Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Perempuan Tanah Jahanam", Horor-Thriller Epik yang Sukses Bikin Susah Napas

18 Oktober 2019   15:40 Diperbarui: 18 Oktober 2019   15:51 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Joko Anwar, sutradara film yang namanya semakin dikenal sejak menggarap film Pengabdi Setan tahun 2017 lalu, memang selalu memberikan kejutan menarik pada setiap karyanya. Tahun ini, setelah merilis film Orang Kaya Baru dan Gundala yang sama-sama mencetak angka di atas 1 juta penonton, Joko Anwar kembali hadir dengan film berjudul Perempuan Tanah Jahanam yang resmi rilis di layar lebar tanggal 17 Oktober 2019.

Sejak awal tahun 2019 pun, Joko Anwar memang sudah memberi tahu orang-orang melalui akun sosial media pribadinya mengenai film ini dengan mengunggah first look untuk Perempuan Tanah Jahanam. Sekitar beberapa bulan kemudian, barulah muncul teaser poster dan teaser trailer hingga akhirnya menjadi official.

Baik dari teaser maupun trailer resmi, sedikit cuplikan film ini sudah diperlihatkan cukup menyeramkan. Dengan latar yang begitu gelap di sebuah desa terpencil serta dilengkapi oleh backsound mencekam, sukses membuat saya penasaran seperti apa eksekusi yang akan disajikan ketika sudah rilis di bioskop.

Pemainnya pun sudah tidak perlu diragukan. Ada Tara Basro yang memerankan Maya, Marissa Anita sebagai Dini, Asmara Abigail sebagai Ratih, Christine Hakim sebagai Nyi Misni dan Ario Bayu sebagai Ki Saptadi. Jika dilihat kembali, memang sebagian besar pemain film Perempuan Tanah Jahanam pernah juga bermain di film Joko Anwar sebelumnya.

Cerita film dibuka dengan tokoh utama Maya dan Dini yang sedang bekerja sebagai penjaga pintu tol. Mereka berada di loket yang berbeda, namun saling ngobrol via telepon sembari melayani mobil yang hendak keluar serta menghitung uang yang didapat malam itu.

Awalnya semua terasa biasa saja sampai ada laki-laki yang membawa mobil yang menurut Dini mencurigakan. Laki-laki tak dikenal itu seakan meneror Dini dengan beberapa pertanyaan yang membuatnya takut. Dari prolog yang berdurasi sekitar 5-7 menit, penonton akan dibawa masuk ke jalan cerita film dengan atmosfer menegangkan. Apalagi, mulai ada adegan sadis juga di sini.

Cerita berlanjut dengan situasi Maya dan Dini yang memilih untuk melakukan usaha di pasar dengan menjual baju. Namun usaha mereka tidak begitu laku sehingga membuat keduanya harus berpikir ulang bagaimana caranya untuk mendapat uang. Sampai akhirnya Maya memiliki ide untuk datang ke desa tempat ia lahir. Ia memiliki petunjuk bahwa ada sebuah rumah besar milik orang tuanya yang masih menjadi haknya. Jika rumah itu dijual, ia bisa mendapat uang banyak.

Meski film belum terlalu lama berjalan, nuansa horornya mulai terasa di beberapa adegan yang bahkan sempat membuat saya terkejut. Rasanya, film ini memang tidak memberi kesempatan para penonton untuk bernapas karena setiap beberapa menit sekali pasti ada saja yang membuat tegang.

Maya dan Dini pada akhirnya sampai di Desa Harjosari setelah melewati perjalanan jauh. Di sana, keduanya berpura-pura sebagai mahasiswa untuk mendapatkan informasi tentang rumah itu. Rumah yang dipercaya milik keluarga Maya itu pun tampak tidak terawat lagi. Tanaman liar tumbuh di halaman, isi rumah berdebu, hingga air di kamar mandi yang tidak jernih.

Ada banyak hal aneh yang dirasakan Maya saat itu, salah satunya adalah kuburan di desa tersebut yang mayoritas adalah makam anak kecil, bahkan yang baru lahir. Dalam dua hari saja ia dan sahabatnya itu melihat ada dua kali pemakaman yang dilakukan masyarakat di sana.

image by detikHOT
image by detikHOT
Satu-satunya orang yang bisa dimintai keterangan soal rumah itu adalah kepala desa di sana, yaitu Ki Saptadi yang juga merangkap sebagai dalang di sana. Namun, Maya dan Dini harus tetap berpura-pura menjadi mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Mereka memang harus menyembunyikan identitas demi keselamatan keduanya.

Itulah kurang lebih sinopsis dari Perempuan Tanah Jahanam. Saya tidak akan menceritakannya lebih jauh agar tidak memberikan spoiler yang lebih banyak. Selanjutnya saya akan mengulas film ini dari sudut pandang saya sendiri.

Film ini mengedepankan genre thriller dengan banyak adegan sadis dan berdarah-darah. Tentu, jalan cerita yang seperti ini memang dikhususkan ditonton oleh kalangan dewasa, bukan anak-anak. Jadi harap bijak juga ya untuk mengajak anak di bawah umur dan lebih baik mencari film yang memang cocok untuk seusianya.

Thriller memang menjadi unsur utama, tapi ada juga beberapa unsur horor yang diperlihatkan. Meski bukan dalam bentuk jumpscare, film Perempuan Tanah Jahanam tetap akan membuat penontonnya ketakutan. Kalau saya sendiri bukan hanya sekadar takut, tapi benar-benar membayangkan bagaimana jika saya yang ada di posisi Maya dan Dini. Pasti saya bisa jadi gila mendadak menghadapi banyak psikopat yang ada di film itu.

Joko Anwar memang sangat epik menghadirkan cerita film dengan alur yang pas. Tidak terburu-buru, namun juga tidak begitu lambat. Beberapa kilas balik cerita masa lalu pun bisa dicerna langsung oleh penonton tanpa harus berpikir keras. Sebuah plot twist pun dihadirkan menjelang akhir film meski menurut saya tidak begitu membuat kaget.

Para pemain papan atas mulai dari Tara Basro yang selalu hadir di film Joko Anwar hingga artis senior Christine Hakim pun sukses memerankan perannya dengan baik. Kalau favorit saya adalah Asmara Abigail sebagai Ratih. Ekspresi muka, akting, hingga dialek Jawa yang diperlihatkan benar-benar menarik perhatian meski bukan sebagai tokoh utama.

Nyi Misni yang memiliki peran penting dan jadi kunci atas semua misteri ini pun berhasil diperankan sempurna oleh Christine Hakim. Menjadi sosok yang antagonis sepertinya bukan lagi hal yang asing bagi dirinya. Adegan ketika ia bermain dengan pisau dan pedang adalah yang paling menarik bagi saya di sepanjang film.

Jadi, untuk Anda yang memang berencana menonton film ini di akhir pekan, mohon siapkan mental dari sekarang ya. Karena film ini bukan hanya menguras emosi, tapi menguras pikiran bahkan napas Anda sekalipun.

Oh iya, jika Anda orang yang penakut, lebih baik ajak teman atau siapapun itu ya. Jangan sendirian banget.

Seperti judulnya, film ini benar-benar Jahanam bagi saya :)

Sekian tulisan saya kali ini. Akhir kata, sampai jumpa di ulasan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2019-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun