Hanya ada tiga orang di ruangan interogasi kepolisian ini. Aku, sebagai detektif swasta yang  dipercaya untuk mengungkap kasus pembunuhan seorang pelatih panahan. Ara, perempuan muda tim Divisi Kejahatan yang bisa mendeteksi kebohongan seseorang. Dan Renaldi, satu dari tiga tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan kasus kemarin malam.
Sebenarnya ada 10 mahasiswa didikan Rahmanto yang berlatih panahan malam itu. Hanya saja, tiga tersangka ini tidak memiliki alibi yang kuat di waktu perkiraan kematian korban. Terlebih juga, hanya tiga orang inilah yang pulang telat dibandingkan dengan anggota lain.
"Detektif Raditya, berapa kali aku perlu bilang bahwa aku sedang diare saat itu. Oleh karenanya aku ada di salah satu toilet dekat lapangan dan jadi orang pertama yang menemukan Pak Rahman tergeletak di sana."
"Bagaimana jika sebenarnya kamu memang pelakunya, lalu membuat alasan itu hanya untuk sebagai alibi?" tanya Ara menyudutkan seakan memang Renaldi lah pelakunya. "Dan juga, bukankah kamu sebagai atlet panahan terbaik yang dimiliki kampus?"
"Aku selalu ada di posisi dua, Mba Ara yang terhormat. Masih ada Alvaro, mahasiswa tingkat akhir yang selalu ada di posisi pertama. Bukan hal sulit rasanya hanya untuk memanah dada seseorang."
Interogasi bersama Renaldi selama satu jam itu berakhir. Kini giliran Alvaro, laki-laki paling senior di antara ketiganya yang dikatakan sebagai si nomor satu atlet panahan kampus. Beda dengan tersangka sebelumnya, Alvaro jauh lebih santai ketika aku dan Ara mengajukan banyak pertanyaan.
Dari keterangannya, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa Alvaro memilih ke kantin kampus untuk mengisi perut kosong ketika selesai latihan. Selesai makan, ia mendapat telepon grup dari Renaldi yang mengatakan bahwa pelatihnya sudah tak bernyawa di tengah lapangan. Ia datang dan mendapati ada dua orang yang berada di posisi korban malam itu.
"Aku tidak tahu kenapa Damar tiba-tiba ada di sana. Tapi seingatku, dia adalah yang paling membenci Pak Rahman di antara kita bertiga."
Keterangan Alvaro selanjutnya membawa tersangka ketiga, yaitu Damar, untuk berada di ruangan kedap suara ini. Laki-laki bertubuh besar itu tidak banyak bicara dan hanya menjawab pertanyaan seperlunya. Alasannya kala itu berada di TKP sebelum Alvaro datang dikarenakan ia ada di grup yang sama dengan Renaldi. Maka ketika tersangka pertama menelepon rekan panahannya yang lain, Damar termasuk ada di dalamnya.
"Saya memang tidak suka dengan Pak Rahman, tapi bukan berarti saya sampai harus membunuhnya," jawab Damar ketika dikonfirmasi soal hubungannya dengan pelatih itu. "Lagi pula, bukankah yang paling mencurigakan adalah Renaldi? Bisa saja sejak awal dia sudah ada di lokasi karena memang dia pelakunya."
"Lalu ada di mana kamu ketika peristiwa itu terjadi?" tanyaku membelokkan topik.