Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Langit Hitam

22 November 2024   21:46 Diperbarui: 22 November 2024   21:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Langit Malam Menjelang Pagi. (Sumber: Pexels/Raman Deep)

Pagi seperti butiran pasir yang menguap. Matahari tak peduli. Hanya berdiri di sana. Hitam menyelimuti mereka. Dua bayangan yang beranjak dari cahaya. Langkahnya menjauh dari jawaban.

Mereka tergelincir di atas embun. Tanpa pegangan. Hanya pantulan wajah di cermin air. Warnanya menyakitkan mata. Tapi mereka tetap. Diam-diam.

Keinginan membesar. Lebih besar dari tawa. Lebih kokoh dari pecahan hari. Mereka menciptakan sesuatu di dalam retakan itu. Di bawah langkah-langkah yang tak pernah sampai. Ada sesuatu yang tumbuh. Tidak hancur, hanya ada.

Jika mereka saling melihat, mungkin dunia akan bergetar. Seutas belas kasih yang liar. Menyeruak dari dada mereka. Memukul keras tembok-tembok jiwa yang beku.

Tapi mereka hanya berjalan. Satu ke kiri, satu ke kanan. Menghindari setiap percakapan, yang hanya bisa ditahan oleh kedalaman air. Dan hari itu, tetap melayang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun