Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengupas Keheningan, Dunia Kecil dalam Puisi Imajis

17 Desember 2024   12:30 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penyair Jalanan. Sumber: Pexels.com/Jan van der Wolf

Ia bukan sesuatu untuk dikonsumsi cepat-cepat. Ia adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan keheningan dan ketenangan. Kata-kata tidak berisik di sini; mereka duduk diam di sudut ruangan dan menunggu kita untuk datang.

Kita mengisahkan cerita untuk hidup, maka puisi Imajis menceritakan gambar untuk berhenti hidup sejenak. Untuk melihat dengan kesadaran penuh. Seperti memegang cangkang kosong yang tergeletak di pasir, kita tahu tidak ada lagi yang tinggal di dalamnya. Tapi justru karena itu, kita bisa melihat bentuknya dengan lebih jelas. Dengan segala lekukannya, dengan semua garis waktu yang diukir oleh laut.

Puisi Imajis adalah keheningan itu sendiri. Ia adalah momen ketika kita menatap sesuatu yang kecil, lalu menyadari betapa luasnya dunia di dalamnya. Dan dalam peradaban yang gemar mengejar kecepatan, apa yang lebih radikal daripada berhenti dan melihat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun