Mohon tunggu...
Gilbert Su
Gilbert Su Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Gilbertus, saya mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti, hobi saya bermain musik, futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upacara Gurut Uma (Pesta Rumah Baru)

9 November 2024   13:20 Diperbarui: 9 November 2024   13:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gurut Uma adalah upacara adat yang diadakan untuk merayakan selesainya pembangunan sebuah Uma, atau rumah besar yang berfungsi sebagai tempat pertemuan suatu kelompok suku. Upacara ini juga dikenal sebagai Punen Gurut Uma, di mana berbagai ritual adat dilakukan dalam sebuah perayaan yang digelar oleh suku pemilik Uma baru tersebut. Seluruh anggota suku terlibat sejak tahap persiapan hingga pelaksanaan Punen Gurut Uma, seperti yang lazim dilakukan dalam upacara-upacara adat lainnya. Persiapan upacara ini biasanya memakan waktu antara satu hingga dua bulan. Punen Gurut Uma terbagi menjadi dua tahap, yaitu gurut uma dan surut uma. Pada tahap awal, sebelum upacara gurut uma dimulai, pemilik rumah baru atau sikebbukat uma memasuki Uma sembari melafalkan kalimat-kalimat sakral yang menyatakan kehadirannya di Uma tersebut. Tujuannya agar Uma yang tadinya sunyi tidak terkejut oleh kehadiran banyak orang serta untuk meminta izin kepada roh-roh di sekitar agar tidak ada yang terganggu dengan aktivitas yang akan berlangsung.

Setelah itu, anggota suku mulai membawa perlengkapan rumah tangga seperti peralatan tidur dan dapur milik sikebbukat uma ke dalam Uma, diikuti dengan perlengkapan budaya seperti gajeumak, ngong, dan perhiasan manik-manik. Sikebbukat uma beserta keluarganya kemudian masuk ke Uma dan berkumpul di ruangan puiligat, di mana mereka dimandikan dengan air dari mata air yang dianggap sakral. Setelahnya, mereka memasuki ruangan dalam Uma yang disebut puiringan dan menutup pintunya.

Beberapa saat kemudian, seorang pemimpin suku bernama sikautet lulak datang dan bertanya, "Apakah ada orang di dalam rumah ini?" Sikebbukat uma menjawab, mengonfirmasi bahwa mereka berada di Uma dalam keadaan sehat. Setelah pintu dibuka, seluruh anggota suku masuk ke dalam Uma, dan sikebbukat uma menyiramkan air ke tubuh mereka sambil mengucapkan kalimat sakral agar mereka terlindung dari segala halangan.

Setelah semua ritual selesai, diadakan acara makan bersama di Uma. Para pria memasak daging babi dan ayam, sementara wanita mempersiapkan sagu dan keladi. Mereka semua makan bersama di dalam Uma. Setelahnya, mereka menanti kedatangan kerabat, tamu, dan sikerei dari Uma lain jika tidak ada sikerei di Uma mereka. Selama menunggu, sikebbukat uma menyiapkan ramuan khusus yang disebut rauk sipauma, berisi daun-daunan dan sedikit bahan dari pembuatan Uma yang dianggap sakral. Rauk ini disiramkan ke tubuh seluruh anggota suku sebagai bentuk berkat sebelum mereka pulang.

Upacara ini mencerminkan penghormatan manusia terhadap alam yang menyediakan kebutuhan mereka, termasuk material untuk membuat Uma. Masyarakat Mentawai meyakini bahwa setiap benda dan makhluk hidup memiliki roh yang perlu dihormati agar mereka mendapatkan berkah dari penguasa alam, Ulau Manua. Dengan melaksanakan upacara gurut uma, anggota suku berharap mendapat berkat dari Ulau Manua.

Setelah semua undangan tiba, mereka memulai upacara gurut uma, yang dipimpin oleh sikerei. Dengan mengenakan pakaian tradisional lengkap, sikerei memimpin upacara dalam Arat Sabulungan, mengundang roh leluhur dan penguasa alam untuk ikut serta dalam punen gurut uma. Sikerei menyampaikan niat dan tujuan upacara ini, mengajak roh leluhur, dan menyampaikan rasa syukur atas material pembuatan Uma yang diperoleh tanpa halangan, menunjukkan penghormatan kepada alam. Sikerei bertanggung jawab atas kelancaran upacara, percaya bahwa roh leluhur dan penguasa alam memainkan peran besar dalam setiap upacara adat Mentawai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun