Ada yang baru dari perfilman Indonesia. Kali ini film dengan genre horor mengadaptasi langsung salah satu film asal Korea Selatan, yaitu Whispering Corridors yang sudah tayang di tahun 1998. Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi ini diberi judul Sunyi dan sudah tayang di layar lebar sejak tanggal 11 April 2019 dengan mengangkat tema yang cukup menarik, yaitu tentang penindasan dan senioritas yang terjadi di sekolah.
Seperti yang kita tahu, bahkan sampai sekarang, aksi bullying masih sering terjadi bahkan hingga di bangku kuliah. Hal-hal yang terlalu dianggap biasa menjadikan tradisi ini turun temurun tanpa ada tindakan tegas, kecuali jika sudah menelan korban.
Seperti Alex (Angga Aldi Yunanda) misalnya yang merupakan siswa baru di SMA "Abdi Bangsa". Siapa sangka, sekolah unggulan yang mencetak orang-orang luar biasa ini ternyata menerapkan prinsip senioritas yang keras. Pemeran utama dari film Sunyi ini diceritakan mengalami tindakan bully yang luar biasa hebat. Bahkan, anak kelas 1 disebut sebagai Budak, kelas 2 sebagai Manusia, kelas 3 sebagai Raja, dan ketika mereka lulus diberikan julukan Dewa.
Untungnya Alex memiliki teman dekat, yaitu Maggie (Amanda Rawles), siswi cantik yang juga seangkatan dengannya. Bersama Maggie, Angga sering menghabiskan waktu di sela-sela pelajaran sekolah. Kecocokan itu membuat keduanya semakin dekat di setiap harinya.
Konflik dimulai ketika Alex dipaksa oleh 3 kakak kelasnya untuk memanggil arwah yang menunggu sekolah mereka. Mengingat, ayah Alex pun merupakan paranormal yang sudah dikenal oleh beberapa masyarakat. Sehingga mereka cukup yakin bahwa Alex memiliki 'bakat' yang sama. Sejak itu pula Alex mulai melihat sesuatu tak kasat mata yang tak bisa dilihat oleh orang biasa.
Maggie sendiri tidak begitu percaya dengan apa yang diceritakan Alex. Namun perbedaan itu tetaplah membuat mereka dekat. Cerita romansa remaja yang saling canggung ini akan membuat penonton dibawa baper oleh kisah mereka.
Karena saya belum pernah menonton film aslinya (mengingat itu juga film lama), saya tidak bisa membandingkan apakah film Sunyi ini lebih bagus atau sebaliknya. Namun, saya merasa film ini sangat layak ditonton dan memberikan alur dan jumpscare yang khas, tidak seperti film horor pada biasanya. Dalam beberapa adegan pun saya dibuat ketakutan hingga kaget.
Alur yang dibuat di film ini pun tersusun rapi tanpa bertele-tele atau terlalu cepat. Penonton pun akan dibuat berpikir pada pertengahan film, dan akan menemukan jawabannya di bagian klimaks. Film ini pun full horor tanpa ada adegan sadis di dalamnya. So, untuk Kompasianer yang penakut, disarankan lebih baik mengajak teman dibandingkan nonton sendiri ya, hehe.
Mungkin karena ini film adaptasi yang juga bekerja sama dengan beberapa pihak luar, membuat film Sunyi terkesan bukan seperti film lokal. Mulai dari penempatan lokasi, backsound, jumpscare, dan yang lainnya. Tentu, hal ini menjadi nilai tambah agar orang-orang tertarik menontonnya.
Sayangnya durasi film terlalu singkat. Padahal jika dibuat lebih lama tentu akan semakin baik. Selain itu, ada beberapa hal juga yang terbaca oleh saya tentang alur cerita. Tapi itu semua bukan masalah besar kok. Saya pun sangat enjoy menontonnya. Bahkan jika dibandingkan dengan film Pet Sematary yang saya tonton minggu lalu, saya lebih menyukai film Sunyi.