Masalahnya adalah pembangunan ini sudah sangat lama dilakukan namun tidak menunjukkan perkembangan berarti. Sepertinya sudah lebih dari 1 tahun. Pembangunan yang belum selesai ini membuat jalan semakin macet. Belum lagi jalannya sangat jelek karena ada proyek. Kalau hujan pun siap-siap saja bertempur dengan kubangan.
Apa pemerintah tidak punya target sejak awal kapan pembangunan ini selesai? Lalu, dampak kemacetan di tengah proyek ini apa tidak dipikirkan juga sebelumnya?
Banyaknya flyover yang dibangun sejak tahun 2017 ini sebenarnya menjadi bukti bahwa Pemerintah Kota Bandung belum mampu memberi sarana transportasi publik yang memadai. Memang ada bus antar kota yang fasilitasnya sudah oke. Tapi jurusan dan armadanya masih sangat minim.
Kereta lokal pun sama yang mana terkadang hanya berangkat 1 jam sekali. Untuk mobilitas pekerja misalnya, sangat tidak bisa diandalkan. Beda dengan KRL/MRT/LRT yang ada di Jakarta.
Angkot sebenarnya bisa jadi pilihan. Tapi jalur yang diambil sering kali memutar. Belum lagi sering ngetem dan tarifnya semakin mahal. Hal ini membuang-buang waktu bagi penumpang jika diburu waktu.
Satu-satunya andalan ya pakai ojol atau taksi online. Ini pun sebenarnya tidak akan mengurai kemacetan karena masih menggunakan kendaraan pribadi.
Harapannya adalah pemerintah setempat bisa memberikan fasilitas transportasi umum yang lebih memadai bagi warganya. Misal armada dan jurusan bus kota ditambah, kereta lokal diperbanyak jadwalnya, atau memberikan fasilitas angkot yang lebih nyaman dan praktis seperti Jaklingko. Syukur-syukur kalau ada pembangunan transportasi baru seperti MRT atau LRT.
Ya seperti itulah sedikit curahan hati saya yang lahir dan besar di Bandung. Jadi memang terasa juga bagaimana perkembangan transportasi publik yang begitu lamban sejak dulu.
Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2025-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI