Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bertahan Hidup di Masa Pandemi Covid-19 dengan Budidaya Jamur Tiram

22 April 2021   21:08 Diperbarui: 22 April 2021   21:28 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jamur tiram merupakan jamur kayu, sehinga bahan utama dari baglog sendiri yaitu bekatul, grajen (serbuk gergaji) dan kapur. Semua bahan ini harus diauk rata dan ditambahkan air sekitar 60% dari berat media tersebut.

Baglog dibungkus plastik berbentuk silinder, yang dimana salah satu ujungnya diberi lubang. Di lubang inilah jamur tiram akan tumbuh menyembul keluar.

Pada budidaya jamur tiram sekala besar, petani jamur biasanya membuat baglog sendiri, Namnun bagi pemula, biasanya baglog dibeli dari pihak lain. Sehingga petani bisa focus hanya menjalankan usaha budidaya saja tanpa harus membuat baglog sendiri

  • Perawatan Baglog

Terdapat du acara Menyusun baglog dalam rak, yaitu dengan meletakan secara vertikal maupun horizontal. Meletakkn secara vertical dimana lubang baglog menghadap ke atas sedangkan cara horizontal lubang baglog menghadap ke samping.

Kedua cara budidaya jamur tiram ini memiliki kelebihan masing-masing. Kalua disusun secara horizontal menjadi lebih aman dari siraman air. Karena jika penyiraman berlebihan, air tidak akan masuk ke dalam baglog

Kalua baglog yang digunakan permukaanya telah tertutup sempurna dengan miselium, biasanya dalam waktu 1-2 minggu sejak pembukaan tutup baglog, jamur akan tumbuh dan sudah bisa panen. Baglog jamur bisa dipanen 5-6 kali, bila dirawat dengan baik.

Baglog dengan bobot sekitar 1 kilogram akan menghasilkan jamur sebanyak 0,7-0,8 kilogram. Setelah baglog sudah tidak produktif atau tidak menghasilkan jamur lagi maka bisa dijadikan bahan kompos. Panen ini dilakukan pada jamur yang telah mekar dan membesar. Tepatnya bila ujung-ujungnya telah terlihat meruncing. Namun tudungnya belum pecag, warnanya masih putih besar.

Dengan situasi ekonomi yang sedang tidak menentu seperti saat ini, nyatanya usaha budidaya jamur iram ini cukup terbilang sukses. Dengan ini M Albar mengajak para pelaku usaha kecil menengah lainya untuk tidak menyerah.

Saat masa pandemic seperti ini, menurutnya jika mau berusaha dan tidak mudah menyrah, maka akan mendapatkan hasil di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun