Kompasianer pun pasti pernah mengalami hal-hal seperti ini ketika sedang berburu promo Ramadan, terutama menjelang lebaran.
LEMBUR HAL BIASA
Di saat-saat seperti ini ada beberapa perusahaan retail yang menerapkan aturan untuk buka lebih lama dari biasanya. Misalnya yang biasa tutup jam 9 malam, kini dimundurkan jadi jam 10. Ini pun ikut terjadi pada saya di mana jam pulang untuk shift 2 akan lebih larut dari biasanya. Maka yang terjadi adalah kami akan lembur.
Lembur seperti ini jadi makanan sehari-hari bagi para karyawan yang memang nanti akan ada tambahan uang ketika gajian. Namun kembali lagi bahwa ada sesuatu yang harus dikorbankan, yaitu waktu. Terkadang masih ada konsumen yang sibuk memilih padahal sudah waktunya tutup. Hal ini lagi-lagi jadi penghambat untuk waktu pulang, belum lagi harus membuat laporan terlebih dulu.
MENANGGAPI KOMPLAIN KONSUMEN
Sebenarnya ini hal paling berbahaya di mana konsumen telah habis kesabaran yang pada akhirnya komplain. Masih mending jika komplain langsung di tempat yang bersangkutan. Kalau tiba-tiba ia komplain di sosmed bagaimana? Wah, habislah saya yang nanti akan ditegur oleh atasan dan dijadikan evaluasi untuk ke depannya.
Komplain seperti ini bagus kok sebenarnya untuk sisi para karyawan, karena di sinilah jadi tahu di mana letak kelemahan kami yang nantinya harus bisa diperbaiki agar tidak terulang kembali.
Tapi kadang juga justru sebenarnya ada case di mana konsumenlah yang salah. Contohnya adalah ketika masalah retur barang yang secara aturan boleh ditukar dalam waktu 1x24 jam. Ini ada konsumen yang sudah 3 hari belanja dan ingin menukar, bahkan tak membawa struknya. Jelas ini tak bisa dilayani, tapi lagi-lagi ada yang merasa benar dan komplain ke pihak toko.
Jika sudah terjadi seperti ini pihak karyawan harus bisa mengatur emosi setenang mungkin dan jangan memperlihatkan kejengkelan. Sabar adalah kunci, kemudian berikan penjelasan dengan baik-baik jika memang merasa benar. Jangan lupa juga untuk mengawali dengan kata maaf.
SIBUK MENUKAR UANG RECEH
Hal terakhir yang sering kali terjadi adalah bagaimana sulitnya mencari uang receh untuk kembalian konsumen. Meski pembayaran cashless mulai diterapkan, tapi tetap saja pembayaran tunai masih mendominasi. Inilah kenapa di perusahaan retail harus selalu sedia uang receh.
Biasanya saya akan mencari uang tukaran mulai dari bank, SPBU, warung/grosir, hingga tukang parkir. Cukup melelahkan dan menghabiskan waktu, apalagi jika harus menghitung dulu uang yang kita tukar.
PENUTUP
Itulah tadi hal-hal apa saja yang saya rasakan sebagai karyawan menghadapi meledaknya konsumen di promo Ramadan. Melelahkan juga memang sudah jadi tanggung jawab. Tapi justru inilah serunya yang tak akan terlupakan. Ketika Ramadan selesai justru jadi rindu momen-momen seperti ini.