Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - @dampstain

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Perantau Tanpa Nama

21 November 2024   10:53 Diperbarui: 22 November 2024   13:18 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI: Foto di Jalan | Sumber: Pexels/Caio

1.

Mereka bilang kau datang jauh

dalam kotak kayu penuh harapan;

murbei, kesemek, pohon ara  

di tanah yang tak kenal asalmu.  

Kau cari isyarat, nada rendah  

di tengah musim kawin yang menunggu  

sementara bau ketumbar  

tak pernah kau tinggalkan.  

2.

Pertama Cirebon, lalu Karawang,  

naik lagi ke Bogor.  

Kau tahu jalan lebih baik  

daripada peta mana pun.  

Hanya bayanganmu yang tertinggal  

di sisi truk yang kau tumpangi.  

Di sela sawah, kacang tanah, kedelai,  

kau bertahan;

tanpa ucapan selamat datang.  

3.

Malam itu, istriku membangun layar,

selembar putih dengan lampu di belakangnya.  

Dia mencari sesuatu,  

tapi bukan dirimu.  

Kau bersembunyi di sini,  

di sela rak dan jendela retak,  

mengintip seperti tamu yang terlambat  

di pesta yang tak pernah kau diundang.  

4.

Ketika penghangat dinyalakan,

kau keluar, menari di udara

seperti kata-kata yang tak pernah selesai.  

Gila, liar, kau terbang;

bau asingmu menyebar,  

membongkar rahasiamu:

bukan siapa kau,

tapi mengapa kau datang.  

5.

Di luar, pohon flamboyan mekar,

pir Asia dan jagung berbisik

tentang tanah yang pernah jadi rumah.

Tapi kau, perantau tanpa nama,

tak punya cerita kecuali jalan

yang tak akan kembali.

Kau adalah puisi yang tertinggal di tengah bait,

dihisap cahaya, hilang

tanpa jeda atau akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun