Mohon tunggu...
Gilbeth Pramana Saputra
Gilbeth Pramana Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang penggiat membaca buku-buku. Rutinitas dikerjakan adalah mencari setiap makna di balik keindahan misteri semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menutup Blind Spot: Kontribusi Parachurch bagi Gereja Lokal

4 September 2024   16:26 Diperbarui: 6 September 2024   19:40 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga tahun ini, saya  telah memasuki tahun keenam terlibat melayani orang-orang untuk membagikan Yesus Kristus secara penuh waktu kepada mereka yang belum digembalakan, khususnya kepada anak-anak muda: empat tahun di sebuah Gereja lokal di Sidoarjo dan dua tahun secara penuh waktu di sebuah Parachurch yang berfokus melayani Mahasiswa-mahasiswi Kampus di kota Malang bersama dengan Tim, sampai sekarang. Berdasarkan pengalaman Saya yang pernah melayani di "dua dunia" yang berbeda tersebeut. Memang ditemukan adanya konflik antar dua lembaga Kristen tersebut yang terus bersitegang. Ketegangan antar lembaga ini ditunjukkan dari dua sisi. Pertama, kritik dari Hamba Tuhan Gereja lokal.

 Saya pernah berdiskusi dengan beberapa hamba Tuhan yang melayani penuh waktu di Gereja lokal mereka. Saya mengenal mereka dengan baik. Mereka mengungkapkan bahwa keberadaan Parachurch dapat berpotensi menjadi saingan Gereja lokal. Ada beberapa alasan kehadiran Parachurch menimbulkan kekhawatiran akan keberlangsungan eksistensi Gereja: pertama, Jemaat dapat enggan bahkan berhenti berpartisipasi kepada Gereja lokal karena kebutuhan rohaninya dipenuhi di dalam Parachurch. Hal ini dapat difaktori bahwa Jemaat dapat lebih bergairah di komunitas Parachurch ketimbang Gereja lokal sehingga jemaat kemungkinan besar malah menjauhi Gereja. Kedua, sudah seharusnya Gereja yang melakukan pemuridan, bukan tugas Parachurch. Definisi pemuridan pun dapat berbeda-beda.  Ketiga, adanya kompetisi yang menimbulkan tendensi dengan Parachurch yang menawarkan program yang sama sehingga ada ketakutan bahwa kehadiran Parachurch menggantikan Gereja lokal.

Kedua, komentar dari Jemaat. Menurut komentar yang Saya sendiri dengar dari sebuah Gereja lokal. Pelayanan pemuridan yang dilakukan oleh Tim kami dianggap tindakan yang tidak alkitabiah. Pemuridan bagaikan menjadikan "orang Kristen" yang sudah percaya kepada Yesus sehingga pelayanan pemuridan tidak perlu dan tidak dibutuhkan untuk orang-orang Kristen. Menjadi orang Kristen cukup pergi ke Gereja untuk beribadah di hari Minggu saja untuk mendengarkan khotbah.

Melalui tulisan ini, Saya membagikan hasil pembacaan bahwa peran Parachurch bagi sangat penting bagi pertumbuhan Jemaat Gereja lokal. Sebagai dua insan yang lahir dari iman dalam Yesus, lahir dari Allah yang sama. Hharusnya dua lembaga Kristen ini tidak perlu dipertentangkan. Kehadiran Parachurch justru lahir dari kebutuhan Gereja. Parachurch terlibat melayani bukan untuk mengganti Gereja melainkan membantu Gereja.

Esensi Gereja: Kembali Kepada Definisi dan Fungsi 

Pemahaman yang harus dimengerti secara tuntas yang tidak boleh dilupakan adalah pengertian Gereja itu sendiri. Etimologi Gereja atau Church dalam Perjanjian Baru adalah Ekklesia, terdiri dari kata ek dan Kaleo yang berarti "dipanggil keluar". Konsep Ekklesia menjelaskan setiap individu yang telah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, disatukan menjadi sebuah satu kumpulan yang dikhususkan menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12) dan dikuduskan menjadi pelayan-Nya (Roma 12:1-2). Maka, dapat dipahami bahwa istilah Ekklesia atau Gereja merupakan istilah kolektif yang menunjuk kepada kumpulan orang percaya yang mengabdikan diri sebagai hamba Kristus. Gereja tidak boleh hanya dimengerti dalam arti teknis sebagai organisasi Kristen yang melakukan tugas sakramental-seremonial seperti perjamuan kudus, baptisan, ibadah dan pernikahan. Gereja pun juga memiliki tanggung jawab melaksanakan tugas pedagogi-misional seperti pemuridan, pengembalaan, pastoral dan pengutusan misi. Tanggung jawab yang harus ditunaikan sangatlah banyak. Tugas-tugas Gereja lokal inilah yang dibagi menjadi 5 bagian secara garis besar yang disebut panca tugas: koinoia, diakonia, marturia, kerygma dan liturgia. Padatnya tanggung jawab Gereja, inilah alasan parachurch lahir.

Kata parachurch terdiri dari dua kata: para yang diserap dari bahasa Yunani yang artinya "bersama, dengan, dari". Dapat diartikan arti parachurch adalah komunitas Kristen yang berasal dari Gereja itu sendiri. Secara organisasi, Parachurch merupakan lembaga Kristen yang berdiri secara mandiri dan beroperasi di luar Gereja lokal. Panggilan parachurch adalah menjalankan dan membantu tugas spesifik dan sempit yang menunjang tugas Gereja. Contoh, Navigators, lembaga yang menjadi tempat Saya melayani. Lembaga memiliki panggilan spesifik untuk memberitakan Injil dan memuridkan murid-murid Kristus supaya dapat menjangkau orang yang terhilang. Navigators tidak menjalankan tugas sakramental-seremonial layaknya Gereja. Hanya berfokus kepada pelayanan penginjilan dan pemuridan melalui pendekatan "life to life" di konteks masing-masing: paguyuban, dunia kerja, kampus dan sekolah-sekolah. Masih ada banyak lagi bentuk Parachurch yang terlibat melayani menurut panggilan keterlibatan spesifik lainnya yang bertujuan memajukan Injil Kerajaan Allah: seperti STT, Sekolah, Penerbit literatur, Lembaga Konseling, Lembaga Apologetika, Misi-Pemuridan dan lain-lain. 

Paulus menjelaskan dengan rinci fungsi Gereja di sepanjang Efesus 4. Allah telah memberikan karunia kepada masing-masing orang percaya yang bertujuan menuntun gereja bertumbuh menuju kepada kedewasaan rohani (Ef. 4:13). Kasih karunia yang telah diberikan berdasarkan ukuran pemberian Kristus. Karya Kristus memungkinkan orang percaya untuk mengalami kasih karunia Allah dan kekayaan Allah yang dinyatakan orang-orang percaya memiliki kapasitas dann kemampuan untuk melayani Allah. Di ayat 8, Paulus mengatakam bahwa karena Kristus yang telah naik ke surga itulah yang menjadi dasar memberikan pemberian-pemberian itu. Bandingkan dengan Yohanes 14:16-17 sebelum Yesus mati disalibkan. Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai pemberian untuk murid-muridNya kemudian janji ini tergenapi 50 hari setelah kebangkitanNya lalu naik ke surga. Tepat pada hari pentakosta, Roh Kudus dicurahkan untuk setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2) sebagai penggenapan janji Yesus jauh sebelum Ia naik ke surga. Tidak mengherankan mengapa Paulus mengatakan di Efesus 1:14, Roh Kudus yang hadir dalam hidup setiap orang percaya menjadi materai sah bahwa Gereja adalah milik Allah.

Orang percaya yang ditawan menjadi milik Kristus untuk diserahkan kembali untuk menjadi pemberian kepada orang percaya itu sendiri. Di ayat 11 menjelaskan secara spesifik, bentuk pemberian itu berupa Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pengajar, Pemberita Injil dan Gembala. Di kitab lain, para saya Alkitab membuat daftar keberagaman kapasitas lebih banyak lagi untuk mendukung pertumbuhan menuju kedewasaan rohani seperti:

  • Diakonia (Kis. 6: 1-7, Roma 12:7, 1Kor. 12:28)
  • Donatur (Lukas 8:3)
  • Akomodator (Roma 12:8)
  • Penasihat (Roma 12:8)
  • Pemimpin (1Kor. 12:28)
  • Orang yang berhikmat ( 1Kor. 12:8)
  • Penyembuh (1Kor 12:29)
  • Orang yang berpengetahuan (1Kor. 12:8)
  • Pelaku bahasa Roh (1Kor 12:10)
  • Penafsir bahasa Roh (1Kor 12:10, 28)
  • Orang yang dapat membedakan Roh (1Kor 12:10)

Mereka semua diberikan kepada Gereja yang berasal dari Gereja itu sendiri untuk satu kepentingan yang sama yaitu memperlengkapi orang-orang percaya itu sendiri (Ef. 4:12-13). Paulus mengatakan akibat Gereja yang telah diikat menjadi satu kesatuan dalam keberagaman karunia yang Allah anugerahkan. Paulus berkata bahwa jika berjalan dalam kesatuan, Apabila setiap kristen melayani dalam kesatuan dan bertumbuh menjadi dewasa, maka setiap individu tidak akan lagi seperti anak kecil yang mudah disesatkan oleh ajaran sesat. Paulus berbicara tentang iman yang tidak kekanak-kanakan  yang ditandai dengan ketidakdewasaan dan kelemahan. Di 1Korintus 12:5-27, Paulus menganalogikan keberagaman kapasitas untuk orang percaya bagaikan organ tubuh manusia yang memiliki berbagai macam fungsi yang berbeda-beda tetapi keberagaman itu diikat menjadi kesatuan yaitu kepentingan bersama yaitu melayani Tuhan yang sama. Keberagaman pelayanan tidak berjalan sendiri melainkan saling bersolidaritas dan berkolaborasi. Relevansinya di masa kini, pemberitaan Injil haruslah dilakukan oleh semua orang percaya (Mark. 16:15) namun tidak semua orang dan Gereja lokal memiliki kapasitas lebih banyak untuk mengutus Jemaat dan terlibat langsung di lapangan dengan waktu yang luang untuk memberitakan Injil seperti para rasul. Setiap orang percaya wajib melakukan pemuridan (2Tim. 2:2), tetapi tidak semua orang bahkan Gereja lokal memiliki kapasitas lebih untuk menjangkau dan memuridkan orang-orang percaya dari lintas generasi dan latar belakang secara detail. Demikian sebaliknya, orang-orang yang tidak memiliki kapasitas lebih banyak di bidang penginjilan, pemuridan dan pelayanan spesifik lainnya harus mendukung menurut kapasitasnya juga untuk orang-orang percaya yang terlibat secara penuh waktu di bidang pelayanan tertentu. 

 Orang percaya dituntut mengatakan kebenaran dalam kasih supaya sebagai anggota tubuh Krisus yang diikat menjadi satu tubuh yang dipimpin oleh satu kepala yaitu Yesus, setiap orang percaya menttgalami petumbuhan rohani ke arah Kristus. Setiap individu anggota tubuh Kristus penting bagi kesatuan, stabilitas dan pertumbuhannya. Paulus berkata di akhir ayat 16 bahwa gereja itu dipersatukan & dibangun "yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih".

Baik Gereja lokal dan Parachurch. Pada esensinya dua lembaga khusus ini merupakan Gereja, anak-anak kepunyaan Allah. Kumpulan orang percaya yang telah diikat menjadi kesatuan yang di dalamnya berisi keberagaman kapasitas atau karunia untuk menunjang kedewasaan rohani bersama, memajukan Kerajaan Allah dalam dunia.

 

Menutup Blind spot: Kehadiran Parachurch Memenuhi Kebutuhan Pertumbuhan Iman Jemaat 

Belajar dari jemaat gereja mula-mula. Kisah Para Rasul 6:1-7 mencatat bahwa orang-orang di Yerusalem yang menjadi pengikut Yesus semakin bertambah banyak. Maka, kebutuhan pelayanan juga turut meningkat dan semakin mendesak. Banyaknya kebutuhan yang menjadi hal mendesak yang harus dipenuhi ditandai narasi pada ayat 1, banyak orang Yahudi Kristen yang mengeluh karena janda-janda terabaikan dalam pelayanan sehari-hari.  Para Rasul merasa tidak puas karena telah melalaikan pemberitaan Firman Tuhan yang disebabkan terlalu sibuk dengan pelayanan meja. Istilah pelayanan meja - secara leksikal merujuk kepada tindakan pelayanan yang berfokus kepada memenuhi kebutuhan jasmani orang miskin yang membutuhkan berupa makanan, minuman dan lain-lain[8]. Maka itu, para Rasul menetapkan tujuh orang khusus yaitu Stefanus, Nikanor, Filipus, Prokhorus, Timon, Parmenas, Nikolaus yang menjadi pelayan meja atau diaken untuk terlibat dalam bidang ini sehingga para rasul dapat fokus memberitakan Injil dengan lebih leluasa. Sedangkan para Diaken yang terpilih dapat memenuhi kebutuhan jasmani orang-orang miskin pada jaman itu supaya pemberitaan Injil tidak terganggu oleh pelayanan internal. Kita lihat di ayat 7, setelah pemilihan Diaken. Pemberitaan Injil semakin menyebar di seluruh Yerusalem dan semakin bertambahlah orang percaya. Paulus dalam 1Timotius 3:8-13 menjabarkan kriteria wajib seseorang yang akan dipilih menjadi Diaken. Syaratnya adalah harus orang-orang yang terhormat, tidak bercabang lidah, tidak penggemar anggur, tidak serakah, harus diuji dahulu supaya dapat dinyatakan tidak bercacat, yang memiliki satu istri dan melayani yang baik. Memikul tanggung jawab Diaken sendiri juga berat, tidak kalah penting dengan pelayanan pemberitaan Injil.

Andreas Budi Setyobakti menjabarkan bahwa tugas diakonia sendiri dibagi menjadi tiga bagian: diakonia karitatif, reformatif dan transformatif. Diakonia karitatif merupakan pelayanan yang memberikan perhatian khusus berupa pemberian dalam bentuk pangan, dan papan kepada orang-orang miskin. Pelayanan yang dideskripsikan di Kisah Para Rasul 6 ini yang merupakan contoh diakonia karitatif. Diakonia reformatif adalah pelayanan yang berfokus kepada  pembangunan beupa pusat kesehatan, penyuluhan, penyuluhan  kepada masyarakat, usaha simpan pinjam bersama. Natur pelayanan diakonia reformatif tidak hanya sebatas memberi saja tetapi mengupayakan Jemaat untuk diperlengkapi supaya masyarakat menjadi terampil sehingga dapat mengembangkan keterampilannya yang bisa menolong orang lain kembali. Diakonia transformatif adalah pelayanan yang  komprehensif yang meliputi pelayanan multi dimensi yang melibatkan sektor ekonomi, politik, sosial, kebudayaan dan hukum Diakonia ini mengarah kepada transformasi seluruh keberadaan manusia sehingga mereka mampu mengenal Allah dan masuk dalam Kerajaan Allah melalui sektor-sektor tersebut.

Jemaat mula-mula pernah mendapatkan blindspot atau titik buta. Akibat Gereja lokal mula-mula di Yerusalem sangat sibuk dengan urusan internal yaitu pelayanan diakonia sehingga pelayanan kerygma, yaitu pemberitaan Injil menjadi lalai dan pelayanan diakonia sendiri juga terlantar. Sepertinya Gereja mula-mula telah belajar dari kelemahan yang telah dilalui, seperti yang dialami oleh Gereja di Yerusalem. Di Kisah Para Rasul 13:1-2. Gereja Antiokhia telah memiliki hamba Tuhan khusus yang menggembalakan Jemaat lokal. Mereka adalah Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, Lukius orang Kirene, dan Menahem. Mereka mendapat petunjuk Allah bahwa Barnabas yang berasal dari Yerusalem dan Paulus dikhususkan untuk menjadi Penginjil di luar Yerusalem, yang artinya mereka menghabiskan waktu melayani di luar Gereja lokal. Bisa dilihat hasil dari pelayanan Paulus di luar Gereja, Paulus melahirkan beberapa anak rohani yang Ia muridkan secara intens yaitu Titus, Timotius dan Filemon. Tiga murid Paulus inilah yang menjadi Gembala Jemaat di Gereja lokal masing-masing. Sejarah mencatat bahwa Titus menjadi Uskup di Kreta. Timotius menjadi Uskup di Efesus dan Filemon diangkat menjadi Uskup di Gaza[10]. Inilah kontribusi Parachurch, mengupayakan menutup celah supaya Jemaat tidak terlantar meskipun Gereja dilanda kesibukan .Terdapat dua kontribusi Parachurch bagi Gereja lokal. Berikut di bawah ini ulasannya

 

Kontribusi pertama: Kehadiran Parachurch Meringankan Hamba Tuhan Gereja lokal Supaya fokus mengembalakan Jemaat.

Parachurch menitikberatkan melayani di luar Gereja lokal untuk memusatkan diri kepada salah satu panca tugas gereja. Sebut saja salah satu dari banyaknya Parachurch, ada yang berfokus kepada pelayanan kerygma yang spesifik melayani di bidang misi dan pemuridan saja. Karena Parachurch telah berdedikasi untuk menjangkau jiwa-jiwa yang tidak bergembala di luar Gereja, maka hamba Tuhan Gereja lokal harus fokus dengan penuh waktu menggembalakan Jemaat untuk berakar dan bertumbuh dalam Kristus untuk mencapai kedewasaan rohani. Sebelum Paulus mati, Ia telah memerintahkan kepada Timotius yang menjadi penerus estafet tanggung jawab untuk memimpin Jemaat Allah bahwa Ia harus siap sedia memberitakan Firman Allah di kala waktu baik atau tidak baik waktunya. Kemudian harus siap menyatakan apa yang salah, menegur dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran supaya Jemaat tidak jatuh ke dalam kesesatan (2Tim, 4:1-8). Paulus telah mengingatkan Timotius untuk berjaga-jaga supaya Ia dan Jemaat tidak jatuh ke dalam kesesatan. Dapat dirincikan bahwa tugas hamba Tuhan lokal kepada Jemaat adalah:

  • Memberitakan Firman Tuhan siap atau tidak baik waktunya
  • Menyatakan apa yang salah
  • Menegur
  • Menasihati
  • Mengajar

Meskipun Parachurch turut berpartisipasi menunaikan tugas kerygmanya untuk menyebarkan kabar baik itu. Gereja lokal juga tetap harus mempersiapkan Jemaatnya untuk turut terlibat dalam mendukung Amanat Agung sesuai kapasitas setiap individu masing-masing. Itu tanda Gereja yang sehat. Parachurch tidak menggantikan posisi Gereja untuk menuntaskan panca tugasnya. Lembaga Parachurch hanya sebatas membantu, menunjang dan menolong Gereja lokal rencana penyelamatan tergenapi. Sudah seharusnya Gereja lokal dan Parachurch berjalan bersama untuk melayani. Bagaikan gambaran Paulus bahwa Gereja memiliki keberagaman tugas yang saling melengkapi dengan satu tujuan yaitu menjadi berakar dan bertumbuh dalam Kristus (Kol. 2:7). Sebagai contoh saja, saya merupakan hasil pelayanan Parachurch sewaktu SMK. Ketika saya memasuki SMK yang berbasis asrama sehingga aktivitas Gereja lokal saya menjadi terbatas sekali karena waktu untuk ke Gereja lokal sangat minim. Iman saya semakin dimantapkan saat saya ditolong oleh kakak-kakak mentor yang ada di persekutuan SMK. Kemantapan iman inilah yang membimbing saya untuk menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Walapun Gembala saya tidak mempunyai akses lebih yang untuk menggembalakan saya, tetapi saya sebagai Jemaat tetap tertolong adanya upaya pemuridan yang dilakukan komunitas persekutuan SMK ini. Kemudian ketika memasuki perguruan tinggi, saya kembali dipertemukan oleh Tim Navigators dan saya dimuridkan selama menginjak bangku perkuliahan.

 

Kontribusi Kedua: Memperlengkapi Jemaat Menjadi Pekerja Kristus Untuk Memuridkan Jemaat Seorang demi Seorang

Tiga murid Paulus yaitu Timotius, Titus dan Filemon menjadi pemimpin-pemimpin Gereja, mereka yang meneruskan estafet pemberitaan kabar baik. Hal ini tidak luput dari konsentrasi penuh Paulus memuridkan mereka bertiga secara intens. Pendekatan Paulus melayani murid-muridnya sangat tergambarkan di 1Tesalonika 2:1-12. Cara Paulus melayani Jemaat Tesalonika diceritakan seperti seorang Ibu dan Ayah yang memberikan penyerahan diri untuk memperhatikan dan menguatkan kerohanian Jemaat satu per satu. Ia mengatakan bahwa Paulus dan kawan sepelayanannya yakni Timotius dan Silwanus tidak hanya membagikan Injil sebagai berita saja kepada Jemaat, bahkan kehidupan mereka bertiga pun dicurahkan. Kehidupan yang dicurahkan ini dittunjukan di ayat 9 bahwa Paulus dan tim bekerja siang dan malam supaya tidak menjadi beban bagi Jemaat Tesalonika. Tidak heran jika Timotius turut terlibat dalam pelayanan penggembalaan karena di balik itu terdapat jerih payah Paulus menolong kerohanian jiwa-jiwa secara one by one. Leroi Eims mengatakan pelayanan pelipatgandaan tidak timbul dari pelayanan massal. Harus ada waktu khusus memberi perhatian rohani secara individu untuk menghasilkan pekerja yang melipatganda[11]. Yesus melipatganda tidak secara massal melainkan memberi fokus hanya kepada dua belas murid saja walaupun dijelaskan di Injil-injil bahwa Ia juga mempunyai tujuh puluh murid. Melalui dua belas murid (Mat 28:19), terjadi pelipatgandaan hingga seratus dua puluh orang (Kis. 1:15), kemudian tiga ribu (Kis. 2:41) sampai lima ribu jiwa (Kis. 4:4). Pendekatan pelayanan Parachurch, khususnya dalam bidang pemuridan menekankan pemuridan secara pribadi sehingga dapat mengamati pertumbuhan rohani dengan detail. Inilah yang berpotensi menjadi blindspot Gereja, kadang luput memberi perhatian detail kepada Jemaat dan mempersiapkan serta memperlengkapi pekerja-pekerja baru secara individu karena kesibukan pelayanan yang lain dan banyaknya kuantitas Jemaat. Tim hamba Tuhan dan hirarki Gereja lokal pun terbatas. Kehadiran Parachurch menolong Gereja lokal untuk memuridkan, mempersiapkan pekerja-pekerja Kristus untuk siap dipakai baik untuk pelayanan internal Gereja lokal maupun pelayanan lapangan untuk melipatganda lagi. 

Sewaktu saya melayani di sebuah Gereja di Sidoarjo. Gereja tersebut telah menjalin kerja sama dengan Perkantas. Sebagai hamba Tuhan yang melayani, kontribusi Parachurch ini bagi Gereja tersebut sangatlah berarti bagi Jemaat karena kehadiran Perkantas dapat menutup blind spot pelayanan kami yang diakibatkan kesibukan dengan pelayanan lain dan sumber daya manusia yang yang terbatas. Parachurch ini membantu melatih Jemaat Gereja ini selama beberapa pertemuan untuk terlibat memuridkan pemuda-pemudi melalui KTB (kelompok tumbuh bersama). Pemuridan yang diterapkan berbasis kelompok kecil yang berisi tiga sampai empat orang sehingga para mentor dapat memerhatikan secara detail pertumbuhan pemuda-pemudi yang dimuridkan. Bersyukur melalui pelayanan Parachurch tersebut, hasilnya adalah anak pemudi yang dimuridkan semakin diteguhkan untuk menjadi hamba Tuhan secara penuh waktu dan beberapa kakak-kakak pemudanya yang telah dimuridkan dalam KTB juga kembali memuridkan adik-adik mereka yang masih di kelas tunas remaja.

 

KESIMPULAN

Seberapa pentingkah Parachurch bagi Gereja dalam membangun Iman Jemaat? Sangat penting! Kehadiran Parachurch menutup blindspot Gereja lokal supaya Jemaat sendiri tidak terlantar. Bercermin dari dua kontribusi di atas, natur parachurch adalah Gereja itu sendiri yang dipanggil Allah untuk melaksanakan panggilan khusus di luar Gereja lokal untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang dan memperlengkapi Jemaat menjadi pekerja Kristus yang melipatganda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun