Jadi, jika pembaca merupakan tipe yang kurang menyukai jumpscare, tentunya film Racun Sangga bisa jadi pilihan tepat. Tapi sebaliknya. Jika pembaca lebih suka jumpscare dan sosok hantu yang duperlihatkan jelas, maka ekspektasinya perlu sedikit diturunkan di film ini.
KETERKAITAN DENGAN CERITA ASLI
Seperti yang disebut sebelumnya bahwa cerita Racun Sangga berasal dari thread viral di twitter yang dikatakan sebagai kisah asli dari Andi dan Maya dalam kehidupan nyata di Kalimantan. Di awal film pun diperlihatkan sosok Andi dan Maya dengan suara asli mereka yang menceritakan sedikit soal racun sangga ini.
Karena memang film dengan tema horor, tentu saja hal-hal mistis, orang pintar, hingga ritual dan sesajen jadi pengisi cerita. Padahal jika kita pakai logika, apa yang dialami Andi sebenarnya bisa saja penyakit medis biasa. Mulai dari iritasi dan alergi kulit, atau permasalahan kejiwaan yang membuatnya jadi suka berkhayal.
Tapi mungkin ada sisi lain yang tak bisa digunakan logika untuk hal semacam ini hingga alur cerita membawa mereka ke sesuatu gaib yang setidaknya bisa mengobati Andi agar bisa seperti semula.
ALUR PELAN DENGAN KLIMAKS CUKUP OKE
Meski memang tema utama film Racun Sangga adalah horor, tapi sebenarnya apa yang disajikan seperti film drama rumah tangga yang memfokuskan cerita pada Andi dan Maya. Alurnya cukup pelan tapi tidak membosankan, juga mengundang rasa penasaran saya sebagai penonton untuk tahu seperti apa kelanjutan cerita mereka.
Hal selanjutnya yang cukup memberi kesan adalah bahwa cerita horor tak selalu berasal dari Jawa saja seperti KKN di Desa Penari, melainkan dari pulau lain seperti Kalimantan. Budaya Kalimantan di dalamnya pun cukup kuat terutama dari segi bahasa yang digunakan karakternya, kemudian ditambah lagi dengan beberapa ritual khusus yang cukup berbeda dari horor kebanyakan untuk bisa mengeluarkan racun sangga dari tubuh Andi.
Alur pelan, pasti, dan menusuk ini membawa cerita ke 20 menit terakhir yang jadi klimaks. Ada sedikit cerita yang membuat saya sedikit kaget, meski tak sampai membuat twist yang tercengang.
Bagian klimaks yang mempertaruhkan nyawa Andi ini bisa dibilang cukup oke, meski sebenarnya menggunakan formula sama bagi klimaks film horor kebanyakan yang menangani orang kesurupan. Tapi menurut saya pribadi durasi klimaks ini terlalu panjang yang cenderung jadi flat.
Well, itulah sedikit ulasan saya untuk film Racun Sangga ini. Jadi, gimana ya dengan kehidupan rumah tangga Andi dan Maya? Akankah keduanya mendapat kebahagian sebagaimana pengantin baru pada umumnya? Atau justru racun sangga ini menjadi marabaya bagi mereka?
Tentu saja jika ingin mengetahui kelanjutan kisah Andi dan Maya, Kompasianer harus menonton langsung di bioskop sebelum film ini turun layar. Apalagi bagi Anda yang penakut, film ini sangat cocok karena minim jumpscare. Bahkan di satu sisi ceritanya seperti drama kehidupan rumah tangga.