Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembang Api Kecil

24 Desember 2024   20:51 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:51 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kembang Api Kecil. Sumber: Pexels.com/Sumit Rai

1

Di sudut jalan yang dingin, ada lampu neon

berkedip seperti napas terakhir tahun yang berlari:

warna merah dan biru saling bertaut,

seperti janji yang tak sempat ditepati.

Aku melihat bayangan menggigil, membelai

dinding batu bata yang retak, seolah mencari

kehangatan di sela retakan itu.

2

Angin malam membawa suara kembang api,

meledak di udara seperti petir

yang terlalu lelah mengancam.

Jalanan menjadi sajadah sementara,

bekas hujan memantulkan wajah orang-orang

yang tak punya tempat pulang. Di sana,

tahun baru menggulung dirinya sendiri

seperti poster yang terlepas dari dinding.

3

Di pintu kontrakan, kau berdiri,

berlumur bayangan dan kebisingan kota.

Kau bukan serigala jantan,

kau adalah tiang lampu yang dirubungi masa lalu,

soket terbakar, cahaya tersendat-sendat.

Aku membuka pintu, menatapmu:

bukan batu, bukan dingin,

tetapi api kecil dalam gelap yang tak henti mencari udara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun