Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Laut Bercerita", Perjuangan Mahasiswa Tahun '98 yang Dramatis dan Mengiris Hati

11 Desember 2022   18:23 Diperbarui: 12 Desember 2022   13:49 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by Gilang Riyadi

Laut masihlah sama seperti teman-temannya. Ia kuliah Yogya sementara keluarga besarnya tinggal di Jakarta. Laut memiliki adik perempuan bernama Asmara yang begitu dekat dengannya. Keluarganya pun harmonis, di mana di setiap Minggu ketika ia pulang, semuanya kompak memasak bersama dan menikmati makanan yang dibuat di meja makan.

Di kampusnya ia menemukan beberapa teman dekat seperti Kinan, Anjani, Alex, Gusti, Sunu, Gala, Naratama, Daniel, dan yang lainnya. Mereka di sana mereka membuat sebuah perkumpulan bernama Winatra yang isinya hal-hal sensitif. Kadang berkaitan dengan karya seni, sastra, bahkan pemerintah sekali pun.

Aksi mereka semakin hari semakin nekad hingga pemerintah setempat tak jarang menjadi mata-mata dari kejauhan untuk mengawas. Laut dan teman-temannya pun tak pernah habis akal untuk membuat rencana cadangan agar tetap bisa melakukan aksi tanpa harus ketahuan pihak-pihak tertentu.

Namun pada satu titik Laut dan beberapa temannya sedang apes hingga tertangkap oleh tentara. Mereka dibawa ke ruangan tanpa jendela di sebuah markas dan diperlakukan secara tak menyenangkan. Hal itu cukup membuat Laut jadi trauma, apalagi ia sampai mengalami luka berat.

Dari sanalah ia sadar bahwa kehidupannya telah berubah. Ia tak bisa lagi seenaknya pulang ke Yogya bertemu keluarga karena pasti akan memancing pihak lain untuk mengorek informasi. Dan salah satu untuk membuat keluarganya aman adalah dengan menghilang jauh dari mereka.

CERITA PENUH KEKERASAN YANG MENYAYAT HATI

Perlu persiapan yang kuat untuk membaca novel ini. Terdengar berlebihan memang, tapi inilah yang saya rasakan. Bagaimana cara penulis menggambarkan antar karakternya diasingkan, kemudian disiksa dengan segala cara untuk mendapat informasi, benar-benar membuat saya tak tega dan seakan ikut masuk ke dalam inti cerita.

Belum lagi ketika mereka, mahasiswa yang keberadaannya entah di mana itu, dikhawatirkan oleh pihak keluarga masing-masing. Bahkan beberapa yang sampai akhir cerita tak ditemukan keberadaan fisiknya, membuat pembaca akan semakin pilu meratapi kisahnya.

Keberadaan orang tua, adik, kekasih, dan kerabat terdekat akan diceritakan juga lewat sudut pandang mereka. Misalnya saja, ketika Asmara (adik Laut) berusaha membuat sebuah perkumpulan khusus untuk mencari orang-orang hilang tersebut.

Asmara yang diceritakan sangat tegar ternyata harus menanggung beban berat dalam pencarian ini, terutama menghadapi orang tuanya yang masih belum bisa melepaskan  seorang Biru Laut.

Jujur saja dalam beberapa bagian, terutama menjelang akhir, saya sampai menitihkan air mata memikirkan nasib Biru Laut yang terlantar entah di mana, apalagi ketika keluarganya masih setia menanti hingga bertahun lamanya.

REFLEKSI KEJADIAN TAHUN 1998

Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa cerita ini mengambil latar tahun 1998, lebih tepatnya ketika proses lengsernya Soeharto yang dipimpin oleh ribuan mahasiswa. Kisah Laut memang benar-benar fiksi. Namun bagaimana cara Leila S. Chudori menuangkan karakter di latar tersebut akan membuat pembacanya seperti membaca cerita sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun