Mohon tunggu...
Gilang sakti
Gilang sakti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Asian Games, Bukan Hanya Kompetisi Olahraga

17 Agustus 2018   22:11 Diperbarui: 17 Agustus 2018   23:03 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Asian Games atau biasa disebut Asiad (Asia dan Olimpiade) merupakan ajang olahraga empat tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia) dan diikuti oleh atlet-atlet se- Asia. Hajat  terbesar kedua sejagad --setelah Olimpiade- ini tak hanya mengisahkan euphoria olah jasmani, namun juga mengisahkan haru-deru perjuangan kemerdekaan Negara kawasan, hingga pengeratan hubungan multilateral antar-negara sebagai itikad baik menjaga perdamaian dunia.

Sejarah kelam perhelatan Asian Games sejatinya menjadi refleksi yang menggambarkan betapa getirnya hidup pada era kolonialisme di mana semangat sportivitas kompetisi dilukai dengan hasrat ingin menguasai satu sama lainnya.

Tercatat, tahun 1938 Far Eastern Championship Games (nama kompetisi Asia sebelum Asian Games) sempat dibubuarkan saat Jepang menginvansi Tiongkok dan menganeksasi Filipina, lalu tahun 1970 saat Korea Selatan membatalkan dirinya sebagai tuan rumah karena ada ancaman keamanan dari Korea Utara, dan kemudian tahun 1977 saat Pakistan turut membatalkan rencana sebagai tuan rumah karena konflik yang terjadi antara Pakistan dan Bangladesh.

Berkehidupan dalam harmoni perdamaian setidaknya menjadi semngat baru Asian games 2018 yang dihelat di Indonesia.

Sebuah keniscayaan yang seharusnya mulai, harus dan terus dikumandangkan. Karena kekuatan Asia tidak melulu menyoal kekerasan dan seberapa kuat militer setiap Negar.

Tetapi dapat diekspresikan dengan sikap kesejajaran (equality) dan saling menghormati (respect). Serta pendayagunaan optimal semangat anak-anak muda sebagai kompetitor sekaligus agen perajut simpul perdamaian.

Seperti adagium lama, "sambil menyelam, minum air" atau "sekali dayung dua pulau terlewatkan". Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, tidak memposisikan dirinya sebagai fasilitator lomba dan 'pelayan baik' para tamu kenegaraan semata. Indonesia melangkah lebih jauh, dengan menginisiasi perdamaian melalui langkah-langkah diplomasi khusus, diplomasi olahraga.

Diplomasi Olahraga Indonesia

Kunjungan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani sebagai utusan khusus (special envoy) ke Pyongyang , Korea Utara untuk berdialog bilateral (courtesy call) dengan pemerintahan Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) mendapat sambutan hangat dan mengundang banyak perhatian dunia.

Di tengah kemelut perpolitikan semenanjung korea dan aksi blokade besar-besaran Negara adikuasa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terhadap Korea Utara, Indonesia berani tampil dengan merangkul Korea Utara.

Tak ragu-ragu, Presiden Indonesia melalui utusannya memberikan undangan khusus untuk Pemimpin Kore Utara, Kim Jong Un untuk menghadiri upacara pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta.

Bersinambung dengan kunjungan ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga lebih dulu bertandang ke Korea Selatan dengan mandat serupa. Mengundang secara khusus presiden Korea Selatan Moon Jae-In.

Diplomasi cerdik Indonesia agaknya membuka sebuah perspektif baru bagi Negara-negara lain tentang upaya-upaya preventif atas gejolak perang semenanjung korea yang belum berujung. Indonesia mulai membukakan mata dunia dengan meyakini bahwa cara terbaik menyelesaikan konflik bukan dengan aksi-aksi destruktif seperti embargo perdagangan atau mengisolir sebuah Negara. Melainkan dengan menengadahkan tangan terbuka untuk bersikap ramah.

Indonesia mampu tampil beda dengan mempertontonkan lakon baru dalam panggung sandiwara Asian Games. Penegasan bahwa tuan rumah Asian Games hanya disibukkan dalam persiapan-persiapan perlombaan seperti fasilitas olahraga, layanan penginapan dan transportasi, hingga keamanan mulai terkikis teratur.

Keberlangsungan perdamaian kawasan sebagai penopang kesuksesan ajang empat tahunan ini juga menjadi standar operasional baru bagi tuan rumah Asian games berikutnya.

Asian Games sebagai wadah pereratan hubungan antar negara-negara Asia semoga dapat menjadi momentum --atau langkah awal- perdamaian semenanjung Korea.

Dengan Upacara pembukaan Asian Games 2018 yang semakin mendekat, serta Penantian panjang dunia melihat kedua pemimpin Korea saling bertemu guyub satu dengan yang lain, maka keberhasilan diplomasi olahraga ala Indonesia sedang diuji masyarakat global. Patut dinanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun