Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bandung Artikel Utama

Bandung "Lautan Flyover", Bukti Transportasi Publik Belum Memadai

22 Januari 2025   10:21 Diperbarui: 22 Januari 2025   23:05 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyover Supratman (image by Pemkot Bandung)

Sekarang telah menjadi lautan api. Mari Bung rebut kembali...

Begitulah sepenggal lirik dari lagu Halo-Halo Bandung yang sepertinya sudah tidak asing lagi terdengar oleh sebagian besar Kompasianer. Lagu ini menjadi sedikit bocoran sejarah tentang Kota Bandung yang dikenal lewat peristiwa Lautan Api yang terjadi di tahun 1946.

Di sini saya tidak akan membahas soal sejarah itu, melainkan sesuatu baru yang lebih seru diulik. Seperti yang kita tahu Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Maka tak heran jika Bandung menjadi pilihan destinasi wisata, pendidikan, kuliner, dan banyak lagi.

Image by WestJavaToday
Image by WestJavaToday

Orang-orang biasanya menganggap Bandung sebagai kota yang romantis, syahdu, dan menenangkan. Ya tidak salah, sih. Tapi banyak sekali sisi lain yang tak terlihat di sini. Mulai dari kemacetan, pungli di mana-mana, banjir, sampai sarana transportasi umum yang masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan Ibu Kota Jakarta.

Nah, poin terakhir tadilah yang akan saya bahas di sini, yaitu perihal transportasi umumnya. Beberapa netizen Bandung bahkan menyebutkan bahwa Bandung bukan lagi lautan api, melainkan lautan flyover karena saking terlalu banyaknya flyover yang dibangun pemerintah setempat sebagai upaya mengurangi kemacetan, katanya.

Padahal kenyatannya pembangunan flyover ini justru lebih mendukung kendaraan pribadi, sedangkan transportasi umum sejak dulu tak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini jelas membuat orang-orang lebih memilih transportasi pribadi yang lebih terjangkau dan menghemat waktu.

Image by Republika
Image by Republika

Contohnya saja dari pengalaman saya pribadi ketika pernah bekerja di Banjaran, Kabupaten Bandung di mana tempat tinggal saya di Kota Cimahi. Cimahi dan Kabupaten Bandung sebenarnya masih termasuk Bandung Raya di mana tentunya saya akan melewati Kota Bandung jika akan pulang-pergi ke rumah dan tempat kerja. 

Cimahi dan Banjaran itu sangat jauh dengan jarak sekitar 30 KM dengan menghabiskan waktu lebih dari 1 jam jika lancar menggunakan sepeda motor. Di jarak yang sejauh ini pun saya belum bisa menemukan transportasi umum yang benar-benar pas. Naik angkot harus berkali-kali, naik bus jurusannya sangat sulit ditemui, kereta lokal jelas tidak melewati, maka menggunakan kendaraan pribadi adalah satu-satunya cara.

Oke next. Seperti judulnya soal Flyover, saya ingin membahas lebih dalam soal flyover apa saja yang telah dibuat di Bandung selama 10 tahun ke belakang ini. Jadi, mari kita bahas ada flyover apa saja yang ada di Bandung dan seberapa efektifnya sih yang katanya untuk mengurai kemacetan ini.

1. FLYOVER PELANGI

Jembatan Layang Pelangi diresmikan pertama kali tahun 2017 saat Ridwan Kamil masih menjabat sebagai walikota Bandung dan dibangunnya dari tahun 2016. Jembatan layang ini menghubungkan Jalan Antapani dan Jalan Jakarta di mana pada perempatannya memang dikenal sebagai titik kemacetan yang parah terutama di jam-jam sibuk.

Flyover yang telah berganti nama menjadi Flyover Jaksa Agung R Soeprapto ini termasuk pendek karena hanya memiliki panjang 400 meter saja, sehingga terasa sangat tanggung ketika pengendara melewatinya.

Flyover Pelangi Antapani (image by kilas bandung)
Flyover Pelangi Antapani (image by kilas bandung)

Meski begitu, flyover ini cukup berhasil mempermudah mobilitas berkendara, terutama dari Jalan Antapani menuju Jalan Jakarta yang jadi satu arah ini tanpa perlu menunggu lampu lalu lintas yang ada di perempatan bawahnya.

Namun jika dibilang sukses atau tidaknya mengurai kemacetan, saya rasa ini belum bisa dikatakan begitu. Kemacetan di titik ini masih sering terjadi di jam-jam sibuk pagi maupun sore menjelang malam. Bahkan di jembatan layangnya pun tak jarang terjadi kemacetan yang justru membuat stuck kendaraan.

2. FLYOVER SUPRATMAN

Tak jauh dari Flyover Pelangi, ada Flyover Supratman yang menghubungkan Jalan Jakarta dengan Jalan Supratman. Jembatan layang ini memiliki panjang sekitar 500 meter dan diresmikan sekitar tahun 2020-2021.

Awalnya flyover ini akan dibuat dua arah antara Jalan Jakarta - Supratman dan sebaliknya. Namun ternyata bentuk jembatan layang yang berkelok dari arah Supratman ini dianggap sebagai blind spot yang dikhawatirkan akan menyebabkan kecelakaan. Maka dari itu sistem jalurnya hanya menjadi satu arah saja.

Flyover Supratman (image by Pemkot Bandung)
Flyover Supratman (image by Pemkot Bandung)

Ini dia masalahnya. Dari arah Supratman malah membuat kemacetan lebih parah karena jalannya sudah semakin kecil untuk flyover, sementara pengguna kendaraan (pribadi) pun semakin hari semakin bertambah. Begitu pula dengan Jalan Jakarta arah kiri ke Jalan Sukabumi yang menyempit juga karena pembangunan ini. Efeknya sama saja malah jadi titik kemacetan baru karena jalan tidak memadai.

Pertanyaannya adalah, apa pemerintah tidak memikirkan hal-hal kecil seperti ini sebelum mengeksekusi pembangunannya?

3. FLYOVER KOPO SOEKARNO HATTA

Jalan Soekarno Hatta memang dikenal dengan kemacetannya karena punya banyak sekali perempatan. Maka dibangunlah flyover baru yang mengubungkan perempatan Kopo hingga Cibaduyut. Jembatan layang ini pertama dibuka tahun 2022 dengan panjang 1,3 KM.

Flyover Kopo (image by iNews Jabar)
Flyover Kopo (image by iNews Jabar)

Flyover Kopo memang lebih panjang dibanding dengan flyover lainnya dan bisa saya katakan pembangunan ini cukup berhasil mengurai kemacetan. Jalan Soekarno Hatta yang lebar membuat jalan di bawahnya tidak begitu berdampak besar, sehingga yang dari arah Kopo ini bisa sekaligus melewati 2 perempatan sekaligus yang terkenal sangat padat.

Ya meski jika di jam sibuk perempatan Kopo di bawah flyover ini terkadang masih membuat kemacetan, bahkan sampai stuck sampai sulit bergerak.

4. FLYOVER LASWI

Jembatan layang yang mengubungkan Jalan Laswi ini melewati perempatan Gatot Subroto dengan konsep dua arah, seperti flyover Kopo. Tidak terlalu panjang, hanya sekitar 500 meter saja dan dibuka tahun 2021 lalu.

Flyover Laswi-Pelajar Pejuang (image by iNews jabar)
Flyover Laswi-Pelajar Pejuang (image by iNews jabar)

Sejujurnya saya jarang lewat sini. Tapi jika melihat waktu sebelum jembatan layang dibuka, jalan ini tidak begitu macet. Makanya sempat bingung kenapa dibuat flyover di sana. Untungnya bentuk jalannya cukup lebar sehingga tidak begitu mempersempit jalan di bawahnya.

5. FLYOVER CIROYOM

Flyover Ciroyom sebenarnya bisa dibilang efektif untuk mengurai kemacetan di sana, apalagi ada pasar yang membuat situasi jalan semakin padat. Sayang saja di jembatan ini sempat terjadi kecelakaan tak lama setelah dibuka, sehingga membuat jembatannya ditutup lagi dalam beberapa waktu. Di tahun 2024 akhirnya dibuka kembali untuk umum.

Flyover Ciroyom (image by Finance Detik)
Flyover Ciroyom (image by Finance Detik)

Ada sedikit masalah ketika jembatan layang Ciroyom dibuka, di mana jalan dibawah memang ditutup karena melintasi rel kereta api. Warga sekitar mengharapkan jalan kembali dibuka.

6. FLYOVER NURTANIO

Flyover ini sebenarnya masih dalam tahap pembangunan yang rencananya menghubungkan Jalan Abdurahman Saleh dan Jalan Garuda dengan panjang sekitar 500 meter. Flyover Nurtanio akan melewati rel kereta api yang sebenarnya cukup efektif karena jika ada kereta lewat otomatis membuat jalan macet.

Masalahnya adalah pembangunan ini sudah sangat lama dilakukan namun tidak menunjukkan perkembangan berarti. Sepertinya sudah lebih dari 1 tahun. Pembangunan yang belum selesai ini membuat jalan semakin macet. Belum lagi jalannya sangat jelek karena ada proyek. Kalau hujan pun siap-siap saja bertempur dengan kubangan.

Apa pemerintah tidak punya target sejak awal kapan pembangunan ini selesai? Lalu, dampak kemacetan di tengah proyek ini apa tidak dipikirkan juga sebelumnya?

Pembangunan Flyover Nurtanio yang belum beres (image by Pelita Investigasi)
Pembangunan Flyover Nurtanio yang belum beres (image by Pelita Investigasi)

Banyaknya flyover yang dibangun sejak tahun 2017 ini sebenarnya menjadi bukti bahwa Pemerintah Kota Bandung belum mampu memberi sarana transportasi publik yang memadai. Memang ada bus antar kota yang fasilitasnya sudah oke. Tapi jurusan dan armadanya masih sangat minim.

Kereta lokal pun sama yang mana terkadang hanya berangkat 1 jam sekali. Untuk mobilitas pekerja misalnya, sangat tidak bisa diandalkan. Beda dengan KRL/MRT/LRT yang ada di Jakarta.

Angkot sebenarnya bisa jadi pilihan. Tapi jalur yang diambil sering kali memutar. Belum lagi sering ngetem dan tarifnya semakin mahal. Hal ini membuang-buang waktu bagi penumpang jika diburu waktu.

Satu-satunya andalan ya pakai ojol atau taksi online. Ini pun sebenarnya tidak akan mengurai kemacetan karena masih menggunakan kendaraan pribadi.

Harapannya adalah pemerintah setempat bisa memberikan fasilitas transportasi umum yang lebih memadai bagi warganya. Misal armada dan jurusan bus kota ditambah, kereta lokal diperbanyak jadwalnya, atau memberikan fasilitas angkot yang lebih nyaman dan praktis seperti Jaklingko. Syukur-syukur kalau ada pembangunan transportasi baru seperti MRT atau LRT.

Ya seperti itulah sedikit curahan hati saya yang lahir dan besar di Bandung. Jadi memang terasa juga bagaimana perkembangan transportasi publik yang begitu lamban sejak dulu.

Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun