Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Laut Bercerita", Perjuangan Mahasiswa Tahun '98 yang Dramatis dan Mengiris Hati

11 Desember 2022   18:23 Diperbarui: 12 Desember 2022   13:49 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa lengsernya Presiden Soeharto di tahun 1998 bisa dikatakan sebagai sejarah penting di Indonesia. Selain karena beliau telah menjabat sebagai pemimpin negara selama lebih dari 30 tahun, aksi heroik besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun menjadi peristiwa kelam.

Bagaimana tidak, pada kejadian tersebut puluhan mahasiswa diculik dan diasingkan karena dianggap terlalu kritis untuk menyampaikan pendapat terhadap pemerintah kala itu. Sebagian dari mereka memang ada yang dilepaskan kembali, namun beberapa di antaranya lagi justru hilang dan tak ada kabar sampai sekarang.

Lalu saya menemukan sebuah novel menarik yang mengangkat tema dan latar peristiwa di tahun 1998 tersebut ketika mahasiswa berkumpul menjadi satu untuk bisa menggulingkan pemerintahan. Judulnya Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang telah rilis sejak tahun 2017 lalu.

Novel ini bisa dikatakan sebagai best seller. Bagaimana tidak, buku yang saya beli awal Oktober lalu merupakan cetakan ke-45 yang dicetak pada September 2022. Ini memang bisa diartikan bahwa novel ini laku di pasaran (yang menjadi alasan saya juga kenapa membelinya).

Maka dari itu di tulisan kali ini saya mencoba untuk mengulas bagaimana isi dari cerita ini dan kenapa bisa sampai laris di pasaran. Sebelum melanjutkan saya ingin memberi peringatan kepada pembaca bahwa ulasan ini akan mengandung beberapa spoiler. Oleh karena itu kebijakan pembaca sekalian harus diperhatikan.

MAHASISWA BERNAMA BIRU LAUT

Dalam sinopsis yang ada di belakang buku sebenarnya sudah sedikit tergambar seperti apa kisah di novel Laut Bercerita. Bagi yang belum tahu, Laut adalah nama seorang mahasiswa UGM yang terlibat pada peristiwa tahun 1998. Ia adalah salah satu korban penculikan yang diasingkan dan dibuang entah ke mana.

Pada prolog novel diceritakan bahwa Laut dibawa paksa oleh orang-orang betubuh kekar yang menculiknya. Badannya babak belur dengan kondisi terikat dan mata tertutup. Ia dibawa ke sebuah tempat asing yang sesuai dengan namanya. Ya, laut. Di sanalah ia diasingkan.

Selanjutnya Laut dibuang ke laut oleh segerombolan orang tersebut. Sudut pandang orang pertama yang digunakan akan membawa pembaca merasakan bagaimana perihnya luka-luka pada tubuhnya ketika ia ditenggelamkan. Di bagian awal ini juga pembaca akan melihat isi kedalaman laut yang dilihat oleh si tokoh utama.

Di sini barulah akan ada flashback yang menceritakan bagaimana kisah seorang Laut bersama teman-teman kritisnya di kampus sebelum benar-benar diculik oleh segerombol orang tadi. Mulai dari kisah keluarga harmonisnya, organisasi terlarang-nya, hingga cerita kenapa ia bisa jadi buronan pemerintah.

image by GilangRiyadi
image by GilangRiyadi

KEHIDUPAN BIASA YANG PERLAHAN BERUBAH

Laut masihlah sama seperti teman-temannya. Ia kuliah Yogya sementara keluarga besarnya tinggal di Jakarta. Laut memiliki adik perempuan bernama Asmara yang begitu dekat dengannya. Keluarganya pun harmonis, di mana di setiap Minggu ketika ia pulang, semuanya kompak memasak bersama dan menikmati makanan yang dibuat di meja makan.

Di kampusnya ia menemukan beberapa teman dekat seperti Kinan, Anjani, Alex, Gusti, Sunu, Gala, Naratama, Daniel, dan yang lainnya. Mereka di sana mereka membuat sebuah perkumpulan bernama Winatra yang isinya hal-hal sensitif. Kadang berkaitan dengan karya seni, sastra, bahkan pemerintah sekali pun.

Aksi mereka semakin hari semakin nekad hingga pemerintah setempat tak jarang menjadi mata-mata dari kejauhan untuk mengawas. Laut dan teman-temannya pun tak pernah habis akal untuk membuat rencana cadangan agar tetap bisa melakukan aksi tanpa harus ketahuan pihak-pihak tertentu.

Namun pada satu titik Laut dan beberapa temannya sedang apes hingga tertangkap oleh tentara. Mereka dibawa ke ruangan tanpa jendela di sebuah markas dan diperlakukan secara tak menyenangkan. Hal itu cukup membuat Laut jadi trauma, apalagi ia sampai mengalami luka berat.

Dari sanalah ia sadar bahwa kehidupannya telah berubah. Ia tak bisa lagi seenaknya pulang ke Yogya bertemu keluarga karena pasti akan memancing pihak lain untuk mengorek informasi. Dan salah satu untuk membuat keluarganya aman adalah dengan menghilang jauh dari mereka.

CERITA PENUH KEKERASAN YANG MENYAYAT HATI

Perlu persiapan yang kuat untuk membaca novel ini. Terdengar berlebihan memang, tapi inilah yang saya rasakan. Bagaimana cara penulis menggambarkan antar karakternya diasingkan, kemudian disiksa dengan segala cara untuk mendapat informasi, benar-benar membuat saya tak tega dan seakan ikut masuk ke dalam inti cerita.

Belum lagi ketika mereka, mahasiswa yang keberadaannya entah di mana itu, dikhawatirkan oleh pihak keluarga masing-masing. Bahkan beberapa yang sampai akhir cerita tak ditemukan keberadaan fisiknya, membuat pembaca akan semakin pilu meratapi kisahnya.

Keberadaan orang tua, adik, kekasih, dan kerabat terdekat akan diceritakan juga lewat sudut pandang mereka. Misalnya saja, ketika Asmara (adik Laut) berusaha membuat sebuah perkumpulan khusus untuk mencari orang-orang hilang tersebut.

Asmara yang diceritakan sangat tegar ternyata harus menanggung beban berat dalam pencarian ini, terutama menghadapi orang tuanya yang masih belum bisa melepaskan  seorang Biru Laut.

Jujur saja dalam beberapa bagian, terutama menjelang akhir, saya sampai menitihkan air mata memikirkan nasib Biru Laut yang terlantar entah di mana, apalagi ketika keluarganya masih setia menanti hingga bertahun lamanya.

REFLEKSI KEJADIAN TAHUN 1998

Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa cerita ini mengambil latar tahun 1998, lebih tepatnya ketika proses lengsernya Soeharto yang dipimpin oleh ribuan mahasiswa. Kisah Laut memang benar-benar fiksi. Namun bagaimana cara Leila S. Chudori menuangkan karakter di latar tersebut akan membuat pembacanya seperti membaca cerita sejarah.

Hal ini tentu dilakukan oleh penulis yang melakukan riset terlebih dulu. Setelah halaman akhir kisah Laut, nanti akan dijelaskan bagaimana penulis melakukan risetnya secara detail. Seperti mendatangi beberapa saksi penting untuk bisa memperkuat inti cerita. Dari sini juga saya yang sebenarnya kurang paham tentang kejadian hilangnya 13 aktivis tahun 1998 itu jadi sedikit tercerahkan.

Latar yang terus berlanjut hingga tahun 2000 ini pun akan membawa pembaca pada keluarga mereka yang terus setia menanti bahkan entah sampai kapan.

Luka itu tetap ada, baik dulu hingga saat ini.

***

Jadi seperti itulah kurang lebih cerita yang dihadirkan dalam novel Laut Bercerita dan bagaimana pandangan saya terhadap cerita di dalamnya. Tentu sangat saya rekomendasikan bagi para pembaca, khususnya yang memang menyukai cerita fiksi.

Jika memang pembaca ingin membacanya, bisa beli buku ini di toko buka online dan offline ya. Melihat perjalanannya yang jadi Mega Best Seller, tentu tak akan sulit untuk menemukannya.

Akhir kata, terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2022-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun