Kamis membuka mata adalah kolom artikel setiap hari kamis yang berisi tentang sosial, politik, dan ekonomi yang menjadi kebijakan di mancanegara dan mungkin akan sesuai dan bagus apabila diadaptasi oleh Indonesia.
Indonesia seringkali disebut sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa besar, namun entah mengapa Indonesia masih berkutat dalam mencapai kemakmuran masyarakatnya,Â
dan bahkan beberapa orang percaya bahwa nanti di tahun 2050 Indonesia akan menjadi saingan Amerika dalam pasar global dimana saat ini posisi tersebut masih diisi oleh China yang melesat dengan pertumbuhan ekonomi yang banyak membuat banyak negara shock akan kemajuan ekonomi di negara tersebut.Â
Tapi mengapa seakan-akan Indonesia mengantri untuk mencapai predikat negara maju secara ekonomi dimana terhitung dari tahun ini masih harus menunggu waktu selama 28 tahun yang mungkin beberapa orang yang membaca dan menulis artikel ini tidak sempat merasakan kejayaan ekonomi Indonesia tersebut.
MMT itu apa?
Kemajuan China dipercaya dilakukan mereka melakukan mazhab ekonomi MMT dimana MMT adalah MMT atau teori moneter modern merupakan sebuah pendekatan dalam mengelola perekonomian. Teori ini dikembangkan sejak era 90-an oleh seorang pakar ekonomi Profesor Bill Mitchell dan beberapa orang akademisi asal Amerika Serikat seperti Profesor Randall Wray dan Stephanie Kelton, serta seorang bankir Warren Mosler,Â
pada intinya MMT adalah sebuah mazhab ekonomi yang keluar dari ketentuan ekonomi yang sudah berlaku dari tahun 1929 dimana depresi di Amerika terjadi dan mengembangkan nilai Dollar, berkaitan dengan hal tersebut maka kebanyakan orang-orang ini atau negara yang menjalani mazhab MMT adalah kelompok yang sudah memiliki ketidakpercayaan terhadap nilai uang Dollar.
Salah satu theory dalam MMT dipercaya di dalam ilmu ekonomi, ekonomi terbagi dalam dua sisi dimana terdapat dua sisi dimana ada sisi sosialisme dan juga kapitalisme dimana memang di sisi sosialisme seringkali suatu negara mengandalkan,
pemerintah yang berkuasa untuk mengelola sumber daya alam untuk kemakmuran rakyatnya sedangkan di sisi kanan biasanya negara mengandalkan sisi swasta untuk kemudian mendatangkan income sebesar-besarnya dengan mengolah dan menjadikan perusahaan yang berasal dari Indonesia bisa mengirimkan barang keluar negeri dengan cara ekspor yang kemudian akan menaikan harga jual mata uang negara mereka.
Dan di dalam MMT juga mereka percaya bahwa memang kebanyakan negara maju di asia melakukan printing money dengan cara memberikan modal kepada ukm dimana memang yang kita tahu negara seperti Jepang, China dan juga Korea Selatan berhasil melakukan hal tersebut,Â
bukti nyatanya adalah produk-produk mereka yang mulai diperhitungkan seperti misalkan produk elektronik dan juga otomotif yang sudah menjadi pilihan produk negara di luar mereka untuk semata-mata menaikan ekonomi mereka mungkin dengan cara salah satunya adalah membuka lapangan pekerjaan karena produksi yang juga naik meningkat karena pesanan dari negara pengimpor.
Contoh baik dan buruk printing moneyÂ
Sebenarnya beberapa negara juga ada yang gagal melakukan printing money yang paling terkenal adalah negara Zimbabwe dimana seringkali meme tentang seseorang yang berbelanja di negara itu harus membawa uang yang cukup banyak bahkan ketika hanya membeli barang yang tidak cukup banyak,Â
meski begitu ada juga hal yang sama dimana memang sehubungan dengan mahalnya harga barang ini juga harus sesuai dengan daya beli para masyarakatnya dimana memang jika kita melihat sesuatu apple to apple ada juga negara yang dikenal memiliki biaya hidup yang tinggi yaitu Jepang namun karena Jepang adalah negara yang tahu bagaimana cara untuk mengelola sebuah printing money maka dari itu,Â
perusahaan-perusahaan swasta yang mungkin juga anda kenal memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kemajuan pertumbuhan ekonomi di negaranya dengan cara membuka lapangan kerja yang baru untuk para penganggur di negaranya.Â
Dimana disisi lain juga kebanyakan dari masyarakatnya memiliki pride sendiri untuk menggunakan produk yang dihasilkan oleh negara mereka sendiri dimana memang biaya hidup di jepang memang mahal tapi juga kemampuan para pekerjanya juga menyanggupi untuk membeli hal-hal tersebut,
yang paling sering kita lihat adalah ciri khas yang dimiliki beberapa negara maju di benua asia memiliki daya tarik untuk kebanyakan beberapa turis yang datang pun mempunyai keinginan untuk mencoba wisata kuliner dan juga sosial budaya dimana hal tersebut juga banyak diadaptasi oleh beberapa negara di negara berkembang tapi tidak serta merta membuat negara itu berkurang peminat dalam menjadi destinasi liburan.
Dua mata pisau
Sebenarnya memang hal ini bisa saja baik dan buruk apalagi pemerintahan sekarang adalah pemerintah progresif dalam hal sebuah pembangunan dimana memang Indonesia dianggap sudah perlu untuk memperbanyak infrastruktur agar mempermudah para tenaga yang sudah mempunyai pekerjaan agar mempunyai fasilitas yang memadai untuk mempermudah aktivitas mereka,Â
meski begitu mungkin beberapa orang di pemerintah juga lupa bagaimana bisa apa hal yang dibangun bisa berguna oleh masyarakatnya apabila juga angka pengangguran juga masih tinggi. Dimana berbahayanya suatu proyek ini nantinya keuntungannya baru bisa dirasakan selama berpuluh-puluh tahun  belum lagi ada anggapan bahwa infrastruktur yang dibangun dari hutang ke luar negeri akan sangat mengerikan apabila hal yang sudah dibangun dibuat tidak tepat guna.
Sama halnya dengan printing money apabila memang Indonesia melakukan hal ini apakah Indonesia akan memajukan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat luas untuk, memperbanyak produksi dimana seharusnya sektor yang memang harus diinvestasikan agar setidaknya bisa menaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menekan angka pengangguran,
 dimana nantinya infrastruktur juga lebih banyak yang menggunakan dan juga bakal lebih banyak mendapatkan perputaran uang di dalam negeri kita sendiri, belum lagi ketidakpercayaan masyarakat akan kasus korupsi yang masih terjadi di negara ini dan juga mungkin ada ketidakpercayaan pemerintah akan kepercayaan masyarakat akan kualitas barang lokal yang sudah ada maupun yang nanti akan di buat.
Jadi haruskah indonesia mencoba printing money dan menerapkan sistem ekonomi MMT untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dimana sebenarnya kita memiliki banyak opsi untuk fokus kepada kekayaan sumber daya alam yang sudah diberikan kepada negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H