Persahabatan menjadi sesuatu yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Dengan adanya sahabat, kita jadi paham kepada siapa akan mencurahkan isi hati ketika sedang bahagia, ataupun sedih.
Persahabatan sendiri bisa ditemui mulai di bangku sekolah, kuliah, hingga di lingkungan kerja. Lalu saya jadi teringat satu pepatah yang bilang bahwa masa-masa SMA akan menjadi momen tak terlupakan dalam hidup. Sepertinya pepatah ini sangat relate dengan salah satu film yang baru saya nonton beberapa hari lalu ini.
Judulnya Not Friends, film asal Thailand dari rumah produksi GDH yang punya tema utama tentang persahabatan SMA. Rilis di Indonesia tanggal 21 Januari 2024, film ini bisa ditonton langsung di bioskop CGV atau Cinepolis.
Di tulisan kali ini pula saya ingin mencoba mengulas lebih detail tentang film Not Friends ini yang dikemas sempurna dan mampu mengaduk-aduk perasaan penonton. Yuk check this out!
SINOPSIS
Not Friends menceritakan persahabatan anak-anak SMA. Dibuka dengan salah satu tokoh utama bernama Jo yang kala itu tampak senang ketika sedang kunjungan sekolah ke planetarium. Laki-laki berambut muda itu kemudian tertabrak mobil karena tak berhati-hati saat menyebrang. Di menit-menit awal, tokoh Jo sudah tiada dan hanya jadi kenangan teman-temannya.
Ada juga tokoh Pe yang punya peran penting di sini. Ia adalah siswa baru yang kebetulan menjadi teman sebangku Jo sebulan ke belakang ini. Sebenarnya mereka tak begitu dekat, bahkan Pe cenderung menutup diri meskipun Jo sering mengajaknya mengobrol.
Pe kemudian mendapat info sebuah kompetisi di mana 10 pemenangnya akan mendapat kesempatan kuliah di salah satu universitas tanpa lewat tes. Kompetisi ini ialah berupa pembuatan video, di mana Pe ingin membuat video dokumenter tentang Jo dengan mengangkat cerita sedih di sana.
Ide ini awalnya ditolak mentah-mentah oleh Bokeh, gadis muda yang merupakan sahabat Jo sejak SMP. Ia merasa Pe hanya mengambil kesempatan untuk keuntungan sendiri saja padahal sebenarnya tak mengetahui apa-apa soal Jo.
Tapi seiring berjalannya waktu, juga karena diminta oleh Ibu Jo sendiri, akhirnya Bokeh bersedia membantu Pe membuat dokumentasi video tentang Jo. Terlebih lagi Bokeh punya kemampuan yang cukup khususnya untuk masalah kamera.