Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertanya di Hari Selasa: Seberapa Boleh Sebenarnya Kita Menjadi Seseorang yang Selektif?

19 Juli 2022   19:15 Diperbarui: 19 Juli 2022   19:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bertanya di hari selasa adalah tulisan yang dibuat atas dasar pertanyaan yang terpikirkan dan dikemas dengan cara yang ringan dan menjadi pembelajaran bagi kita bersama

Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang bertanya akan kehadiran jodoh mereka, dimana biasanya pertanyaan ini hadir apabila sudah memasuki umur kepala 2 di Indonesia karena tuntutan umur maka dari itu banyak sekali orang-orang yang masih lajang dan belum menikah mempertanyakan dimanakah orang yang cocok untuk mereka.

Namun di beberapa sosial media akhir-akhir ini sering sekali muncul konten yang membahas tentang tipe atau keinginan mereka akan jodoh yang mereka tunggu-tunggu. Hal tersebut kadang memancing komentar warganet Indonesia dimana kadang mereka menganggap persyaratan yang diberikan adalah persyaratan yang terlalu sulit untuk mewujudkan dan keberadaan nya mungkin tidak banyak untuk didapatkan oleh pembuat konten tersebut.

Pada dasarnya sebuah keselektifan adalah hal yang wajar untuk dimiliki karena dalam segala sesuatu kita pasti menginginkan hasil yang terbaik dari hal pekerjaan maupun jodoh yang akan menemani kita yang idealnya memang sebuah pernikahan dilakukan seumur hidup sekali. Namun seberapa bolehkah sebenarnya kita memiliki keselektifan tersebut? 

Baik sebagai orang tua atau orang yang akan menentukan dengan siapa kita memutuskan untuk hidup bersama adalah hal yang diperlukan. 

Akan tetapi mungkin alangkah lebih idealnya apapun sesuatu yang menyangkut perasaan dalam menentukan sebuah pilihan adalah sebagaimana bisa mungkin kita memilih orang dengan cara berkompromi terlebih dahulu akan sebuah kekurangan yang ada dari pasangan atau orang yang akan menjadi pasangan hidup kita.

Karena mungkin apabila kita selalu memilih seseorang dari suatu kelebihannya saja sangat memungkinkan suatu kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kita mungkin dimiliki juga orang lain.

Adapun beberapa kasus yang penulis ambil dari pengalaman pribadi dimana kebanyakan kenalan yang didapatkan dari aplikasi kencan , kebanyakan adalah orang yang memiliki trauma di masa lalunya akan sebuah kekecewaan yang ada di masa lalunya. 

Bahkan sebuah penolakan yang mereka alami semata-mata dihasilkan karena ketakutan akan kekecewaan yang pernah mereka rasakan. Maka dari itu ada salah satu kenalan penulis yang juga sudah dimintai izinnya untuk kisahnya diceritakan dalam tulisan ini, dimana memang sebuah perasaan yang dimiliki oleh siapapun mungkin adalah suatu hal yang dihasilkan dari pengalaman mereka.

Namun perlu kita ingat bahwa semua hal di dunia ini memiliki resikonya masing-masing termasuk untuk mengenal orang baru dimana mungkin kita akan dikecewakan kembali dengan hal yang sama dengan orang yang berbeda alangkah baiknya apabila kita, 

mengambil suatu pelajaran dari semua hal yang pernah dialami oleh kita agar kita punya pembekalan jika memang dihadapkan dengan suatu masalah yang sama memang perlu diakui bahwa jam terbang dan pengalaman adalah sesuatu yang mahal dalam hidup.

Dan bahkan suatu kekecewaan atau kesakit hatian kita adalah sesuatu yang akan membentuk karakter kita lebih matang dalam menjalani sisa hidup yang masih diberikan kepada kita untuk nantinya juga menjadi pembelajaran yang bisa kita bagikan untuk orang yang mungkin belum mempunyai pengalaman akan sesuatu hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun