Tim sepakbola dari bagian timur negara Indonesia yang menorehkan prestasi yang cukup apik selama berkompetisi di Liga Lokal maupun internasional serta merupakan salah satu klub terbaik di Indonesia.
Yapp, klub tersebut adalah Persipura Jayapura. Persipura berasal dari daerah Papua dengan nama tim yang diberi julukan “Mutiara Hitam” dengan meraih 4x gelar juara.
Tak disangka, Persipura Jayapura di musim 2021/2022 tidak bermain seperti biasanya. Pasalnya, Klub tersebut harus menelan pil pahit terjun ke kompetisi Liga 2 musim depan.
Lalu, apa faktor penyebab Persipura Jayapura bisa berakhir seperti ini?
Disini Saya akan merangkum mengenai klub Persipura, ada apa yang sebenarnya terjadi? Kok bisa klub yang merupakan salah satu tim terkuat di Liga Indonesia dan disegani sejak dahulu bisa berakhir seperti ini.
Selain itu, ada juga dari pihak pecinta Persipura sampai berbuat sesuatu sampai ke ranah hukum. Lhoo, kok bisa sampai seserius itu.
Baik, disini akan dimulai dari awal cerita sejak awal Persipura ikut serta Liga 1 2021/2022.
Berdasarkan dari artikel dari bola.net, Persipura Jayapura sejak awal dimulainya Liga 1 2021/2022 segi persiapan sangat minim.
Saat sebelum Liga 1 dimulai, ada turnamen pramusim yaitu Piala Menpora. Pada Piala Menpora, Persipura Jayapura menolak partisipasi dikarenakan alasan keuangan. Alhasil, pemain penting Persipura seperti Boaz Solossa dan Tinus Pae memilih hengkang ke klub lain. Boaz ke Borneo FC sedangkan Tinus Pae ke Dewa United.
Persipura baru memulai persiapan pada bulan Agustus tepat tak sampai sebulan sebelum kompetisi dimulai. Hasilnya, kondisi pemain menjadi masalah yang membuat awal musim mereka menjadi tidak beraturan.
Selanjutnya permasalahan regenerasi yang terhambat.
Persipura Jayapura saat itu masih mengandalkan pemain lokal lama mereka. Seperti Ricardo Salampessy, Nelson Alom, serta Ian Kabes, dan lain sebagainya.
Lalu, ada satu pemain muda penting Persipura yaitu Ramai Rumakiek. Namun sayang, ia harus absen karena harus membela Timnas Indonesia. Selain itu, menyisakan pemain yang kurang berpengalaman di kasta tertinggi.
Serta salah satu pemain yang mencuri perhatian disaat ia bermain di PON Tahun 2020 Papua, yaitu Ricky Cawor. Ricky Cawor direkrut karna statusnya sebagai “Top Skor” pada kompetisi PON saat itu. Tapi sayang, regenerasi seakan semakin terhambat. Skuat utama masih dihuni oleh pemain yang sudah menua.
Berikutnya yaitu dari segi perekrutan pemain yang kurang baik.
Untuk permasalahan ini menjadi faktor hal biasa disetiap klub, yaitu rekrut pemain yang kurang baik. Pada saat kompetisi, Persipura tidak mendapatkan amunisi terbaiknya untuk menaikkan hawa bermain di lapangan.
Selain itu, Persipura mengganti pelatihnya. Sebelum Liga dimulai, Persipura mendatangkan Jacksen Tiago sebagai nahkoda di awal kompetisi. Namun seiring dengan tren negatif Persipura yang mengalami kesulitan dalam menguasai pertandingan saat itu. Akhirnya Jacksen Tiago digantikan oleh pelatih Alfredo Vera.
Pemain asing Persipura seperti Takuya Matsunaga, Yevhen Bokhashvili, Henrique Motta, serta Hedipo Gustavo bermain dengan peforma kurang maksimal.
Motta kerap absen karna cidera begitu pula Takuya Matsunaga, dan Gustavo mengalami hal yang serupa dan juga mengalami Covid-19. Sedangkan Yevhen bermain kesulitan karena kesusahan mendapat suplai dari rekan setim.
Persipura juga mendatangkan pemain baru Ramiro Fergonzi untuk mendukung daya tempur untuk Yevhen, keduanya mulai nampak begitu meyankinkan.
Tapi hal tersebut tidak membuat Persipura jauh lebih baik, waktu ke waktu mulai berjalan melewati setiap pertandingan. Akhirnya tiba di setengah pertandingan menjelang berakhirnya Liga 1 2021/2022.
Persipura saat itu berada di posisi tidak meyakinkan, dikarenakan Persipura mengalami kejadian “WO” saat menghadapi Madura United pada pekan ke 22 Liga 1 2021/2022. Pertandingan tersebut menolak dimulai dikarenakan adanya kasus pemain yang terkena Covid-19.
Klub Persipura tak datang ke tempat pertandingan dan akhirnya terkena Walk Out, pengurangan 3 poin, serta denda 250 juta.
Persipura menuliskan surat permohonan pertandingan menghadapi Madura United tertanggal 20 Februari 2022. Isi suratnya menjelaskan terkait ketidak ikut sertanya bertanding dikarenakan hasil PCR yang dilakukan 20 Februari menunjukkan 9 orang yang berada di tim Persipura dinyatakan positif.
Pada surat juga menyebutkan, ia berkoordinasi dengan LIB untuk dilakukan tes pembanding pada hari esoknya. Apabila hasilnya masih ada pemain dengan status positif Covid-19, maka Persipura tidak dapat bertanding. Karena 2 hal, yang pertama jumlah pemain sangat banyak berhalangan untuk dimainkan dan yang kedua menghilangkan asas fairness.
Sehingga PT. LIB dan Satgas COVID-19 melakukan tes ulang. Hasil tes menyebutkan yang positif tetap masih ada sekitar 6 pemain dan 3 ofisial.
Menurut Direktur Operasional LIB, Sudjarno menjelaskan bahwa pertandingan ini tetap dilanjutkan. Wasit, keamanan, LOC, serta tim dari pihak Madura United sudah berada di stadion.
Lebih jelas dari Dirut PT. LIB, Akhmad Hadian Lukita menambahkan terkait status pertandingan yang batal digelar tersebut harus dikembalikan ke regulasi yang sudah dibuat.
Dengan dibatalnya pertandingan tersebut, Persipura Jayapura sangat rugi atas kehilangan poin berharganya untuk menduduki posisi aman untuk tetap bertahan di Liga 1 musim depan.
Tiba dalam “last match” Liga 1 2021/2022, Persipura Jayapura menghadapi laga terakhirnya menghadapi klub Persita Tangerang. Saat itu Persipura menang atas Persita dengan skor 3-0. Namun dengan hasil kemenangan tersebut tak membuahkan hasil untuk bisa bertahan di Liga 1.
Pada pertandingan lain, untuk memperebutkan posisi klub bertahan di Liga 1 selain Persipura ada juga klub PS Barito Putera dan PSS Sleman. Hasil pertandingan lainnya tersebut mendapati klub PSS Sleman menang atas lawannya Persija Jakarta dengan skor 2-0 dan PS Barito Putera hanya meraih imbang menghadapi Persib Bandung dengan skor 1-1.
Alhasil, dengan perolehan tersebut. Persipura terjun ke Liga 2 dengan poin akhir 36 yang sama seperti Barito Putera. Tapi Barito Putera menang atas Head to Head atas Persipura.
Sontak perolehan tersebut menjadi kejadian yang sangat memilukan bagi pecinta Persipura Mania dan sangat mengkagetkan publik pecinta sepakbola Indonesia, pasalnya klub Persipura merupakan klub bersejarah serta paling diunggulkan bisa mengalami kejadian turun kasta.
Seperti yang dilakukan oleh komunitas masyarakat Papua di Jakarta (Kompaja) melakukan tujuh tuntutan kepada PSSI. Tujuh tuntutan tersebut berisikan:
1. Meminta PSSI mendiskualifikasi Persib Bandung dan Barito Putera karena merusak citra sepak bola Indonesia dengan dugaan sepak bola gajah.
2. Mengembalikan 3 poin Persipura dan menggelar ulang pertandingan Persipura dan Madura United yang waktu itu mestinya digelar.
3. Membuat regulasi untuk menambah kuota peserta Liga 1 2022/23.
4. Memulangkan ke negara asalnya dan menjatuhkan sanksi seberat mungkin kepada David Da Silva (pemain Persib).
5. Memberi waktu kepada PSSI untuk menyelesaikan persoalan dalam kurun waktu 7 x 24 jam sejak pernyataan ini dibacakan.
6. Jika tidak diindahkan oleh PSSI, dari Persipura Mania maupun Kompaja mau memobilisasi aksi yang lebih besar.
7. Jika permasalahan Persipura tak ditanggapi, akan dibawa ke FIFA.
Lalu, seiring berjalannya waktu. Ada permasalahan lainnya. PSSI, Klub Persib Bandung dan Barito Putera, dan pemain Persib David Da Silva digugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat oleh 4 orang penggugat. Orang tersebut adalah Emilianus Tikuk, Yan Piet Sada, Yulianus Dwaa, dan Paul Finsen Mayor.
Isi gugatannya hampir sama seperti komunitas masyarakat Papua di Jakarta, terdiri dari:
1. Membatalkan hasil pertandingan Persib vs Barito Putera atau setidak-tidaknya digelar pertandingan ulang dan disaksikan penonton secara offline.
2. Menetapkan pertandingan Persib vs Barito Putera sebagai sepakbola gajah yang melanggar prinsip fair play.
3. Menyatakan Persipura batal degradasi dan tetap sebagai kontestan Liga 1 2022/2023.
4. Meminta pemain Persib David da Silva dilarang bermain di Indonesia.
Aksi respon muncul dari pihak PSSI, Sekjen PSSI Yunus Nusi menjelaskan bahwa PSSI siap menghadapi gugatan tersebut, meski bukan dari pihak Manajemen Persipura. PSSI menyatakan bahwa untuk tim promosi dan degradasi sudah mencapai tahap final, berdasarkan kompetisi resmi yang diadakan oleh PSSI dan PT LIB.
Hingga saat ini, pada tanggal 22 April 2022. Kabar mengenai klub Persipura tetap berlanjut.
Kali ini giliran suporter Persipura Jayapura.
Dua kelompok suporter Persipura, Persipura Mania dan Black Danger Community (BDC) mendesak agar PSSI membentuk tim investigasi.
Menurut artikel bolasport.com pada tanggal 21 April 2022, Ketua BDC yaitu Yensen Kareth menjelaskan pembentukan tim investigasi ditujukan agar tercipta kejelasan. Sehingga publik mendapatkan kebenaratan terkait dengan peristiwa yang terjadi saat itu.
Yensen Kareth menambahkan, pihaknya akan melakukan demo agar PSSI segera melakukan pembentukan tim investigasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H