Ia bukan sesuatu untuk dikonsumsi cepat-cepat. Ia adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan keheningan dan ketenangan. Kata-kata tidak berisik di sini; mereka duduk diam di sudut ruangan dan menunggu kita untuk datang.
Kita mengisahkan cerita untuk hidup, maka puisi Imajis menceritakan gambar untuk berhenti hidup sejenak. Untuk melihat dengan kesadaran penuh. Seperti memegang cangkang kosong yang tergeletak di pasir, kita tahu tidak ada lagi yang tinggal di dalamnya. Tapi justru karena itu, kita bisa melihat bentuknya dengan lebih jelas. Dengan segala lekukannya, dengan semua garis waktu yang diukir oleh laut.
Puisi Imajis adalah keheningan itu sendiri. Ia adalah momen ketika kita menatap sesuatu yang kecil, lalu menyadari betapa luasnya dunia di dalamnya. Dan dalam peradaban yang gemar mengejar kecepatan, apa yang lebih radikal daripada berhenti dan melihat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H