1
Kota ini, setengah tidur, setengah terluka;
berbisik pada angin yang lupa arah.
Kami bertemu di toko karpet tua,
memilih karpet dengan cacat-cacat kecil,
seperti cerita yang kami tinggalkan di sepanjang jalan.
2
Pesawat melesat, aku di atas awan.
Tubuhmu seperti kabut, ada tapi jauh.
Di bawah, laut menyembunyikan rahasia.
Aku membaca buku yang tidak selesai,
seperti janji yang sengaja kami biarkan menggantung.
3
Ada bekas kuku di punggungku, jejak perjalanan
yang kami tahu tak abadi. Di lubang kecil dinding kamar,
kami berbagi napas, tawa, dan kebohongan kecil:
kopi bercampur Coca-Cola dan sikat gigi
yang terlalu sering dipakai.
4
Di jalan pulang, masing-masing memikirkan waktu.
Aku bertanya, kapan saat yang tepat untuk tinggal?
Kamu bertanya, kapan saat yang tepat untuk pergi?
Kehadiran kita di sini terasa seperti perampokan:
mengambil sesuatu yang tidak pernah benar-benar milik kita.
5
Ketika pagi datang, kita hanyut dalam dua arah.
Aku melihat bulan di matamu, kamu mencari matahari di bibirku.
Tidak ada embun di pohon-pohon tandus,
hanya doa yang tak pernah tahu kepada siapa akan dikirimkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H