Proyek film yang dirubah konsepnya itu adalah klimaks yang membuat saya tak bisa menahan air mata. Bagaimana indahnya persahabatan mereka, sosok Jo yang begitu penting, universe lain di mana Jo tidak akan meninggal tertabrak, hingga kehidupan masa depan jika mereka terus bersama adalah momen haru yang sukses membuat saya menangis.
Klimaks ini dikemas sempurna karena benar-benar merombak emosi penonton yang semula tertawa-tegang-hingga menangis tersedu-sedu.
Kesedihan yang disajikan memang sesuatu yang pedih dan pahit, mengingat sosok Jo sudah tak ada lagi di dunia ini. Namun, ada juga rasa sedih yang bahagia melihat kehidupan mereka tanpa Jo yang tetap akan baik-baik saja.
PESAN MENDALAM DARI FILM
Sebenarnya jarang-jarang ada film yang punya pesan tersirat di dalamnya sebagaimana apa yang dihadirkan oleh Not Friends. Setelah menonton kisah mereka yang berdurasi hingga 2 jam ini (cukup lama memang), saya jadi paham beberapa makna yang bisa diambil.
Salah satunya adalah bagaimana kita harus bisa mempertahankan sebuah persahabatan meskipun di dalamnya selalu akan ada konflik. Selanjutnya, apapun yang akan terjadi di masa depan, kita harus selalu berupaya mewujudkan mimpi kita. Sekalipun mimpi atau impian itu tak bisa digapai, percayalah bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik.
Terakhir adalah sekeras apapun hidup ini, kita harus menjadi kembang api. Meski memang hanya menyala sebentar saja, tapi cahayanya yang hangat bisa menerangi lingkungan sekitar.
...
Film Not Friends benar-benar saya rekomendasikan bagi Kompasianer yang suka dengan genre persahabatan ala anak sekolah. Saya jamin ini adalah film hangat yang setidaknya harus ditonton sekali seumur hidup.
Oh ya, di IMDb rating untuk film ini ialah sebesar 7.8/10, sedangkan di mydramalist ialah 8.5/10. Saya sendiri sebagai pecinta film Thailand yang suka dengan tema persahabatan seperti ini berani memberi nilai sampai 9/10 dengan beberapa pertimbangan di atas yang sudah ditulis sebelumnya.