Baca Juga:Â Angin di Taman Gorky
Sebuah huruf besar mencoba untuk muncul, menembus batas antara dunia nyata dan dunia yang hanya ada dalam tidurku. Itu sia-sia, seperti segala hal yang tak bisa diungkapkan, seperti suara yang terjebak dalam kelopak mata yang tertutup. Aku mencoba untuk mengerti, menerka-nerka apa yang mereka inginkan, tapi semakin lama aku semakin sadar bahwa tak ada jawaban. Hanya keheningan.
Aku tahu bahwa ini bukan tentang mimpi semata. Ini tentang perasaan yang mengambang di antara ruang dan waktu. Tentang bagaimana kita terus berjalan, mencoba menemukan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang lebih penting dari apa yang kita lihat. Aku merasa seperti bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diriku sendiri, sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar langkah-langkah yang aku ambil di atas tanah ini.
Dalam perjalanan panjang ini, aku merasa seolah-olah segala sesuatunya bergerak lebih cepat, lebih gelap, lebih tak terkendali. Tapi aku tetap melaju, dengan lampu depan yang memecah kegelapan, meskipun aku tahu bahwa tak ada yang benar-benar bisa aku lihat, tak ada yang benar-benar bisa aku pegang.
Di luar sana, di jalan yang panjang itu, pepohonan masih diam, rumah-rumah masih terjaga, dan aku masih melaju. Dan aku tidak tahu apa yang aku cari. Tetapi dalam keheningan itu, aku menyadari bahwa tidak ada jawaban yang bisa diberikan. Hanya perasaan yang tetap tinggal, seperti jejak-jejak yang tertinggal di tanah yang tidak bisa dihapuskan. Sebuah perasaan bahwa kita terus mencari, meskipun kita tahu bahwa mungkin kita tidak akan pernah menemukan apa yang kita inginkan. Namun perjalanan itu sendiri, dengan segala keheningannya, adalah yang paling dekat dengan kenyataan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI