Proses eksorsisme yang mencekam langsung ditampilkan pada 10 menit awal film, membuat film ini memiliki potensi yang sangat baik karena membuat penonton (termasuk saya) cukup ketakutan pada cerita awal.
Di tengah kerasukan David itu, Arne yang merupakan pacar Debbie (kakak David) mencoba untuk melawan iblis yang sedang merasuki tubuh anak kecil itu.Â
Arne memberanikan diri berkata "bawa aku saja, jangan dia". Dan saat itu juga, kondisi David langsung membaik, namun terjadi sesuatu pada Arne. Iblis yang sebelumnya ada di diri David kini seolah berpindah ke tubuh Arne.
Arne kemudian dituntut atas dasar kasus pembunuhan, bahkan sampai terancam hukuman mati. Ed dan Lorraine mencoba untuk membantu Arna agar terlepas dari tuduhan.Â
Sayangnya, pihak pengadilan tidak bisa menerima alasan tak logis itu. Semua harus didasari oleh bukti yang kuat sebagaimana proses hukum pengadilan.
Perjalanan dua paranormal ini lebih mengedepankan cerita misteri ala detektif ketika mencari bukti-bukti soal roh jahat yang memasuki diri Arne. Seperti pergi menemui pastor, ataupun ke pihak polisi untuk menanyakan apakah ada kasus yang serupa.
Sampai ke pertengahan film, penonton masih dibuat untuk berpikir siapakah dalang dari semua ini. Jumpscare dengan musik tinggi beberapa kali hadir menemani suasana horor. Meski sosok "hantu" tak langsung terlihat, sedikit bisa mengagetkan saya meski tidak sampai ketakutan seperti The Conjuring 1 dan 2.
Selanjutnya, sesuatu yang berbeda lahir dari film ketiga The Conjuring ini, yaitu hadirnya pengikut aliran sesat yang bisa manyakiti orang dari kejauhan.Â
Kalau di Indonesia sih mungkin bahasa kerennya "santet" seperti cerita film lokal yang pernah tayang beberapa tahun lalu berjudul "Kafir: Bersekutu Dengan Setan."