"Three reasons, closely related to each other: The NBA is a league in which 1--2 players can make a big difference in the won-loss record and the revenues for a team. Each player makes a much bigger difference in a team's fortunes, so when a player is a free agent, he can decide where he wants to play". Itulah player power dalam NBA dimana 5 starting line-up tim franchise biasanya dapat dipengaruhi oleh pemain bintang yang memutuskan untuk bergabung dalam mencapai cincin juara mereka,
Hal ini sebenarnya cukup lumrah untuk dilakukan di liga basket terbaik di dunia tersebut, karena pada pasalnya proses perpindahan pemain tidak sesimpel di industri sepakbola dimana pada liga franchise tersebut terdapat peraturan salary cap. Yang mengharuskan suatu tim menggaji pemain hebatnya dengan nilai tertentu hal ini dilakukan agar kompetisi terasa lebih berimbang.
Dan player power ini biasanya digunakan oleh para pemain yang secara individual sudah banyak mencapai achievement namun belum pernah mendapatkan cincin juara dimana ego mereka secara finansial ekonomi dari sisi gaji diturunkan untuk membangun suatu dinasti tim franchise NBA
Hal ini juga sebenarnya sudah diadaptasi ke dalam sepakbola namun bukannya berakhir dengan baik, biasanya player power yang dimiliki atlet sepakbola kadang membuat dampak yang buruk terhadap tim sepakbola itu sendiri, hal tersebut juga terjadi karena kuantitas pemain sepakbola 2 kali lebih banyak dibandingkan basket dimana jumlah pemain cadangan dan pemain inti suatu tim basket biasanya sama dengan pemain yang menjadi starting line-up dengan jumlah yang kita ketahui yaitu 11 orang pemain.
Berikut adalah contoh kasus player power yang ada dalam bidang olahraga terpopuler di dunia tersebut:
Belanda 2010
Terakhir kali Belanda berlaga di laga final Piala Dunia adalah pada 2010 lalu di Afrika Selatan, dimana mereka selama kompetisi ini berlangsung sebenarnya tampil cukup impresif dimulai dari fase grup dengan poin sempurna 9 dari 3 laga artinya mereka berhasil sapu bersih semua laga dengan kemenangan, belum lagi perjalanan mereka yang kerap menang di fase gugur, Slovakia, Brazil dan Uruguay berhasil mereka bungkam satu persatu, dimana jika menang di final maka mereka menjadi juara yang sempurna namun di final mereka akhirnya harus tertunduk lesu oleh gol semata wayang Andres Iniesta di babak perpanjangan waktu.
Player power di timnas Belanda ini sebenarnya sudah muncul di sebelum perhelatan Piala Dunia digelar, dilatih pelatih lokal mereka Bert Van Marwijk yang memang menukangi pemain dengan nama besar seperti Arjen Robben, Wesley Sneijder, Robin Van Persie dimana ketiga pemain ini bahkan mendebat akan taktik pelatih mereka sendiri. dimana nama DIrk Kuyt sering memperkuat sisi kanan penyerangan Belanda tersebut, dimana ketiga pemain ini lebih menginginkan nama Rafael Van Der Vaart untuk mendukung pergerakan mereka di sisi serang.
Hal ini sebenarnya baik dan buruk bagi Belanda sendiri, dimana untungnya ketidak percayaan Sneijder, Robben, dan Van Persie terhadap kemampuan Dirk Kuyt dapat dibuktikan dengan efektivitasnya di sisi sayap timnas Belanda pada saat itu. Namun sayangnya kegagalan mereka di Final mengkambinghitamkan pelatih mereka sendiri yang membuat pelatih tersebut dipecat seusai Piala Dunia 2010 tersebut.
Paul Pogba dan Manchester United
Setelah kehilangan sosok pemimpin di timnya pada saat itu Zlatan Ibrahimovic, Jose Mourinho dengan tim Manchester United nya mulai goyah dan kehilangan arah padahal di musim sebelumnya mereka mendapatkan 2 gelar yaitu Piala Liga Inggris dan Europa League, dimana di sosok penyerangan Ibrahimovic digantikan oleh sosok Romelu Lukaku.Â
Dimana Michael Carrick pun sebagai sosok pemimpin juga mengakhiri karir sepakbolanya pada musim itu, dimana Jose Mourinho harus bekerja sendiri untuk mengendalikan ruang ganti pada saat itu. Tidak sampai satu musim Jose Mourinho akhirnya ditendang di tengah musim karena berkonflik dengan para pemainnya, setelah hanya meraih 7 kemenangan dari 15 laga yang dirinya jalani, dipercaya keputusan ini juga diambil pimpinan Manchester United karena pengaruh dari pemain yang dilatih dirinya sendiri yang diwakili oleh Paul Pogba.
Memangmemang pada saat itu Paul Pogba muncul sebagai top skorer mereka, dan hal diatas dilakukan oleh dirinya karena Pogba merasa menjadi pemain yang dituakan karena berasal dari akademi Manchester United itu sendiri. Sebelum akhirnya dirinya tidak memperpanjang kontrak di Manchester dan keluar gratis ke Juventus di tahun 2022.
Kylian Mbappe vs PSG
Yang baru adalah kasus antara Kylian Mbappe dan tim asal Perancis yakni Paris Saint Germain. Dimana saga Transfer akan dirinya sebenarnya sudah di awali di musim lalu kemarin, pemain muda yang dipercaya akan menjadi pemain terbaik di masa depan tersebut dimulai dari ketertarikan presiden Real Madrid Florentino Perez yang ingin menggantikan Karim Benzema di tahun 2022 lalu dimana secara perlahan sosok Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale sudah berhasil dijual untuk digantikan oleh dua pemain muda Brazil yakni Vinicius Junior dan Rodrygo. Real Madrid pun melakukan pendekatan kepada kapten Prancis tersebut.
Sampai pada akhirnya Saga transfer tersebut berakhir antiklimaks, dimana Mbappe memutuskan memperpanjang kontraknya selama 2 tahun bersama tim yang dimiliki oleh Tamim bin Hamad Al Thani tersebut dengan kontrak senilai 72 juta euro setahun, dimana pada saat itu dirinya menjadi pemain dengan gaji tertinggi dibandingkan dua pemain seperti Messi dan Cristiano Ronaldo ( sebelum dirinya pindah ke Arab Saudi).
Bahkan tim PSG terancam keuangannya di tahun depan apabila memang dirinya pada akhirnya bergabung dengan raksasa Real Madrid tanpa biaya transfer sama sekali. Dimana dalam peraturan FFP sebuah tim tidak boleh menderita kerugian lebih dari 200 juta poundsterling dalam satu tahun pembukuan tim itu, mengharuskan pemasukan dan pengeluaran (diluar uang yang dimiliki pemilik).
Namun untungnya Neymar yang juga memiliki gaji tinggi di PSG sudah berhasil di jual ke Arab sedikit membuat lega pemilik asal Qatar tersebut akan kebangkrutan tim yang berada di kota Paris tersebut. Saga ini mungkin akan berlanjut sampai akhir bursa transfer dimana lagi-lagi PSG harus membayarkan kompensasi sebesar kurang lebih 60 juta euro kepada Mbappe apabila dirinya bertahan sampai 31 Agustus 2023 ini.
Pemain dan kuasa akan kontraknya
Lu punya duit lu punya kuasa tapi buat gua engga nyet. Mungkin kata-kata inilah yang tepat untuk ditujukan kepada pemain-pemain yang gagal merampungkan transfer mereka ke tim yang sudah setuju untuk menebus kontrak pemain kepada pemain yang sedang memiliki kontrak mereka hal ini juga terjadi pada 2 transfer yang melibatkan 5 klub Premier League.Â
Yang pertama adalah proses transfer Moises Caicedo dimana sebelumnya pemain asal Ekuador ini hampir pasti ke Liverpool dengan mahar yang dibayarkan sejumlah 110 juta poundsterling yang memang disepakati oleh Brighton bahkan dijelaskan pada sesi konferensi pers pekan pertama Premier League, namun pada saat akan dijadwalkan untuk melakukan tes kesehatan di AXA training center milik Liverpool sang pemain menolak perpindahan itu terjadi karena berharap bermain bersama tim yang dirinya dukung yaitu Chelsea. Dimana akhir saga ini berakhir ketika Chelsea juga menawarkan angka yang lebih tinggi sebesar 115 juta Poundsterling.
Yang kedua adalah mantan kapten tim Manchester United yakni Harry Maguire, sebelumnya Manchester United dan West Ham melakukan negosiasi untuk menyelesaikan transfer bek timnas Inggris tersebut namun dari informasi Fabrizio Romano menyatakan transfer ini justru gagal karena pemain tidak menyepakati kontrak personal dirinya dengan West Ham United tersebut. Dan memungkinkan Manchester United tidak menjual dirinya di musim panas ini.
Jadi bagaimana menurut pembaca apakah player power akan berhasil di sepakbola silahkan tulis di kolom komentar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI