Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Munculnya Pledoi "Gilang Bungkus" di Instagram, Apa yang Diinginkannya Kini?

2 Maret 2021   18:10 Diperbarui: 2 Maret 2021   18:31 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir bulan Juli tahun lalu, ada satu cerita yang viral di masyarakat. Tentang seorang mahasiswa yang memiliki fetish tidak biasa, yaitu ketertarikan melihat seseorang dalam balutan kain, bahkan mengincar sesama jenis. Namanya Gilang Aprilian Nugraha atau yang saat ini justru lebih tenar dengan sebutan "Gilang Bungkus". Nama saya yang juga sama-sama Gilang jadi bahan candaan teman dengan melabeli saya dengan istilah yang sama.

Ia mulai dikenal ketika salah satu korban mulai angkat bicara melalui media sosial Twitter. Ternyata respons dari warganet membuat cerita ini terus mengalir hingga viral di masyarakat. 

Tak tanggung-tanggung, korban-korban lainnya ikut bersuara, membuat masyarakat sadar bahwa ternyata yang dilakukan oleh Gilang tidak hanya terjadi kepada satu atau dua orang saja. 

Pada akhirnya, kasus Gilang ini diproses oleh hukum yang berlaku. Ia ditangkap dan diperiksa, serta dituntut karena telah melanggar Pasal 82 jo pasal 76E Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak.

Hingga ada satu hal yang tak saya sadari. Sekitar akhir Januari lalu ada satu akun yang mengikuti akun Instagram saya, nama username-nya geizanaprilian. 

Isi dari postingannya hanyalah ulasan film. Setiap membuat story pun memang rata-rata soal film, atau tentang kehidupan pribadinya yang tak saya curigai. Singkat cerita saya pun mengikuti balik akun tersebut meski tak ada lagi interaksi di antara kita kala itu.

Di hari Selasa tanggal 23 februari 2021, akun geizanaprilian membagikan satu postingan terbarunya. Bukan soal ulasan film, namun berupa tulisan dalam background hitam. Kalimat awalnya adalah seperti ini:

"Saya Gilang Bungkus...."

Saya baca baik-baik caption dari postingan tersebut yang akhirnya memang membuat saya yakin bahwa dia ternyata Gilang yang dikenal karena kasus bungkusnya. 

Dalam postingan tersebut ia menjelaskan soal keberatannya terhadap tuntutan yang diberikan di pengadilan, di mana ia dituntut 8 tahun penjara. Ia mengajukan pledoi kepada Majelis Hakim karena merasa tuntutannya tersebut lebih ringan jika dibandingkan dengan terdakwa kasus korupsi dan narkoba.

Postingan yang Dihapus dan Respons Warganet

Postingan yang ia bagikan di Instagram itu tentunya mengundang respons dari warganet. Awalnya banyak yang mendukung Gilang, namun bukan bukan berarti mendukung perbuatannya dahulu. 

Sebagian yang merupakan teman-temannya itu memberi semangat dan dukungan agar ia bisa melewati semua ini. Jika dipikir-pikir pun, bisa saja ketika melewati masa-masa terberat dalam hidupnya, ia tetap membutuhkan dukungan untuk membuatnya tetap bertahan.

Dari apa yang ia bagikan ke Instagram, berlanjut juga muncul di Twitter di akun AREAJULID. Akun ini memang sudah dikenal memberikan informasi yang viral ataupun hanya sekadar untuk berjulid saja. 

Begitu postingan Gilang meramaikan twitter, warganet pun ikut mengomentari hal tersebut. Sebagian besar justru masih tetap menghujat dan menganggap bahwa apa yang dilakukan Gilang tetaplah manipulatif agar terkesan dikasihani. Hal ini terus berlanjut ke halaman Instagramnya yang kemudian diisi juga oleh komentar pedas.

Tak lama sejak warganet memberi komentar-komentar itu, Gilang menghapus postingannya dan hanya menyisakan postingan lain yang merupakan ulasan film yang pernah ditontonnya. Namun saya sempat menyimpan tangkapan layar dari apa yang waktu itu sempat diunggahnya. Berikut saya lampirkan.

image by Instagram
image by Instagram

Kesempatan Penulis Bicara Langsung Melalui DM

Sebenarnya sejak ia mengunggah kirimannya di Instagram, saat itu juga saya mendapatkan pesan pribadi dari akunnya. 

Awalnya saya sempat kaget, untuk apa dia sampai harus mengirim DM. Gilang mengucapkan salam kenal, kemudian mengatakan agar saya tidak keberatan tetap berteman dengannya. 

Tentu saya pribadi tak masalah asalkan tak ada sesuatu yang merugikan. Hingga beberapa jam sejak pesan terakhirnya itu, ia menghubungi saya lagi untuk meminta tolong sesuatu.

Berikut sedikit percakapan saya dan Gilang:

screenshot by pribadi
screenshot by pribadi
Karena ia tahu bahwa saya adalah seorang penulis di Kompasiana, maka ia meminta saya untuk menulis tentangnya. Ia ingin membagikan sesuatu yang belum masyarakat tahu, yaitu detail dari pledoi yang ia ajukan di persidangan. 

Postingan yang kala itu dihapusnya merupakan sebagian kecil dari pledoi tersebut. Maka, saat itu ia berencana untuk membagikan pledoi yang lengkap di laman Instagramnya.

Sejujurnya saya merasa tersanjung bisa mendapat tawaran seperti itu dari orang yang pernah viral. Saya rasa alasan lain kenapa ia ingin masyarakat atau warganet tahu tentang pledoinya ini adalah masyarakat terlanjur mengenal dia dengan hal yang negatif. 

Tentu itu benar terjadi, Gilang mengakuinya, dan dia tahu akan konsekuensi yang diterima. Hanya saja ia membutuhkan satu ruang khusus untuk tetap bisa membagikan apa yang dia rasakan. Dan Instagram menjadi pilihannya.

Pledoi Panjang yang Menceritakan Semuanya

Berselang beberapa hari setelah Gilang menghapus postingan terakhirnya itu, ia kembali ke Instagram untuk membagikan pledoi yang juga menceritakan kisahnya dari awal viral hingga saat ini, yang kurang lebih berjarak 7 bulan. Namun, kali ini bukan Gilang langsung yang memegang akun tersebut, melainkan teman masa kecilnya yang ia percaya untuk bisa menyampaikan pesan ini.

Pledoi yang Gilang sampaikan di persidangan ia unggah di Instagram. Karena sangat panjang, maka pledoi ini dibagi menjadi 9 bagian. Masing-masing postingan diberikan caption dari sudut pandang teman masa kecilnya itu. Salah satunya bisa langsung dibaca di sini.

Nah, itulah postingan pertama dari 9 bagian pledoinya. Kompasianer bisa langsung mampir ke Instagram yang bersangkutan jika ingin melihat langsung detailnya. Dan di kesempatan ini saya mencoba merangkum apa yang disampaikan Gilang dalam pledoinya tersebut.

Pledoi ditulis di tanggal 15 Februari 2021. Gilang menceritakan asal usul dirinya yang merupakan pemuda usia 23 tahun dan dibesarkan di salah satu daerah kecil di Kalimantan dengan kasih sayang kedua orang tuanya. 

Ia mendapatkan peringkat satu di sekolah mulai dari sekolah dasar hingga menengah, bahkan diterima juga di PTN yang bergengsi meskipun harus merantau ke Surabaya yang jaraknya tentu jauh dari Kalimantan.

Di tanggal 29 Juli 2020, ia mengetahui bahwa dirinya tengah menjadi perbincangan publik. Dunia seakan runtuh dan dianggap hanya sebagai mimpi belaka. Namun dia sadar bahwa ini adalah kenyataan yang harus ia terima. Tentang fetish-nya yang tak biasa, dan betapa sebenarnya ia sangat membutuhkan teman untuk berbagi. Namun, selama ini Gilang hanya menyimpan rahasia gelapnya itu sendirian. Sampai akhirnya, Ibunya tahu tentang dirinya yang kini telah dikenal oleh publik.

Informasi ini begitu cepat terdengar ke penjuru pelosok desa. Namanya yang semula dikenal sebagai anak baik-baik berbalik menjadi bumerang, termasuk ke keluarganya. 

Ibunya sampai mengalami depresi karena beberapa kerabatnya mencela kasus ini. Namun, hal ini tak mengurangi kehangatan di dalam keluarganya. Ibunya tetap menyayangi Gilang, begitu pula bapaknya.

"Mau bagaimanapun kesalahan yang kamu perbuat, kamu tetaplah anak Ibu."

Karena suasana di desanya semakin tak kondusif, maka Gilang dan keluarganya pindah sementara waktu di keluarganya yang lain di Kota Kuala Kapuas. Beberapa teman terdekatnya tetap khawatir dan selalu menanyakan kondisinya agar tetap baik-baik saja.

Pada Pledoi 5/9, dijelaskan bahwa ia dijemput oleh kepolisian. Awalnya ia diimankan di Polres Kapuas, diinapkan di Polsekta Bajarmasin Tengah, hingga akhirnya dijebloskan di Mapolrestabes Surabaya. 

Ia pun menceritakan bahwa di masa awal dirinya mendekam di sana, ia mendapatkan kekerasan fisik dari narapidana yang lain. Gilang paham bahwa ini adalah karma yang harus ia terima.

Ia mengalami titik terendah dalam hidup. Menangis di malam yang gelap serta melamun sendiri merupakan hal-hal yang terulang dalam kesehariannya. Sampai akhirnya, ia menuturkan bahwa sampai tak memiliki ketertarikan kembali dengan laki-laki, apalagi hingga punya fantasi yang dulu sempat menghantuinya. Seiring berjalan waktu, ia dipindahkan ke sel lain di mana ia mendapat teman-teman baru yang bisa menerima dia.

Sekarang Gilang dalam kondisi yang baik-baik saja baik secara fisik ataupun mental. Ia sadar telah menyakiti dan mengecewakan banyak orang, bahkan terpaksa kehilangan teman-teman terbaiknya yang ia kenal sejak SMA. Ada rasa penyesalan, namun semua sudah terlambat untuk mengubahnya menjadi seperti dulu. Di akhir pledoinya pada bagian 9/9, ia menjelaskan tetap menerima sebutan "Gilang Bungkus" atas apa yang telah dilakukannya dulu dan meminta hakim untuk mengurangi masa tuntutannya.

Pesan Tersembunyi dan Pengakuan Teman Masa Kecil

Sebenarnya banyak pesan tersembunyi yang ingin Gilang sampaikan dalam pledoinya yang panjang itu. Maka teman masa kecilnya, Jun, yang sekarang dipercaya untuk memegang akses akun Instagramnya, menulis kembali apa pesan-pesan itu di caption masing-masing pledoi. Jun pun menjelaskan bagaimana pengalaman-pengalamannya bersama Gilang. Apalagi, ia mengenal Gilang sejak masih kecil bahkan ketika keduanya masih berada di dalam kandungan.

Saya rasa akan banyak kontroversi, pro dan kontra atas pledoi yang ia sampaikan ini jika memang melihat kasusnya yang dulu. Lagi pula, diterima atau tidaknya pledoi tersebut bukan lagi prioritasnya kini. Yang Gilang inginkan adalah memiliki wadah untuk menuangkan keluh kesahnya, serta membagi cerita ini pada orang-orang terlepas apa respons dari mereka.

Cerita teman masa kecilnya pun benar-benar mengungkap siapa sosok Gilang sebenarnya. Bagaimana dia, kesibukannya, teman-teman, dan hal-hal yang memang selama ini tidak dijelaskan media pada masyarakat. Sebenarnya cukup menarik. Saya yang sama sekali tak mengenal Gilang, kini sedikit banyak tahu sebenarnya seperti apa sosok yang sebenarnya di mata teman-teman terdekat.

Untuk Kompasianer yang ingin mengetahui secara detail dari apa pledoi yang Gilang buat ataupun ingin tahu bagaimana sebenarnya sosok dia di mata teman terdekat, silakan bisa langsung mampir ke Instagram yang bersangkutan. Memang panjang dan akan memakan waktu, namun menurut saya cukup menarik untuk dibaca.

***

Akhir kata, tulisan ini dibuat bukan semata-mata untuk membela ataupun menghujat Gilang. Saya ada di pihak netral. Silakan pembaca atau pun warganet menilai sendiri dari berbagai sudut pandang. Saya pun menulis ini hanya sekadar membantu membagikan apa yang ingin ia bagikan pada masyarakat.

Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpai di tulisan selanjutnya!

M. Gilang Riyadi
Sumedang, 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun