Tahun 2018 lalu film "Searching" secara resmi rilis global di layar lebar termasuk Indonesia. Saat itu pun saya sempat menontonnya langsung di bioskop.Â
Film Searching menceritakan tentang seorang Ayah yang kehilangan jejak putrinya. Ia mulai mencari petunjuk demi petunjuk demi menemukan anaknya tersebut.
Yang unik di sini adalah bagaimana cara pengemasan filmnya yang berbeda dari film kebanyakan. Jika pembaca pernah menonton film Unfriended atau Host, kurang lebih seperti itulah konsepnya di mana penonton akan melihat sudut pandang utama dari gawai seperti laptop hingga ponsel.
Berkat kesuksesannya ini, film Searching dibuat sekuelnya yang rilis baru-baru ini dengan judul Missing. Meski digarap oleh sutradara yang berbeda, konsep Missing tak berbeda jauh dengan pendahulunya. Bahkan posternya pun hampir sama.
Karena telah menontonnya beberapa hari lalu, maka di tulisan kali ini saya akan mencoba menulis ulasannya. Mulai dari sinopsis, beberapa inti cerita dengan minim spoiler, hingga kekurangan dan kelebihannya. Apa saja kira-kira? Yuk, check this out.
SINOPSIS
Jika film Searching memfokuskan pada pencarian Ayah terhadap putrinya, maka di sini adalah seorang anak perempuan yang mencari jejak keberadaan Ibunya yang tiba-tiba menghilang.
Film Missing dibuka dengan potongan video tokoh utamanya, yaitu June (Storm Reid) ketika ia masih balita bersama kedua orang tua yang masih lengkap. Kebahagian itu hanya bersifat sementara karena ayahnya meninggal karena suatu penyakit. Jadilah ia hanya hidup bersama ibunya berdua sampai di usia 18-nya ini.
Ibunya, Grace (Nia Long), memiliki kekasih bernama Kevin (Ken Leung). Keduanya berlibur ke Kolombia untuk menikmati masa-masa pacarannya itu dan meninggalkan June sendirian di rumah.
Ketika tiba di waktu penjemputannya setelah beberapa hari berlibur, June sama sekali tak menemukan keberadaan kedua orang itu di bandara dan menyadari bahwa Grace dan Kevin telah hilang secara bersamaan.Â
Awalnya ia menganggap ini bukan kehilangan, sampai akhirnya ia menghubungi banyak orang dan relasi untuk membantu menemukan petunjuk atas hilangnya dua orang itu.
Hal pertama yang ia lakukan adalah harus mendapatkan cctv hotel tempat Grace dan Kevin menginap. Ia meminta bantuan Javier, pria paruh baya yang dikenalnya di internet. Javier adalah orang asli Kolombia yang bisa membantu June secara langsung untuk melihat TKP yang sekiranya menjadi tempat ibu dan kekasihnya itu hilang.
Selain Javier, ada teman-teman hingga agen FBI yang langsung turun ke lapangan karena tahu bahwa hilangnya Grace dan Kevin bukanlah sebuah kasus biasa.
TEKA-TEKI DAN SPEKULASI
Film dengan tema misteri seperti ini tentu akan memberi rasa penasaran pada penontonnya. Seperti di film Missing ini  kita akan diajak mencari tahu di mana sebenarnya keberadaan Grace dan siapa orang yang ikut andil di dalamnya.
Beberapa tersangka yang mencurigakan pun saya curigai satu per satu. Mulai dari Heather sang pengacara, Javier si orang Kolombia yang membantu penyelidikan Grace, Agent Park yang merupakan anggota FBI, atau mungkin Kevin sendirilah yang jadi pelaku atas hilangnya Grace.
Dengan petunjuk yang mulai dikumpulkan June, spekulasi terhadap pelaku justru akan berpindah. Seperti semula yang kita curigai si A, justru berubah jadi B ketika mendapat bukti baru. Hal ini bahkan terus berlanjut saat bukti-buktinya semakin banyak terkumpul.
Petunjuk yang dikumpulkan June mulai dari hotel tempat Grace dan Kevin menginap, cctv yang ada di sekitar sana, hingga membobol email milik Kevin yang sebenarnya merupakan tindakan ilegal. Di sana juga ia mulai tahu ada rahasia yang masing-masing telah disembunyikan oleh Kevin, pun oleh ibunya sendiri.
PENGEMASAN EPIK TANPA MENGURANGI RASA TEGANG
Seperti yang saya tulis sebelumnya bahwa film Seraching dan Missing ini dikemas seakan-akan kita sebagai penonton melihatnya dari gawai si tokoh utama seperti laptop, ponsel, hingga cctv. Dan tentunya di sekuelnya ini cara pengemasannya benar-benar sama dan didominasi di layar laptop milik June.
Selain laptop ada juga tampilan layar lewat ponsel (seperti panggilan hingga instastory), live cctv di Kolombia, juga sampai ke smartwatch milik June. Meski memang terlihat tak biasa, tapi penonton tetap akan mengerti bagaimana cerita ini berlanjut. Bahkan ketegangan yang diberikan sama sekali tak berkurang meski konsepnya terbilang unik.
Maka jangan heran juga jika ada sebagian scene yang justru terlihat buram dan tidak jelas. Tentunya ini dikarenakan efek dari rekaman cctv ataupun video call. Tapi justru dengan begini kita semakin paham betapa real-nya film Missing yang seakan-akan menjadi film ala dokumenter.
SEKUEL YANG BERHASIL
Sekuel yang sebenarnya tak ada hubungan dari film sebelumnya ini menurut saya telah berhasil dan tak kalah seru dari Searching. Selain didukung oleh teka-teki tak terduga, ketegangan dalam pengemasannya, hingga akting para pemain, film ini pun memberikan makna dalam tentang kasih sayang.
Di sini kita belajar bahwa sekeras dan semenyebalkan apapun seorang Ibu, ia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Hal inilah yang kemudian semakin dirasakan June ketika Ibunya menghilang.Â
Di film ini juga kita harus berhati-hati untuk memilih siapa yang kita percaya. Karena bisa saja orang terdekat kita justru yang paling berpotensi melakukan kejahatan.
Meski memang saya bilang berhasil, sebenarnya ada beberapa sedikit catatan yang jadi kritik kecil untuk film ini. Seperti jalan cerita yang jadi terkesan monoton (karena konsepnya benar-benar sama dengan Searching), sehingga di beberapa adegan bukan lagi jadi sesuatu yang wow bagi saya.
Selain itu juga ada bagian ketika June menelepon ke Kolombia tempat ibunya menginap ia bisa tahu apa yang dikatakan orang di sana padahal ia sama sekali tak mengerti bahasa setempat (meski memang saat itu menggunakan google translate).
Tapi catatan ini sama sekali tidak mengurangi kepuasan saya terhadap film Missing yang benar-benar sukses bikin tegang dan tercengang.
***
Nah bagaimana dengan Kompasianer, apakah tertarik juga untuk menonoton film ini? Jika iya, maka tak ada salahnya menyempatkan datang ke bioskop untuk melihat secara langsung perjalanan June mencari ibunya yang hilang.
Film Missing pun mendapat nilai yang sangat baik dari Rotten Tomatoes sebesar 87% dan di IMDb sebesar 7.4/10 sampai tulisan ini dibuat. Ini menjadi salah satu bukti bahwa film ini memang layak untuk ditonton.
Sedangkan untuk penilaian dari saya sebagai penonton biasa adalah sebesar 8.5/10 dengan beberapa pertimbangan di atas.
Untuk pembaca yang ingin tahu seperti apa kilasan ceritanya, bisa menonton trailer-nya dulu di bawah ini ya!
Baiklah, sampai sini dulu tulisan yang bisa saya buat di kesempatan kali ini. Akhir kata, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2023-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H