Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Batas Realitas

29 Mei 2021   21:05 Diperbarui: 29 Mei 2021   21:18 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by thedramallamablog.files.wordpress.com

"Aku udah jadian sama Aji, Mar."

Apa yang dilihat Rara saat ini masih berupa hitam putih yang kemudian disadarinya bahwa ini bukan realitas yang ingin ia tuju. Ini hanya celah kecil dalam ingatan Marlo beberapa minggu lalu. Ketika laki-laki itu mencoba mengungkapkan perasaannya, tapi jutsru bertepuk sebelah tangan karena gadis yang disukainya sudah memiliki hubungan dengan pria lain.

"Ah ya, I see. Kalian pasangan yang cocok," jawab Marlo dengan senyumnya yang belum pudar.

Latar tempat tiba-tiba terganti di sebuah kafe kopi dekat kampus. Kali ini yang jadi tokoh utama adalah Marlo dan Aji. Rara hanya di sana sebagai penonton yang sama sekali tak terlihat oleh keduanya.

"Maaf gue nggak cerita soal hubungan gue dan Rara. Gue cuma takut ini akan mengubah persahabatan kita."

"Santai lah, man. Gue baik-baik aja kok."

Sekali lagi senyuman itu menghipnotis Rara. Sebuah senyum tulus yang menjadi benteng atas hancurnya hari Marlo. Ia tak habis pikir bagaimana bisa laki-laki yang pernah ditolaknya itu sama sekali tak menunjukkan reaksi marah ataupun kecewa.

Ada satu latar lagi yang harus disaksikan Rara. Tetap dalam pandangan tanpa warna, kali ini hanya ada Marlo duduk sendirian di meja belajar kamarnya. Rara mencoba memanggil, tapi tak ada respons sama sekali dari laki-laki itu.

"Cuma dengan ini, kamu jadi milik aku, Ra," kata Marlo menatap MP3 player-nya. Ia menyetel sebuah lagu yang dihubungkan ke sepasang headset di telinganya. Tak lama setelah itu, Marlo tertidur.

"Marlo bangun! Kamu harus kembali!" Teriak Rara yang bahkan tak bisa mendengar suaranya sendiri.

Selanjutnya, lantai kamar yang ia pijak berubah tekstur menjadi air. Rara terjatuh, tenggelam di dalamnya, juga tenggelam dalam ketidakmengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun