Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Kecil di Tubuh Hujan (2)

13 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   20:00 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1

Di gang sempit antara dua dinding kumuh, seorang pelukis mencoret nama-nama di tembok. Setiap huruf meneteskan warna,
seperti hujan yang berusaha melarikan diri. "Siapa mereka?" tanyaku. Ia hanya tersenyum samar, "Kenangan yang tak mau pergi."

2

Di kamar dengan tirai robek,
seorang musafir mencatat mimpi buruk.
"Tadi malam, hujan menelanku," tulisnya.
"Aku bangun di sungai yang kering,
dan Tuhan berkata, 'cobalah lagi.'"
Kertasnya basah sebelum pagi tiba.

3

Di pemakaman tanpa batu nisan,
seorang gadis kecil menanam bunga plastik.
"Ini tidak akan pernah mati," katanya,
matanya menantang langit berawan.
Hujan turun pelan,
mencoba menyembunyikan tangis dari tanah.

4

Di toko buku bekas yang penuh debu,
seorang pria membaca puisi tua.
Kata-katanya pecah di bibirnya,
seperti gelas retak yang mencoba menahan hujan.
Dia menutup buku itu dengan hati-hati,
seolah-olah menyimpan rahasia yang tak ingin ditemukan.

Baca Juga: Kisah Kecil di Tubuh Hujan (1)

5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun