menjelang tahun pemilu 2024. Kita tahu bahwa bak menjadi sebuah siklus dimana setiap kontestasi pemilu akan selalu diwarnai dengan maraknya berita palsu/ hoaks. Hoaks sendiri telah menjadi masalah besar yang perlu ditanggulangi bersama. Hal ini dibuktikan melalui data e - Mp Robinopsnal Bareskrim Polri pada situs pusiknas.polri.go.id dari periode Januari 2021 hingga September 2022, yang menyatakan bahwa setidaknya terdapat 145 kasus berita hoaks seputar pemilu 2024.  Filsafat Ilmu sebagai sebuah studi dapat mengambil peran besar dalam meningkatkan literasi digital masyarakat. Hal itu sejalan dengan empat pilar yang dimiliki oleh filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi, aksiologi dan logika. Lantas  apa korelasi dari empat pilar filsafat ilmu ini dalam meningkatkan kemampuan literasi digital?
Pilar pertama yakni ontologi. Ontologi berbicara tentang hakikat dari sesuatu yang berwujud dengan didasarkan pada logika (Adib, 2010, h. 69). Â Ontologi berperan dalam menjawab pertanyaan "apa sebenarnya realitas dari suatu benda?". Melalui pilar ontologi ini kita dimungkinkan untuk menjadi lebih kritis dan berpikir secara koheren karena cara berpikir secara ontologis akan mengharuskan kita lebih jeli terhadap realitas dan skeptis terhadap suatu hal yang tidak bisa dibuktikan secara empiris. Dalam korelasinya untuk menangkal hoaks, kita akan menjadi lebih skeptis dan objektif terhadap suatu berita dan tidak mudah percaya sampai kita dapat menemukan apa hakikat dan realitas sebenarnya dari substansi yang dimuat oleh sebuah berita.
Yang kedua adalah epistemologi, dalam filsafat epistemologi adalah suatu cabang yang menyoroti teknik ataupun cara suatu ilmu didapatkan (Adib, 2010, h. 74). Melalui epistemologi kita dapat menentukan karakter dari sebuah pengetahuan, bahkan benar atau salahnya suatu pengetahuan berdasarkan cara pengetahuan itu didapatkan. Dalam epistemologi pengetahuan dapat diperoleh secara ilmiah melalui metodologi riset yang jelas ataupun secara non -- ilmiah melalui kebetulan ataupun prasangka. Dalam korelasinya untuk menghindari berita hoaks, cara berpikir secara epistemologis akan menjadikan kita lebih kritis terhadap bagaimana sebuah berita atau informasi didapatkan, apakah informasi tersebut benar -- benar didapatkan melalui metode ilmiah yang objektif atau hanya sekedar informasi yang dibuat secara kebetulan ataupun berdasarkan prasangka belaka.
Kemudian pilar ketiga dalam filsafat yakni aksiologi, atau yang dalam filsafat biasa disebut juga sebagai teori nilai. Sebagai cabang ilmu filsafat, aksiologi menyoroti masalah nilai dan kegunaan dari suatu ilmu berdasarkan etika dan estetikanya (Adib, 2010, h. 79). Tujuan dari aksiologi adalah menemukan kebenaran atas fakta yang ada dan bagaimana nilai gunanya terhadap hal -- hal lain. Dalam korelasinya untuk menghindari berita hoaks, melalui cara berpikir secara aksiologis kita dituntut untuk menelisik lebih jauh nilai dan kegunaan dari suatu berita atau informasi, apakah suatu berita benar -- benar menyajikan fakta sesuai realita dan apakah berita tersebut bermanfaat atau memiliki nilai guna jika kita membagikannya ke khalayak luas. Hal ini akan membantu kita untuk membatasi diri dalam membagikan berita yang belum tentu benar dan tidak bermanfaat / memecah belah ke orang lain.
Pilar keempat dalam filsafat adalah logika. Logika sebagai salah satu pilar dalam ilmu filsafat berbicara tentang kesahihan dalam proses penarikan kesimpulan dengan didasarkan pada proses berpikir tertentu (Adib, 2010, h.101). Dalam logika, berpikir haruslah dilakukan dengan lurus, tepat, sehat, dan teratur sehingga diperoleh suatu buah pemikiran yang sahih dengan berdasarkan kepada kebenaran. Berpikir menggunakan logika biasa disebut juga berpikir secara 'logis'. Berpikir secara logis tentu sangat erat kaitannya dengan menangkal berita hoaks dan meningkatkan literasi digital. Berpikir secara logis memainkan peranan penting dalam proses pengolahan informasi dari sumber informasi yang kita serap. Apabila sumber informasi tidak dapat menjelaskan informasi secara logis maka informasi tersebut tidak berdasarkan proses berpikir yang sahih dan tidak bisa ditarik kesimpulannya, sumber informasi yang seperti ini tidak layak untuk kita percayai.
Kesimpulan
Filsafat Ilmu sebagai salah satu bidang keilmuan dapat menjadi salah satu jawaban dalam meningkatkan tingkat literasi digital. Literasi digital sangat penting untuk ditingkatkan karena literasi digital yang baik akan meningkatkan resistansi suatu negara terhadap penyebaran informasi yang salah atau hoaks. Hal ini dibuktikan kebenarannya melalui studi kasus yang dijabarkan penulis yaitu studi kasus terhadap korelasi literasi digital dan resistansi hoaks di Finlandia sebagai negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia. Peningkatan kemampuan literasi digital guna meningkatkan resistansi terhadap hoaks semakin meningkat urgensinya menjelang pemilu 2024. Yang mana telah kita ketahui bersama, banyak media ataupun pihak tak bertanggung jawab yang kerap menggunakan media demi kepentingan politik melalui informasi yang sifatnya dapat memecah belah kerukunan rakyat. Untuk itu filsafat ilmu melalui empat pilarnya yaitu ontologi, epistemologi, aksiologi dan logika akan membantu kita meningkatkan literasi digital guna meningkatkan resistansi terhadap berita hoaks menjelang pemilu 2024. Â
Â
Â
Referensi
Buku
Adib, Mohammad. (2010). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemoloi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suherdi, Devri et al,. (2021). Peran Literasi Digital di Masa Pandemik. Deli Serdang: Cattleya Darmaya Fortuna.
Berita Daring
Central Connecticut State University. (2016). 'World's Most Literate Nations Ranked', webcapp.ccsu.edu, 9 Maret [Daring]. Tersedia di https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data [Diakses 1 Juni 2023]
Fitzgerald, M. (2023). 'Finland Most Resistant to 'Fake News', Report Finds', U.S News, 27 Januari [Daring]. Tersedia di https://www.usnews.com/news/best-countries/articles/2023-01-27/finland-most-resistant-to-fake-news-report-finds#:~:text=Finland%20Most%20Resistant%20to%20'Fake,Finds%20%7C%20Best%20Countries%20%7C%20U.S.%20News [ Diakses 2 Juni 2023]
Henley, Jon. (2020). 'How Finland starts its fight against fake news in primary schools', The Guardian, 29 Januari [Daring]. Tersedia di https://www.theguardian.com/world/2020/jan/28/fact-from-fiction-finlands-new-lessons-in-combating-fake-news [Diakses 1 Juni 2023]
Open Society Institute Sofia. (2021). 'Media Literacy Index 2021', Open Society Institute Sofia, 14 Maret [Daring]. Tersedia di https://osis.bg/?p=3750&lang=en [Diakses 1 Juni 2023]
Pusiknas Bareskrim Polri. (2022). 'Antisipasi Hoaks Jelang Pemilu Makin Digencarkan, Pusiknas Bareskrim Polri, 12 Oktober [Daring]. Tersedia di https://pusiknas.polri.go.id/detail_artikel/antisipasi_hoaks_jelang_pemilu_makin_digencarkan [Diakses 1 Juni 2023]
Yonas, Adya. (2021). 'Upaya Finlandia Melawan Hoaks: Ajarkan Literasi Media di Kurikulum Sekolah Dasar', Kumparan, 14 September [Daring]. Tersedia di https://kumparan.com/adya-yonas/upaya-finlandia-melawan-hoaks-ajarkan-literasi-media-di-kurikulum-sekolah-dasar-1wWVnHSypqP [Diakses 1 Juni 2023]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H