Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Palagan Nusantara", Fantasi Penuh Aksi dalam Penyelamatan Nusantara Tahun 2190

26 Juni 2020   20:39 Diperbarui: 26 Juni 2020   20:43 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau takut pada apa? Pada buai? Pada capai? Pada asa tak sampai? Simpan semua rasa takutmu. Simpan untuk yang terburuk!"

Begitulah kira-kira quotes singkat yang ada di sampul sebuah novel yang saya lihat di toko buku beberapa bulan lalu. Judulnya Palagan Nusantara, dengan gambar sampul dua orang pria, satu orang perempuan, dan seekor kucing yang memandang tugu Monumen Nasional.  Saya melihat sinopsis singkat di belakangnya. Wow, ternyata cukup menarik. Akhirnya saat itu juga saya membelinya karena penasaran.

Baru kemarin saya telah membaca keseluruhan cerita yang ada di novel tersebut. Dan komentar pertama saya untuk novel ini, keren banget! Idenya out of the box, bahkan saya membayangkan bahwa cerita ini bisa diadaptasi ke layar lebar. So, pada tulisan kali ini saya akan mengulas secara singkat kenapa saya benar-benar suka dan sangat merekomendasikan kepada kalian, wahai para pembaca.

Palagan Nusantara adalah novel karya Nellaneva yang pertama cetak di tahun 2019 lalu oleh penerbit Elex Media Komputindo. Genre-nya bisa dikatakan sci-fiction fantasi di mana pembacanya diharuskan berpikir untuk mengerti jalan ceritanya. Hal pertama yang unik dari cerita ini adalah latar waktunya di akhir abad 22, tepatnya di tahun 2190. Sementara itu untuk latar tempatnya tentu saja di Indonesia.

Indonesia telah berganti nama menjadi Nusantara. Jakarta menjadi Batavia, dan Bandung menjadi Bendungan. Beginilah kondisi masa depan di tahun 2190 ini. Orang kaya dan pemerintahan pusat ada di Batavia dengan segala teknologi majunya. Sementara Bendungan lebih condong sebagai kota buangan yang isinya hanya masyarakat yang kurang mampu.

Cerita dimulai dengan prolog dengan sudut pandang orang pertama, yaitu si tokoh kucing. Sebenarnya, kucing ini adalah sebuah robot yang dibuat dengan sistem rumit, sehingga memiliki akal seperti manusia yang bisa berpikir dan bicara. Namanya, Garda. Ia telah tertidur panjang selama beberapa tahun ke belakang di Bendungan, dan kini dibangunkan oleh seorang laki-laki berusia 20 tahun yang menemukannya di sebuah peti yang terkubur.

Kat, laki-laki yang sengaja mencari keberadaan Garda bermaksud untuk meminta bantuan agar bisa menemukan adiknya yang hilang. Di mana orang tua Kat sebelumnya sudah meninggal duluan karena dibunuh orang tak dikenal, sementara itu adiknya masih tidak ada kabar. Ia yakin bahwa adiknya, Aruni, masih hidup.

Garda, robot kucing yang sangat menyebalkan ini sangatlah cerewet dan menyebalkan. Kata-katanya tajam dan sering mulai Kat. Namun, hanya Gardalah yang bisa diandalkannya saat ini. Di tengah petualangannya, Garda bertemu dengan Baskara dan Mada. Baskara merupakan ahli mekanik yang saat itu memperbaiki komponen Garda yang rusak. Sementara Mada merupakan seorang perempuan yang kerja di tempat Baskara. Salah satu tangan Mada lumpuh, menyebabkan Baskara membuatkan alat besi sebagai penyangga tangannya agar tetap bisa bergerak. Sekilas, ia terlihat seperti Cyborg.

Pada beberapa bab awal pembaca akan menelusuri lebih dalam karakter utama yang ada di cerita. Seperti siapa Kat, kenapa Mada bisa lumpuh, dan bagaimana pertemuan pertama antara Baskara dan Mada yang begitu dekat dan tak terpisahkan. Selanjutnya, keempat tokoh ini adalah karakter utama seperti yang tergambar di sampul novel

Singkat cerita, Baskara dan Mada akhirnya mengetahui bahwa Garda dapat bicara, tidak seperti robot umum lainnya yang hanya bisa dikendalikan tanpa punya akal. Mada yang begitu cuek awalnya tidak mau membantu Kat, namun perlahan hati perempuan itu luluh. Mereka semua berencana datang ke kantor polisi terdekat untuk menyusup dan menemukan petunjuk atas hilangnya adik Kat.

Setelah berhasil mendapat berkas penting dari kantor polisi, ternyata keberadaan Aruni sangat dirahasiakan di Nusantara. Anak itu pun dicurigai telah dibawa ke Batavia oleh pihak Parlemen. Di sini lah petualangan mereka di mulai. Apalagi, Mada juga menemukan berkas Pamannya yang dulu hilang. Ia bertekad menemukan pamannya sekalian membantu Kat.

Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Kat, Baskara, dan Mada sudah menjadi buronan paling dicari di Bendungan. Tidak mudah datang ke Batavia dengan kondisi seperti ini. Maka, semuanya menyusun rencana, termasuk Garda yang sikap menyebalkannya tidak pernah hilang. Tapi, yang mereka tidak tahu, perjalanan ke Batavia tidaklah sekadar menemukan orang saja, tapi juga terdapat satu rahasia di mana hanya merekalah yang bisa menyelamatkan Nusantara dari kehancuran.

Kurang lebih seperti itulah gambaran dari cerita Palagan Nusantara. Novel ini sangat cocok dibaca oleh Kompasianer yang menyukai cerita fantasi dengan aksi-aksi keren di dalamnya.

Karakter antar tokoh dibuat dengan sangat kuat. Kat yang polos namun selalu ingin tahu, Mada yang keras kepala namun hatinya lembut, Baskara yang tenang dalam segala situasi, serta Garda yang paling menyebalkan namun memiliki kunci atas semua yang terjadi. 

Alur dibuat sempurna tanpa terburu-buru. Setiap misteri yang selalu membuat pembaca penasaran pada akhirnya pun bisa terjawab pada akhir cerita. 

Dan yang tak kalah serunya adalah cerita akhir yang sangat sangat membuat penasaran. Saya jadi berharap bahwa akan ada sekuel dari Palagan Nusantara ini dan melanjutkan kembali aksi Kat dan kawan-kawannya membela Nusantara.

Oleh karena itu, untuk Kompasianer yang ingin membaca novel ini bisa membelinya di toko buku terdekat ataupun via marketplace dengan harga 82.800. Serius deh, ini benar-benar saya rekomendasikan.

Untuk skornya sendiri saya memberi nilai 9.0/10 dengan beberapa pertimbangan di atas. Mungkin untuk Kompasianer yang sebelumnya pernah baca punya penilaian berbeda dari saya.

Itulah sedikit ulasan saya dari novel Palagan Nusantara. Semoga memberi gambaran untuk para pembaca ya. Terima kasih dan sampai jumpa! 

-M. Gilang Riyadi, 2020-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun