Mohon tunggu...
Gilang muhammad Akbar
Gilang muhammad Akbar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Program Pascasarjana (S2) Magister PPKn STKIP-Arrahmaniyah Depok, Guru PPKn Pesantren Modern Terpadu Al-Izzah Serang Banten

saya adalah seorang guru yang berdedikasi dalam mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan dan Kapitalisme Digital: Sebuah Tinjauan Kritis

14 Juli 2024   11:25 Diperbarui: 14 Juli 2024   11:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Salah satu dampak signifikan dari kapitalisme digital adalah perubahan orientasi pendidikan dari tujuan sosial dan moral menjadi tujuan ekonomi. Pendidikan yang seharusnya berfokus pada pengembangan karakter dan kemampuan kritis siswa, kini sering kali lebih menekankan pada pencapaian akademik dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Selain itu, privatisasi pendidikan yang didorong oleh kapitalisme digital juga dapat mengurangi peran negara dalam menyediakan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua warga negara. Pendidikan yang berkualitas menjadi privilege bagi mereka yang mampu membayar, sementara yang kurang mampu harus puas dengan fasilitas yang seadanya.

Meskipun teknologi digital dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan, ada risiko bahwa kesenjangan digital justru memperlebar ketimpangan antara siswa yang memiliki akses terhadap teknologi canggih dan mereka yang tidak. Di banyak negara berkembang, keterbatasan infrastruktur dan biaya perangkat masih menjadi hambatan utama.

Penggunaan teknologi yang berlebihan dalam pendidikan dapat menyebabkan ketergantungan yang tidak sehat. Siswa mungkin kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah tanpa bantuan teknologi, yang pada akhirnya merugikan proses pembelajaran holistik mereka.

  • Menjaga Keseimbangan

Untuk mengatasi dampak negatif kapitalisme digital dalam pendidikan, perlu adanya kebijakan yang menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan prinsip-prinsip pendidikan yang humanis. Pemerintah harus memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar tanpa mengabaikan aspek-aspek sosial dan moral.

Selain itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi kesenjangan digital dengan menyediakan akses yang merata terhadap teknologi bagi semua siswa. Pendidikan harus tetap menjadi hak dasar setiap individu, bukan menjadi barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

Kapitalisme digital dalam pendidikan menawarkan berbagai peluang dan tantangan. Di satu sisi, teknologi dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Di sisi lain, ada risiko yang perlu dikelola dengan hati-hati agar pendidikan tetap berfungsi sebagai alat untuk membangun masyarakat yang adil dan merata. 

Penting bagi pembuat kebijakan, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengembangkan kerangka kerja yang memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung tujuan pendidikan, bukan hanya untuk keuntungan ekonomi. Dengan pendekatan yang seimbang, kita dapat memanfaatkan potensi teknologi digital sambil meminimalkan dampak negatif dari kapitalisme digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun