Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro Palestina Bukan Berarti Anti Yahudi

20 Mei 2021   18:13 Diperbarui: 20 Mei 2021   18:24 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik ini bukan konflik agama, namun lebih kepada konflik perebutan upaya untuk mengontrol wilayah dan sumber daya alam di wilayah tersebut. Hanya saja agana dan budaya digunakan sebagai alat untuk memperbesar konflik ini. Agama telah dijadikan alat untuk memperketuh konflik Israel - palestina yang ssebenarnya bersumber dari persaingan kekuasaan antara kedua negara.

Selama ini dunia hanya mengutamakan solusi politik dalam penyelesaian konflik yang telah bergulir selama lima puluh tahun tersebut. Padahal masih ada hal yang lebih mendasar dan lebih diutamakan komunitas international yaitu menghentikan pelangaran HAM oleh israel terhadap rakyat Palestina.

Konflik antara Israel dan Palestina yang terjadi belakangan ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya sikap kebencian terhadap Yahudi atau antisemitisme. Yahudi dituding sebagai biang kerok yang menyebabkan terjadinya konflik disana. Gerakan pro palestina juga meningkat belakangan ini lewat digelarnya aksi turun kejalan diberbagai negara. Lantas, sikap mendukung Palestina apakah berarti menunjukan kita sebagai orang antisemitisme?

Gerakan pro palestina belakangan ini juga ramai disuarakan lewat aksi turun jalan yang diikuti ribuan demonstran di sejumlah kota Amerika Utara dan Eropa. mereka mengelar aksi untuk unjuk  rasa yang menyerukan supaya Israel  mengakhiri serangan mereka dijalur Gaza. Sekitar kurang lebih 2.000 orang muncul di daerah Bay Ridge di Brooklyn,AS.

Para peserta aksi menyuarakan tuntutan pembebasan terhadap Palestina seraya mengibarkan bendera dengan membawa plakat bertuliskan " Akhiri Aparheid Israel" dan "Kebebasan untuk Gaza".

Hasil survey yang dihimpun baru-baru ini, 75% orang amerika masih berpihak kepada israel terkait konflik ini, namun jumlah simpatisan pendukung Palestina terus bertambah. Beberapa orang karywan diaspora bragama Yahudi di Google juga menyerukan perusahaan untuk meningkatkan dukunganya untuk warga Palestina ditengah suasana konflik yang kian memanas dengan Israel di jalur Gaza.

Akan tetapi, dalam hasil survei terbaru Lembaga Indonesial Indicator, menyimpulkan bahwasanya masyarakat Indonesia memang lebih berpihak kepada Palestina karena merasa memiliki kedekatan dengan mereka.

Hal ini terlihat dari setiap ada isu tentang Palestina, masyarakat melalui medsos khususnya Twiter, seringkali bergolak dan mengajak berjuang untuk Palestina.

Aksi demononstrasi juga dilakukan oleh sejumlah kaum Yahudi Ortodoks  di London, Inggris dan menentang serangan militer israel terhadap Palestina, beberapa waktu lalu.

Dalam aksi tersebut, para demonstran Yahudi Ortodoks itu mengenakan atribut bergambarkan bendera palestina sebagai bentuk dukungan mereka terhadap warga Palestina atas agresi Israel.

Mereka meyebut bahwa aksi ini guna menunjukan dukungan  terhadap Palestina yang kini dijajah dan mendapat kekerasan dari zionis Israel. Bahkan, mereka merasa malu denga serangan brutal yang kerap dilancarkan Israel terhadap Palestina di tepi barat atau juga di jalur Gaza.

Sementara itu, para demonstran Yahudi Ortodoks tersebut juga mengatakan bahwa penduduk palestina tidak boleh menyerah pada perjuangan melawan zionis Israel. Mereka juga meyakini bahwa pada akhirnya palestina akan merdeka.

Selain itu, salah seorang kaum Yahudi Ortodoks dalam aksi demontrasi itu mengaku merasa malu dengan tindakan Israel terhadap Palestina, terlebih mereka mengatas namakan Yahudi. Mereka juga dengan tegas mengaku mendukung Palestina. 

Dapat kita ketahui, keberpihakan terhdap palestina dalam konflik ini tak melulu bisa diangap sebagai sikap antisemitisme. Begitu pula jika berpihak pada israel, tak serta merta dikaitkan sebagai bentuk dukungan terhadap zionisme.

Antisitisme merupakan tindakan kebencian bahkan pemusnahan etnis Yahudi yang termasuk di dalamnya tindakan genosida. Pelaku antisemitisme yang terkenal adalah kelompok Nazi di Jerman. Sementara Zionitisme merupakan gerakan nasionalisme yang terkenal di Eropa, berbasis kebanggan pada identitas Yahudi yang memang sempat digempur dan dihabisi di benua tersebut.

Sikap antisemitisme bersifat ilegal karena melawan norma dan aturan internasional serta melanggar kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM). sangat disayangkan jika ada yang mengaitkan dukungan pada Palestina dengan mengorbankan kebencian dan pembunuhan pada bangsa atau suku lain. Padahal, tidak semua orang  Yahudi itu garis keras.

Konflik Israel dan Palestina sangat poliis karena pada intinya adalah konflik eksistensi suatu negara. palestina sejak bebas dadi Inggris, belum bisa menghirup kedaulatan dan Israel, dengan diplomasi serta aksi politiknya bisa mendapatkan tanah yang diambil sebagaian dari tanah Palestina.

Sudah menjadi hal yang wajar suatu negara yang berbagi batas wilayah seperti Palestina dan Israel, cenderung bersitegang soal batas wilayah negara. Terlebih, perbatasan mereka kondisinya zero-sum, yaitu jika perbatasan diambil akan memberikan efek kedaulatan dan perang.

Perlu kita ketahuin juga bahwasanya negara-negara Timur Tengahitu juga tidak semua homogen kwarganegaraanya. Israel, Palestina, Yordania, Lebanon termasuk yang cukup beragam komposisi etnis dan agamanya. Di Israel ada suatu partai yang cukup berpengaruh, yang berbasis etnis arab, dan di israel dan sekitarnya 20%  penduduk Arab yang beragama muslim. Mereka juga tidak mau juga pindah jadi warga palestina.

Di Israel maupun Palestina menguat aliran fundamental yang anti damai. Partai Likud bukan satu-satunya partai faundamental di Israel masih ada banyak partai partai lain, apalagi di Palestina muncul Hamas.

Dengan begitu, pro palestina merupakan sikap dukungan terhadap kemerdekaan negara tersebut, meski nantinya Negara Palestina tidak hanya beragama Islam, tetapi juga termasuk Katolik dan Yahudi.

Mendukung Israel bisa dikatakan mendukung eksistensi sebagai negara, tetapi belum tentu mendukung kekjaman dan aneksasi wilayah yang dilakukan oleh Israel.

Terjadi peningkatan tren dukungan masyarakat Yahudi di Amerika Serikat untuk kebebasan Israel yang tampak belakangan ini. Kejadian itu disebabkan karena mereka tidak bisa melihat harkat dan martabat manusia belahan bumi mana pun ditindas. mereka mendukung karena tidak bisa melihat harkat dan martabat manusia ditindas dan dilecehkan. Sebenarnya tanpa ada sangkut paut dengan agama ataupun soal perebutan wilayah. Sikap masyarakat Amerika Serikat memang sensitif dan sebenarnya sudah lama juga bersikap seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun