"Soal materi masih bisa dicari, lah. Sebentar lagi juga aku diangkat jadi Branch Manager. Masalahnya itu aku udah cukup muak dengan rayuan laki-laki. Sampai sini paham?"
"Oke, karena dulu waktu kuliah kamu sempat hamil di luar nikah oleh laki-laki brengsek tak bertanggung jawab yang mendadak hilang bagai terkena snap Thanos. Sejak itu kamu nggak mau punya hubungan sama siapapun kecuali having fun dan hanya sebatas Friends with Benefit. Sampai sini, apa ada yang salah?"
Sempurna, Itulah alasan kuat kenapa sampai sekarang urusan status dan perasaan sama sekali jauh dari prioritas hidupku. Arga pun hadir sebagai sosok yang hanya sebagai pemuas kebutuhanku saja. Dengannya pun aku tidak perlu repot  mencari laki-laki lain untuk dijadikan pelampiasan. Cukup sampai situ saja.
"Dan kamu tahu masalah lainnya yang nggak kalah hebat? Fajar nembak aku kemarin."
"What? Fajar? Retail Funding Junior itu? Dia baru lulus kuliah setahun lalu, kan? Kok bisa?"
"Nah, itu! Inget kan kemarin kita mau nonton berempat bareng si Yuda juga. Cuma karena kalian berdua mendadak nggak bisa, akhirnya cuma Fajar yang nemenin aku nonton. Pas kita makan, ya dia bilang kalau dia punya perasaan lebih. Heran deh, apa yang menarik coba dari aku?"
"Talisa sayang, you're physically perfect. Laki-laki mana yang bisa melawan pesona kamu?"
"Halah gombal."
Selanjutnya, kami menghabiskan porsi makan masing-masing sambil menunggu waktu istirahat selesai. Bertepatan dengan itu, ada pesan masuk dari Arga yang sengaja tidak aku baca dulu.
***
Mama masuk rumah sakit, Sa.