Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kontroversi Film Horor Lokal yang Kembali Mengeksploitasi Unsur Agama

26 Maret 2024   10:38 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:52 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan gambar poster film Kiblat sebelum akhirnya ditarik oleh pihak PH. Sumber: Leo Pictures.

Sudah lebih dari 5 tahun ini perfilman horor Indonesia semakin berada di puncak. Sejak rilisnya film horor laris seperti Danur dan Pengabdi Setan, ternyata banyak produksi film yang terus membuat cerita dengan tema sama. Hal ini bisa dibuktikan dengan film baru yang rilis terus menerus setiap minggunya.

Kadang memang ada cerita yang bagus hingga mendapat jutaan penonton, tapi tak jarang juga yang terjadi justru sebaliknya. Ceritanya tak jelas dan malah menuai kritikan.

KKN di Desa Penari dan Pengabdi Setan 2 menjadi contoh nyata yang berhasil menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa. Di mana KKN ada di posisi pertama dengan 10 juta penonton, dan Pengabdi Setan 2 ada di posisi 4 dengan jumlah penonton lebih dari 6 juta.

Melihat fenomena ini sepertinya genre horor akan terus dikeruk untuk mencapai keuntungan bagi produksi film. Meski banyak orang yang mengeluh (termasuk saya) kok horor lagi horor lagi? Memang ga ada ide lain apa? Nyatanya tetap saja bahwa selera masyarakat untuk film horor masih sangat tinggi.

Baru-baru ini ada satu film horor yang justru menuai kontroversi padahal baru merilis trailer-nya saja, di mana filmnya belum tayang di layar lebar. Berjudul KIBLAT, film ini punya kilasan cerita tentang orang yang diganggu sholatnya oleh makhluk halus, bahkan sampai keseurupan ketika sholat.

Dalam trailer-nya diceritakan juga bahwa dalam satu kampung tak ada adzan yang terdengar. Begitu adzan dikumandangkan masyarakatnya justru seperti kesakitan. Telinganya sampai berdarah sekana tak ingin mendengarkan adzan tersebut.

Kiblat yang menjadi arah sholat bagi umat muslim malah menjadi hal yang dibuat horor di sini, di mana ketika seseorang sholat arah kiblatnya jadi berubah. Dan lagi-lagi seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa nantinya akan ada orang yang kesurupan ketika sedang sholat.

Kontroversi pun mulai berdatangan dari kalangan netizen yang sangat menyayangkan ada cerita horor yang menakuti-nakuti orang sholat seperti ini. Padahal seperti yang kita tahu bahwa sholat adalah kewajiban bagi para umat muslim yang seharusnya tak perlu dibuat jadi cerita yang menakutkan karena dikhawatirkan malah membuat orng jadi takut sholat.

Begitu menuai kontroversi tadi, pihak produser film langsung menarik peredaran film Kiblat. Mulai dari poster hingga trailer seketika dihilangkan seakan proyek film ini tak pernah ada. Sepertinya waktu penayangan film ini akan ditunda dulu sampai kontroversi ini mereda. Bahkan bisa juga nantinya judul yang semula Kiblat ini malah akan diganti.

Nah tadi adalah pembahasan soal film Kiblat yang menuai kontroversi. Sekarang mari kita bahas beberapa tren horor yang sebenarnya bukan kali ini saja mengeksploitasi unsur agama, khususnya sholat yang ada di agama Islam.

Image by Kompas
Image by Kompas

Beberapa tahun lalu ada film horor Makmum yang cukup sukses di pasaran hingga dibuat sekuelnya berjudul Makmum 2. Ceritanya kurang lebih tentang orang yang diganggu ketika sholat di mana saat sholat sendirian di tengah malam, tiba-tiba saja ada makmum di belakangnya yang menakut-nakuti.

Film horor seperti Khanzab, Pengabdi Setan 1, Munkar, dan masih banyak lagi pun punya adegan yang tak jauh dari sini. Di mana tokoh utamanya diganggu hanya karena ia sholat. Ya, karena ia sholat.

Memang seharusnya pihak produksi film mulai menghentikan tren-tren seperti ini yang jatuhnya memang mengeksploitasi ibadah, Bentuk kewajiban kepada Sang Pencipta bukankah digambarkan menjadi sesuatu yang indah agar orang-orang pun tergerak untuk ibadah? Jika tren seperti berlanjut dikhawatirkan orang-orang lebih memilih tidak sholat dibanding diganggu makhluk halus.

Saya percaya kok semua agama mengajarkan hal yang baik, meski memang ada hal tak kasat mata yang tak bisa dilihat langsung oleh kita. Tapi sebagai bahan hiburan masyarakat, dunia perfilman pun bisa lebih bijak mengangkat hal-hal sensitif tentang keagamaan. Bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan seakan proses ibadah adalah hal menakutkan yang tak perlu dilakukan.

Saran saya juga terhadap pecinta perfilman, mulai bijak juga memilih tontonan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Karena langkah kecil untuk menghentikan eksploitasi agama seperti ini dimulai dari tindakan kecil kita yang tak perlu menontonnya. Jika film bergenre seperti ini masih laku di pasaran, maka akan terus ada film-film lainnya yang mengangkat tema sama.

Nah, itu tadi ulasan khusus saya soal fenomena film horor lokal yang terkesan mengeksploitasi agama. Akhir kata, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2024-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun