Upaya hukum dilakukan lewat pengadilan, namun tetap saja sertifikat tanah tersebut akhirnya dimiliki oleh Saeng. Thongkam sebagai "orang asing" tak berhak apa-apa lagi atas kebun luas itu. Bahkan ia terancam diusir dari tempat tinggal itu.
Thongkam harus memutar otak agar ia bisa merebut kembali tanah itu yang sudah susah payah dirawatnya bersama Thongkam, bagaimanapun caranya.
PEREBUTAN KEPEMILIKAN LADANG DURIAN
Sebagai manusia yang punya hawa nafsu, tentu banyak dari mereka akan serakah dan akan melakukan apapun demi mencapai keinginannya. Hal ini jugalah yang terjadi pada Thongkam dan Mo yang berusaha sebisa mungkin bersikap baik pada Saeng agar ibu Saek itu bisa mewariskan kembali ladang durian pada salah satu dari mereka.
Betapa licik dan kotor dari cara yang mereka gunakan menjadi daya tarik yang akan membuat emosi penonton tersulut. Belum lagi ketika Jingna (Keng Harit Buayoi) datang ke kehidupan mereka. Ia adalah adik laki-laki Mo yang tentunya berada di pihak Mo. Suasana semakin kacau karena Jingna tak bisa merawat kebun durian.
Karena hanya Thongkam yang punya pengalaman dan keahlian dalam merawat ladang durian yang sangat luas itu, maka mau tak mau ia harus tetap tinggal karena di antara mereka tak ada lagi yang bisa merawatnya dengan baik.
Konflik semakin panas ketika masing-masing karakter punya tujuannya tersendiri. Mulai dari Thongkam, Mo, Saeng, hingga Jingna.
ROMANSA DAN RAHASIA DALAM ISU SENSITIF
Yang membuat saya nekad untuk menonton film ini karena masih belum yakin jika film The Paradise of Thorns akan rilis di layar lebar Indonesia (mungkin bisa di layanan streaming), karena di dalamnya ada isu sensitif yang belum tentu diterima oleh masyarakat sini.
Ya betul, ini berkaitan dengan fenomena LGBT yang sudah jadi hal lumrah bakal dilegalkan di Thailand. Seperti yang diketahui bahwa tokoh utama Thongkam dan Sek adalah laki-laki yang di mana mereka punya hubungan layaknya orang biasa berpacaran. Bahkan beberapa adegan "dewasa" di sini cukup diperlihatkan secara eksplisit yang membuat saya kaget dan berpikir bahwa film ini memang cukup berani.
Tak heran juga bahwa rating The Paradise of Thorns adalah 21+ yang mana memang tak bisa ditonton oleh sembarangan orang.