Melakukan perjalanan hingga ke negeri seberang tentu menjadi impian beberapa orang. Entah tujuannya untuk melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan, atau sekadar jalan-jalan biasa untuk mendapatkan pengalaman baru. Sebagai warga negera Indonesia, biasanya negara paling dekat dan menarik untuk dikunjungi antara lain adalah Singapura, Malaysia, atau Thailand. Selain dekat, negara-negara tersebut pun bebas visa sehingga kita hanya memerlukan paspor sebagai dokumen pendukung.
Akhir bulan Oktober lalu kebetulan saya melakukan perjalanan ke Singapura bersama salah seorang teman. Tujuannya sih memang untuk traveling saja dan mencoba pengalaman pertama berkunjung ke negeri orang. Maka, di tulisan inilah saya akan menuangkan cerita perjalanan tersebut serta memberikan sedikit tips dan trik untuk Kompasianer yang juga ingin mengunjungi negara tersebut. Yuk, check this out!
PERJALANAN MENUJU SINGAPORE
Dengan domisili di Kota Bandung, saya mengambil penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta di jam setengah 9 pagi. Sebenarnya bisa juga berangkat dari Bandara Kertajati, Majalengka. Tapi, jadwal penerbangan ke Singapura di sana belum merata dan baru tersedia untuk hari-hari tertentu saja. Itu pun dengan keberangkatan yang terbatas per harinya. Maklum saja, mungkin karena bandara baru dan masih butuh penyesuaian.
Menggunakan maskapai Air Asia, perjalanan saya ke Bandara Changi menghabiskan waktu kurang lebih selama satu jam. Berangkat dari Terminal 2F CGK dan sampai di Terminal 4 Bandara Changi. Begitu sampai di sana, saya tidak langsung pergi, melainkan ke Terminal 1 dulu untuk mengunjungi Jewel yang terkenal dengan air terjunnya.
Dari Terminal 4 ke Terminal 1 ini memang jaraknya cukup jauh jika harus berjalan kaki. Untungnya pihak bandara menyediakan bus gratis yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Perjalanan bus ini hanya menghabiskan waktu 5 menit saja untuk sampai di Jewel. Di sana kita bisa berfoto, cari makan, bahkan hingga berbelanja. Memang Bandara Changi ini sangat luas dan lengkap, sehingga ingin melakukan aktivitas apapun pasti bisa kita lakukan di sana.
Saya menghabiskan waktu selama kurang lebih 1 jam di Terminal 1 (Jewel) ini dengan lebih banyak mangambil gambar dan berfoto untuk kenang-kenangan. Untuk cari makan sepertinya harus di-skip dulu karena harganya lumayan menguras dompet, hehe.
Nah, jika Kompasianer ingin pergi dari bandara dan menjelajahi kota, bisa gunakan kereta terlebih dahulu ke Terminal 2 (ini juga gratis). Dari sana barulah bisa menggunakan bus atau MRT yang mengarah ke kota. Saya sendiri saat itu lebih memilih MRT.
DAY 1: LITTLE INDIA HINGGA GARDEN BY THE BAY
Tujuan pertama dari Bandara Changi ialah check in hotel terlebih dahulu. Kebetulan saya mengambil tempat di Little India yang tak jauh dari pemberhentian MRT. Di sana saya menyimpan barang dan mandi terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan kembali.Â
Begitu siap menjelajah lagi, pertama-tama saya menuju Lau Pa sat, di mana di sini semacam food market yang sangat cocok untuk kalangan yang suka kulineran. Di sini tempatnya ada bagian luar yang menghadap langsung ke jalan besar, ada juga yang di dalam dengan konsep seperti Pujasera.
Hidangan yang disajikan di Lau Pasat pun beragam yang menyesuaikan keinginan pengunjung. Mulai dari makanan chinese, asia tenggara, halal, hingga non-halal. Waktu itu saya memesan nasi lemak dengan lauk ayam dan ikan filet yang jadi makanan andalan khas melayu.
Setelah kenyang mengisi perut, perjalanan berlanjut ke Merlion yang memang jadi tempat khas Singapura dengan patung singa putihnya yang mengeluarkan air. Di sini banyak sekali pengunjung sehingga cukup kesulitan untuk mengambil foto dengan sudut yang bagus.
MerLion dan Marina Bay sebenarnya menjadi dua ikon Singapura yang lokasinya cukup berdekatan. Sebenarnya bisa saja menggunakan MRT, bus, atau menyewa sepeda. Tapi kala itu saya dan teman lebih memilih berjalan kaki yang memakan waktu hingga setengah jam lamanya. Jika Kompasianer tipe orang yang terbiasa berjalan jauh, opsi ini sangat pas untuk menekan budget pengeluaran.
Dari Marina Bay yang tinggi itu, barulah saya menuju ke Garden by The Bay masih dengan berjalan kaki. Konsepnya sebenarnya seperti taman namun terkesan mewah, belum lagi ada Supertree Grove yang tinggi dan akan menyala pada malam hari diiringi dengan lagu instrumen yang benar-benar menenangkan. Di sini pulalah saya merasa terlempar layaknya ke dunia disney karena terlalu indahnya.
DAY 2: SHOLAT JUM'AT, SENTOSA ISLAND, DAN BELI OLEH-OLEH
Menemukan masjid di Singapura sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, apalagi banyak orang Melayu muslim yang tinggal di sana. Maka di hari kedua setelah check out dari hotel, saya memilih Masjid Sultan yang berada di daerah Distrik Rochor. Ketika khutbah pun, bahasa yang digunakan ialah bahasa melayu dengan terjemahan inggris yang bisa dilihat pada layar.
Lokasi Masjid Sultan cukup dekat dengan Bugis Street, di mana di sanalah salah satu pusat oleh-oleh. Mulai dari coklat, gantungan kunci, pakaian, dan masih banyak lagi. Harganya pun cukup terjangkau, banyak yang di bawah 1 dollar (kurs kurang lebih 12.000). Di Bugis Street juga bisa jadi tempat mencari kuliner. Jangan khawatir, untuk halal dan non-halal pun dipisah sehingga lebih memudahkan pengunjung untuk memilih.
Dari Masjid Sultan, saya bergegas menuju Sentosa Island menggunakan bus. Di sinilah salah satu spot yang terkenal di Singapura dengan ikon Universal pada globe raksasa yang berputar. Pengunjung bisa menghabiskan waktu dengan bermain di Universal Studio. Tapi karena budget dan waktu yang terbatas, saya hanya sebentar di sana untuk berfoto-foto.
Perjalanan selanjutnya membawa saya ke Marina Barrage menggunakan MRT. Letaknya tak begitu jauh dari Marina Bay dan Garden by The Bay. Dengan konsep taman yang sangat luas dengan arsitektur yang modern, Marina Barrage sangat cocok dikunjungi di waktu menjelang matahari tenggelam seperti yang saya lakukan. Kompasianer bisa bersantai dengan beralaskan rumput memandangi kota Singapura yang indah sambil menikmati detik-detik sunset.
Saya menghabiskan waktu sampai malam hari dan melanjutkan perjalanan ke China Town. Di sini suasanya tak berbeda jauh dengan Bugis Street di mana menjadi pusat mencari oleh-oleh dengan harga terjangkau, juga bisa dijadikan tempat kuliner. Saya membeli beberapa oleh-oleh khas Singapura di sini sampai sedikit kalap takut membeli kebanyakan.
Karena memang perjalanan Singapura saya ini singkat hanya 2 hari, maka setelah mencari makan malam, saya segera kembali ke Bandara Changi untuk persiapan pulang di besok paginya jam setengah 8. Saya sampai di Changi sekitar jam 12 malam menggunakan bus dan 'menginap' di sana selama beberapa jam dengan waktu istirahat yang gantian bersama teman.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Sebagai yang baru pertama kali ke Singapura, banyak hal yang saya temukan di sini yang jelas berbeda dengan negara kita. Maka saya membuat sebuah catatan khusus tentang apa saja yang mesti diperhatikan jika ingin ke sana. Catatan ini tentunya diharapkan bisa membantu pembaca lainnya yang juga ingin pergi ke sana tapi masih bingung ingin mempersiapkan apa saja. Yuk, kita simak!
- Pesan Tiket Jauh Hari. Usahakan membuat plan ke sana jauh-jauh hari sehingga bisa memesan tiket setidaknya 1-2 bulan sebelum keberangkatan. Hal ini akan membuat tiket pesawat lebih murah, apalagi dengan memanfaatkan tanggal kembar atau promo dari bank tertentu.
- Penginapan mahal. Meski tiket pesawat bisa dikatakan murah, tapi hal ini berbanding terbalik dengan kehidupan di sana yang serba mahal. Untuk hotel saja rata-rata di atas 1 juta per malam. Saya pun sampai memesan penginapan yang punya fasilitas sangat minim demi menekan biaya. Di sinilah kalian harus pintar memilih antara mau pesan yang murah atau mahal (dengan menyiapkan budget ekstra).
- Makanan juga mahal. Bagi saya, makanan di sana pun terbilang mahal, di mana untuk sekali makan kita harus menghabiskan sedikitnya 5SGDatau setara 60.000 rupiah. Maka dari itu untuk menyiasatinya, saya beli makanan di 7 eleven, ataupun beli yang harganya murah.
- Transportasi umum sangat bagus. Jangan khawatir jika ingin berpergian di sana. Tak seperti di Indonesia yang transportasi umumnya kurang, di sana sangat dimudahkan. Mulai dari bus hingga MRT. Jika bingung, gunakan saja aplikasi Maps, nanti akan diarahkan naik dan turunnya harus di mana ke tujuan tertentu.
- Siapkan contacless card. Berhubungan dengan poin sebelumnya, pembayaran kendaraan umum hanya bisa menggunakan kartu. Kompasianer bisa menggunakan debit/kredit contacless visa card milik pribadi, ataupun membeli Ezlink sebagai e-money nya Singapura yang harus ditop-up.
- Harus siap berjalan kaki jauh. Sejujurnya untuk jarak tempuh 1-2 km, saya lebih memilih berjalan kaki untuk menghemat ongkos. Di sini juga bagi yang tidak terbiasa berlajan jauh pasti akan merasa capek. Untuk berjaga agar tidak kaget, maka persiapkan diri untuk berjalan jauh di sepanjang kota ini.
Nah itu tadi pengalaman pertama saya mengunjungi negara Singapura dan beberapa catatan kecil yang harus diperhatikan sebelum memutuskan pergi ke sana.
Akhir kata, semoga bermafaat dan membantu ya. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
- M. Gilang Riyadi, 2024-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI