Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelum Esok Tak Pernah Datang

19 Desember 2024   15:24 Diperbarui: 19 Desember 2024   15:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ladang Jagung. Sumber: Pexel.com/Pixabay

(1)
Jika esok tak ada, bulan akan menggigil di langit
beku seperti cermin retak.
Pohon-pohon mengeras, rantingnya melengkung
seperti tangan yang lupa berdoa.
Dan kita, terjebak di tengah malam,
hanya bisa menatap satu sama lain,
mencari jawaban yang tak pernah selesai.

(2)
Matahari berubah jadi lingkaran hitam,
asapnya menyelinap ke paru-paru burung
yang dulu bernyanyi pagi.
Burung hantu kehilangan tatap tajamnya,
matanya jadi lubang kecil
di mana harapan pernah tinggal.
Di aspal, tikus-tikus menempel
seperti noda yang tak bisa dicuci.

Baca Juga: Lagu yang Lahir di Tubuh Ibu

(3)
Di dapur, kompor membisu,
meja hanya tulang-tulang kenangan.
Kaos kita jadi plastik
terseret angin di tepi jalan.
Tak ada yang tersisa
kecuali napas berat
dan pelukan yang menolak melepaskan.

(4)
Kita berdiri di bawah langit terbakar,
langit itu, merah seperti darah
yang dulu mengalir penuh di nadi kita.
Anjing meringkuk di kaki,
matanya bertanya, tapi kita tak tahu jawabannya.
Hanya saling genggam, hanya menatap,
hanya berharap, tanpa kata-kata.

Baca Juga: Suatu Waktu di Jakarta

(5)
Tapi di sini, di saat-saat terakhir,
kita masih merasa cukup.
Masih ada udara di paru-paru,
masih ada sentuhan di kulit,
masih ada rasa syukur dalam reruntuhan.
Jika ini akhirnya,
setidaknya kita ada: di sini,
bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun