Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sunyi", Kisah Mencekam di Balik Senioritas Sekolah

14 April 2019   20:51 Diperbarui: 14 April 2019   21:05 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by kaltim.tribunnews.com

Ada yang baru dari perfilman Indonesia. Kali ini film dengan genre horor mengadaptasi langsung salah satu film asal Korea Selatan, yaitu Whispering Corridors yang sudah tayang di tahun 1998. Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi ini diberi judul Sunyi dan sudah tayang di layar lebar sejak tanggal 11 April 2019 dengan mengangkat tema yang cukup menarik, yaitu tentang penindasan dan senioritas yang terjadi di sekolah.

Seperti yang kita tahu, bahkan sampai sekarang, aksi bullying masih sering terjadi bahkan hingga di bangku kuliah. Hal-hal yang terlalu dianggap biasa menjadikan tradisi ini turun temurun tanpa ada tindakan tegas, kecuali jika sudah menelan korban.

Seperti Alex (Angga Aldi Yunanda) misalnya yang merupakan siswa baru di SMA "Abdi Bangsa". Siapa sangka, sekolah unggulan yang mencetak orang-orang luar biasa ini ternyata menerapkan prinsip senioritas yang keras. Pemeran utama dari film Sunyi ini diceritakan mengalami tindakan bully yang luar biasa hebat. Bahkan, anak kelas 1 disebut sebagai Budak, kelas 2 sebagai Manusia, kelas 3 sebagai Raja, dan ketika mereka lulus diberikan julukan Dewa.

Untungnya Alex memiliki teman dekat, yaitu Maggie (Amanda Rawles), siswi cantik yang juga seangkatan dengannya. Bersama Maggie, Angga sering menghabiskan waktu di sela-sela pelajaran sekolah. Kecocokan itu membuat keduanya semakin dekat di setiap harinya.

Konflik dimulai ketika Alex dipaksa oleh 3 kakak kelasnya untuk memanggil arwah yang menunggu sekolah mereka. Mengingat, ayah Alex pun merupakan paranormal yang sudah dikenal oleh beberapa masyarakat. Sehingga mereka cukup yakin bahwa Alex memiliki 'bakat' yang sama. Sejak itu pula Alex mulai melihat sesuatu tak kasat mata yang tak bisa dilihat oleh orang biasa.

image by movieden.net
image by movieden.net
Ketakutan Alex pada hal-hal gaib itu membuatnya tak sengaja membuat sedikit masalah dengan kakak kelasnya. Tak jarang ia pun mendapatkan perlakuan kasar, bahkan sampai menggunakan kekerasan fisik. Tak lama sejak kejadian itu kakak kelasnya meninggal dengan hal yang tidak wajar. Alex curiga ada sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dilihatnya beberapa waktu lalu.

Maggie sendiri tidak begitu percaya dengan apa yang diceritakan Alex. Namun perbedaan itu tetaplah membuat mereka dekat. Cerita romansa remaja yang saling canggung ini akan membuat penonton dibawa baper oleh kisah mereka.

Karena saya belum pernah menonton film aslinya (mengingat itu juga film lama), saya tidak bisa membandingkan apakah film Sunyi ini lebih bagus atau sebaliknya. Namun, saya merasa film ini sangat layak ditonton dan memberikan alur dan jumpscare yang khas, tidak seperti film horor pada biasanya. Dalam beberapa adegan pun saya dibuat ketakutan hingga kaget.

Alur yang dibuat di film ini pun tersusun rapi tanpa bertele-tele atau terlalu cepat. Penonton pun akan dibuat berpikir pada pertengahan film, dan akan menemukan jawabannya di bagian klimaks. Film ini pun full horor tanpa ada adegan sadis di dalamnya. So, untuk Kompasianer yang penakut, disarankan lebih baik mengajak teman dibandingkan nonton sendiri ya, hehe.

Mungkin karena ini film adaptasi yang juga bekerja sama dengan beberapa pihak luar, membuat film Sunyi terkesan bukan seperti film lokal. Mulai dari penempatan lokasi, backsound, jumpscare, dan yang lainnya. Tentu, hal ini menjadi nilai tambah agar orang-orang tertarik menontonnya.

Sayangnya durasi film terlalu singkat. Padahal jika dibuat lebih lama tentu akan semakin baik. Selain itu, ada beberapa hal juga yang terbaca oleh saya tentang alur cerita. Tapi itu semua bukan masalah besar kok. Saya pun sangat enjoy menontonnya. Bahkan jika dibandingkan dengan film Pet Sematary yang saya tonton minggu lalu, saya lebih menyukai film Sunyi.

Selain itu, film Sunyi memberikan pesan moral yang sangat baik terutama tentang kekerasan, senioritas, dan aksi bullying di kalangan anak muda. Dari sini pun emosi kita akan dikuras melihat tingkah laku para pelaku bully yang menindas junior. Ingin rasanya ikut melawan dan menghilangkan tradisi kekerasan tersebut.

Sekali lagi saya katakan bahwa film Sunyi ini sangat saya rekomendasikan bagi para pembaca yang menyukai film horor. Bahkan saya berani memberi nilai 8.0/10 dengan beberapa pertimbangan di atas tadi. Lalu, bagaimana dengan Anda? Daripada penasaran dengan nasib Alex dan Maggie selanjutnya, langsung segera saja datang ke bioskop terdekat untuk menontonnya.

Untuk yang ingin tahu bagaimana kilasan ceritanya, bisa lihat trailernya di bawah ini, ya!


Akhir kata, sekian ulasan kali ini. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya, ya!

-Gilang Riyadi, 2019-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun