Tiga peserta terakhir di arena sore hari ini akan menentukan siapa yang benar-benar kuat dan berhak mendapatkan hadiah utama uang tunai senilai 50 Milyar rupiah. Bram, Jane, dan Farid yang sama-sama mengenakan jaket dan celana training warna biru muda kini akan berhadapan satu sama lain dengan senjata masing-masing yang telah dipilih.
Bram, 38 tahun, memilih pistol colt 1911 sebagai senjata utama yang dilengkapi dengan peluru juga cadangannya yang disimpan di saku.Â
Jane, seorang koki perempuan 27 tahun yang sudah terbiasa menggunakan berbagai jenis pisau, memilih 3 pisau berbeda sebagai senjata. Satu yang paling besar ia pegang, dua lainnya yang lebih kecil disimpan di saku jaket.
Farid, mahasiswa semester 7 ini merupakan atlet panahan di kampusnya. Beruntung alat itu disediakan juga di sini. Jadi tanpa pikir panjang ia mengambilnya, lengkap dengan belasan anak panah disimpan di punggung.
Arena final ini bukan lagi lapangan besar seperti babak pertama ketika ratusan orang masing lengkap. Waktu itu semua menganggap ini hanya sebagai permainan biasa yang menjadikan permainan jadul anak-anak sebagai jenisnya.
Bayangkan saja, di babak pertama itu ratusan peserta harus membawa kelereng yang diletakkan pada sebuah sendok. Mereka harus membawa kelereng itu ke seberang lapangan tanpa terjatuh. Bila kelereng jatuh, maka peserta akan langsung ditembak mati dengan senapan otomatis yang disimpan di setiap sudut.Â
"Ki-kita ada di mana?" tanya Jane panik pada pemuda seusianya saat ia berhasil menyebrang lapang tanpa menjatuhkan benda bundar itu.
"Aku nggak tahu. Sepertinya kita ada di tempat terpencil yang sulit dijangkau orang."
Kilasan balik itu kini membuat Jane tersadar bahwa sebentar lagi permainan akhir akan dimulai. Bersama dua peserta lain yang sekarang saling berhadapan, waktu mulai terhitung mundur dari layar besar yang ada di sudut sana.
Satu menit lagi mereka dihadapkan pada dua pilihan. Membunuh atau dibunuh.