Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lampu Neon dan Retakan Waktu

28 Desember 2024   22:05 Diperbarui: 28 Desember 2024   21:22 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Memegang Kembang Api. Sumber: Pexels.com/Loc Dang

Ketika malam semakin larut, dan suara kembang api mulai mereda, aku menatapmu. Kau tertidur di lantai, dengan kepala bersandar pada kardus yang hampir kosong. Aku melihat diriku dalam dirimu: retakan, lelah, tapi tetap mencoba. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku merasa bahwa mungkin itu cukup. Bahwa mungkin, di tengah semua kekacauan ini, ada keindahan dalam retakan, dalam usaha untuk tetap menyala meski soket terbakar.

Tahun baru tidak membawa keajaiban, tidak membawa permulaan baru yang sempurna. Tapi malam itu, aku belajar bahwa kita tidak membutuhkan keajaiban untuk bertahan. Yang kita butuhkan hanyalah api kecil dalam gelap, yang terus mencoba menyala. Dan mungkin, hanya mungkin, itu sudah cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun