Berawal dari bisnis properti sampai akhirnya bisa membeli AC Milan dan mengembalikan kejayaan bercorak hitam merah tersebut, mengantarkan dirinya memiliki posisi teratas di Italia yaitu Perdana Menteri dimana pada saat itu juga dirinya membuat tim kampanye dalam mengumpulkan dukungan untuk dirinya yaitu Forza Italia , yang membuat dirinya berhasil memimpin selama 8 tahun bahkan tim kampanyenya saat itu yakni Forza Italia itu sendiri membuat jargon yang sampai sekarang masih disuarakan oleh fans timnas tersebut dimana pada puncaknya Italia dapat menjuarai Piala Dunia 2006 di Jerman mengalahkan tim unggulan lain yang berasal dari Eropa juga yaitu Perancis melalui drama adu penalti.
Sepakbola Argentina
Seperti yang dibilang oleh Luis Suarez diatas negara yang berada di benua Amerika Selatan menjalankan politik secara bersamaan. Pun di negara pemenang piala dunia 2022 lalu yaitu Argentina dimana pemilik tim Boca Junior dimiliki oleh politisi sayap kanan tengah yaitu Daniel Angelici, dan juga tim dengan pemilik juara Copa Libertadores (Liga Champions Amerika Selatan) Independiente terbanyak yaitu 7 gelar dimiliki oleh pemimpin serikat buruh Argentina bernama Hugo Moyano dimana dirinya juga menjabat sebagai PSSI-nya Argentina, tidak hanya sampai disana pemimpin federasi sepakbola Argentina Claudio Tapia juga menantu dari Hugo Moyano itu sendiri. Dimana pencapaian tertinggi mereka diraih pada saat piala Dunia 2022 kemarin, dari sini dapat dijabarkan bahwa bukan politik yang salah dalam sepakbola namun kepentingan yang dibawa oleh perseorangan yang memimpin federasi sepakbola lah yang berpengaruh, bagaimana kapasitas orang tersebut memimpin karena ini bukan tentang siapa pengurus sepakbola namun seberapa benar kepemimpinan yang dipercayakan bisa dijalankan apakah bisa berprestasi atau tidak.
Baru-baru ini terjadi konflik antara tim sepakbola dan juga timnas dimana beberapa tim enggan melepas pemainnya untuk memperkuat tim nasional. Bahkan hal ini masuk ke ronde baru dimana ketua PSSI saat ini yaitu Erick Thohir. Mengusulkan anggota Exco PSSI dalam menertibkan para pelatih asing yang melatih klub yang berlaga di Indonesia, dimana sebenarnya hal ini akan lebih baik apabila terdapat komunikasi lanjutan.
Belum lagi penyelesaian kasus Kanjuruhan seringkali beberapa politisi menyimpulkan dengan pengaturan FIFA dengan pandangan bahwa akan ada sanksi apabila pemerintah campur tangan dengan asosiasi tertinggi sepakbola Indonesia yaitu PSSI dalam penyelesaian kasus ini. Namun pada dasarnya kepentingan sepakbola juga seharusnya tidak mengaburkan hukum aktif di Indonesia karena pada dasarnya suatu tragedi yang membuat luka bahkan nyawa adalah hukum pidana yang juga diketahui adalah publik yang harus diproses. Karena berpengaruh terhadap kelangsungan hidup banyak orang.
Bukan hanya terkait dengan prestasi saja namun kelangsungan hidup fans sepakbola juga harus terjamin, dimana tidak lagi ada nyawa yang terluka dan hilang untuk sebuah kata yaitu sepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H