Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tanpa Sosial Media, Hidup Akan Lebih Berwarna!

23 Oktober 2017   19:12 Diperbarui: 24 Oktober 2017   03:36 4160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by malesbanget.com

jengjeng! inilah dampak paling berbahaya dari sosmed. Beberapa waktu ke belakang, hoaks menjadi sesuatu yang menakutkan bagi warga Indonesia. Tanpa pikir panjang banyak netizen menyebarluaskan berita dengan tingkat akurasinya rendah. Dampaknya, berita tersebut semakin diketahui oleh orang banyak. Maka dari itu sebagai netizen yang cerdas hendaknya kita memerika terlebih dahulu apa yang sedang dibaca. Jangan terpancing judul lalu langsung di-share tanpa membacanya terlebih dahulu. Pastikan juga bahwa berita dari sumber terpercaya. Sekalipun masih ragu, tidak ada salahnya mencari kebenarannya di portal berita lain.

Sosial Media Dijadikan Sebagai Tempat Debat Paling Ricuh

Ternyata fungsi sosial media tergeser menjadi sesuatu yang tak kalah membahayakan dengan penyebarkan berita hoaks, yaitu menjadi tempat debat orang-orang sok tahu. Masalahnya begini, orang-orang tersebut terkadang tidak bisa menerima pendapat orang lain sehingga apa yang orang lain katakana seakan salah di matanya, dan tentu menimbulkan perdebatan kian sengit.

Hal seperti ini banyak terlihat di sosial media seperti Facebook, Instagram, bahkan Line (Today). Kalau untuk Instagram ada beberapa akun yang sepertinya 'sengaja' mengunggah sesuatu yang menimbulkan perdebatan orang banyak. Mungkin tujuannya untuk menambah jumlah like atau followers. Dampaknya banyak netizen tersulut emosinya dan semakin memancing perdebatan panjang.

Lain dengan Instagram, lain juga dengan Line Today. Tentunya dengan kehadiran portal berita tersebut sangat memudahkan pengguna Line dalam mengakses berita terkini. Dengan dilengkapi kolom komentar, pengguna Line pun bisa ikut menyuarakan pendapatnya di sana. Yang saya pantau sih kalau berita berbau politik pasti akan ramai komentar. Masalahnya, terkadang komentarnya tidak disaring dahulu lalu memojokkan salah satu pihak, kemudian terjadilah perdabatan di sana sini serta sering dibumbui umpatan-umpatan kasar.

...

Dari banyak kasus di atas kemudian saya berpikir, bagaimana seandainya jika saya hidup di usia saat ini namun berada di tahun sebelum sosial media menjamur di sini. Kita flashback saja di akhir tahun 90an hingga awal tahun 2000an. Saat itu sms juga sudah dikatakan canggih. Internet belum diketahui banyak orang. Berita pun hanya bisa diakses melalui televisi atau koran. Sepertinya sangat damai jika hidup pada zaman tersebut tanpa khawatir ada permasalahan ini itu. Jika ingin mengeluh pun paling hanya sekadar bicara sendiri atau ke orang terdekat saja.

Tapi di satu sisi kita pun tidak bisa menolak arus globalisasi. Mau tidak mau atau suka tidak suka , kita harus menerimanya. Yang penting kita harus bijak dalam menghadapi teknologi yang semakin canggih ini, khususnya di sosial media. Jika ingin memposting/berkomentar pun sebaiknya dipikir dahulu jangka pendek dan panjangnya. Intinya jadilah netizen berkualitas, bukan cuma nyinyir doing :)

-Gilang Riyadi, 2017-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun